Kalangan petani di wilayah Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan mengeluhkan harga yang murah serta produksi latek hasil sadapan yang sangat sedikit lantaran musim kemarau.

Sadiah seorang petani karet di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, mengakui harga karet saat ini sangat murah tak sebanding dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok.

Harga karet yang biasa diproduksi petani setempat jenis lum hanya antara Rp4000 hingga Rp5000 per kilogram, berarti hampir tiga kilogram karet baru bisa membeli harga satu kilogram gula pasir, tambahnya.

Selain harga yang murah, saat ini hasil latek karet sangtat sedikit lantaran musim kemarau, ditambah lagi latek nya sangat encer, hingga jika dibekukan sangat merosot.

"Penghasilan saya menyadap karet paling Rp50 ribu, itu dikumpulkan hasil karet selama tiga hari penyadapan, berarti sekitar Rp15 ribu saja per hari," tambah wanita setengah baya ini.

Menurutnya, sedikitnya produksi karet lantaran musim kemarau ditambah saat musim seperti ini terjadi gugur daun pohon karet, saat saat seperti ini memang nyaris tak ada latek yang keluar saat disadap, tambahnya dengan muka terlihat sedih.

Lantaran harga yang murah dan produksi sedikit, maka banyak petani setempat saat ini beralih profesi menjadi petani dengan berkebun cabe atau lombok, hanya saja pula saat kemarau ini tanaman cabe yang subur, kecuali jika harus disiram terus menerus.

Walau usaha kebun cabe agak susah lantaran sulit air, tetapi hasilnya lebih baik ketimbang harus menyadap karet.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023