Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo melakukan pencanangan tanam padi 1.000 hektare per kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan Selatan yang dimulai di Desa Sungai Gampa, Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Jumat.
Selain melakukan pencanangan penanaman padi di desa tersebut, Mentan juga melakukan panen padi serta menggelorakan penggunaan pupuk organik dengan elisitor Biosakan yang dapat dibuat sendiri petani.
Mentan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Selatan berkaitan antisipasi dampak iklim El Nino yang melanda secara global.
Karenanya, pertanian di Barito Kuala, Kalimantan Selatan harus semakin bagus walaupun dihadapkan dampak perubahan iklim ektrim El Nino karena air masih tersedia.
"Kegiatan tanam harus terus kita lakukan," ujarnya.
Mentan mengajak pemerintah Kabupaten dan petani Barito Kuala untuk mandiri dalam membangun pertanian, mengingat APBN sektor pertanian yang terbatas.
Menurut dia, pemerintah menyediakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang cukup besar untuk petani yang dapat digunakan untuk mengadakan alat mesin pertanian (alsintan) dan sarana produksi lainnya.
"Kita dihadapkan El Nino, yaitu kemarau panjang dan dahsyat. Antisipasinya kita dapat percepat tanam menjadi tiga kali tanam setahun. Habis panen langsung tanam dengan menggunakan alsintan. Losses panen dapat berkurang dan produksi dapat ditingkatkan," terangnya.
Menurut dia, dibutuhkan 500 ribu hektare tambahan untuk perkuat stok beras nasional yang diperkirakan menghasilkan gabah 3 juta ton dan beras 1,5 juta ton.
Menurut Mentan, ini adalah perintah Presiden. Dan di Kalimantan Selatan diminta 100 ribu hektare.
"Dan saya minta ada 3.000 hektare di Barito Kuala. Ini akan kita booster budidayanya dan perbaiki sampai penggilingan yang hasilnya sebagai cadangan pangan nasional dalam menghadapi dampak El Nino," ujarnya.
"Kita harus kerja keras. Kita siap bantu benih, pompa air, combine harvester dan hingga kesiapan pasar," ujar Mentan lagi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menambahkan, berdasarkan pengalaman kejadian El Nino tahun 2015, justru Provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan sangat berkontribusi produksi beras.
Pasalnya, saat El Nino itu lahan-lahan rawa yang biasa airnya tinggi menjadi surut potensial ditanami padi.
"Menambah luas tanam di Kalimantan Selatan ini bisa 100.000 hektare, mesti kerja keras mengejar potensi tanam," paparnya.
Jadi sesuai petunjuk Bapak Menteri pada bulan Agustus-September ini mengejar luas tambah tanam 500.000 hektare di 10 provinsi.
"Tidak hanya menghandle tanam hingga panen tapi sekaligus asuransi, KUR, penggilingan hingga offtaker dan pasarnya sebagai cadangan pangan," jelasnya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Barito Kuala, Mujiyat mengatakan dalam menghadapi dampak El Nino, pertanian di Barito Kuala sangat membutuh bantuan pompanisasi dan pipanisasi yang memadai.
Namun demikian, hingga saat ini perkembangan pertanian di Barito Kuala tidak menghadapi kendala karena budidaya dan panen padi hingga saat ini terus dilakukan meskipun musim kemarau.
"Kehadiran Pak Menteri membuat kami bahagia. Semoga kehadiran Pak Menteri, kami di Barito Kuala terus tanam padi dan hasilnya yang unggul. Sejak COVID-19, Kabupaten Barito Kuala dilanda banjir, tapi hari ini padi tumbuh baik, mulai menguning dan mulai panen. Panen padi di Barito Kuala sudah mulai di bulan Mei," katanya.
Pada kegiatan tersebut, Mentan menyerahkan bantuan untuk Kabupaten Barito Kuala sebesar Rp3,82 miliar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023