Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan menangani 58 pasien Pneumonia (radang paru-paru) menyebabkan sesak napas diduga akibat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Selama minggu kedua Agustus ini, kasus Pneumonia yang ditangani sebanyak 58 kasus dan tidak sampai menimbulkan kematian," ujar Kepala Dinas Kota Banjarbaru Juhai Triyanti Agustina di Banjarbaru, Jumat.

Baca juga: Penderita ISPA di Banjarbaru meningkat seiring serangan kabut asap

Menurut Juhai, 58 penderita Pneumonia itu datang dan ditangani petugas medis Puskesmas dengan gejala demam, kedinginan, hingga kesulitan bernapas dan semuanya dalam kondisi membaik.

Disebutkan Juhai, puluhan jiwa yang telah terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) itu menjadi bagian dari kasus penderita pada Agustus 2023 yang jumlahnya masih belum direkapitulasi.

"Jumlah keseluruhan warga atau pasien yang terserang ISPA masih belum direkap karena jadwalnya setiap akhir bulan baru diketahui jumlah keseluruhan," ujarnya didampingi Kabid P2P Erni Syafrida.

Juhai menekankan Pneumonia dan kasus ISPA yang diderita masyarakat Banjarbaru terutama di kawasan yang sering dilanda kebakaran hutan dan lahan tidak hanya disebabkan kabut asap akibat kebakaran.

Dijelaskan Juhai, sejumlah faktor menjadi penyebab ISPA mulai dari individu yang alergi sehingga rentan terkena batuk dan pilek akibat virus maupun bakteri termasuk juga karena kabut asap yang menyebar di udara.

Baca juga: Banjarbaru Tangani 1.300 Kasus Ispa Per Bulan

"Artinya, penyakit ISPA yang banyak diderita masyarakat Banjarbaru saat ini bukan semata-mata karena kabut asap akibat karhutla tetapi bisa saja faktor lain karena alergi akibat virus maupun bakteri," ungkapnya.


Dikatakan, indikasi penyakit ISPA bukan semata disebabkan kabut asap akibat karhutla bisa dilihat dari jumlah kasus penderita saluran pernapasan yang sudah didata oleh Dinkes Banjarbaru sejak awal 2023.

Diketahui, jumlah kasus ISPA yang ditangani petugas pada 10 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bulan Januari tercatat 2.203 kasus dan Februari mengalami kenaikan mencapai 2.873 kasus.

Baca juga: Kabut Asap Ancam Kesehatan Calon Haji Kalsel

Memasuki Maret l, kasus ISPA masih tinggi mencapai 2.869 kasus, kemudian April juga masih menembus 2.158 kasus dan Mei paling tinggi hingga mencapai 2.883 kasus.

Selanjutnya, Juni mengalami penurunan kasus terdata sebanyak 2.713 kasus dan Juli kembali menurun tercatat sebanyak 2.603 kasus, sedangkan Agustus masih didata pada awal September.

"Artinya, jika melihat trend kasusnya, peningkatan terjadi pada bulan Mei sedangkan bulan Juni dan Juli justru mengalami penurunan sehingga tidak bisa dipastikan semua kasus akibat asap karhutla," kata dia.

Ditambahkan, seluruh petugas pada 10 puskesmas disiagakan untuk melayani dengan cepat dan tepat masyarakat yang datang dengan keluhan ISPA sehingga tidak makin parah penyakit yang diderita.

"Selain menyiagakan petugas juga fasilitas dan obat-obatan termasuk masker, kami juga mengimbau agar masyarakat membatasi aktivitas di luar rumah terutama saat kabut asap muncul di sekitarnya," ujar Juhai.

Baca juga: Kabut Asap Mulai Rambah Kota Banjarmasin - (d)

 

Pewarta: Yose Rizal

Editor : Taufik Ridwan


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023