Batulicin , (Antaranews Kalsel) - Petani dan peternak di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan,
mengikuti Pelatihan Integrated Ecofarming (PIE), yang lebih dikenal dengan istilah sistem pertanian yang berbawasan lingkungan atau pembuatan pupuk.

"Ada 30 Petani dan Peternak di kawasan Desa Karang Mulya Kecamatan Kusan Hulu mengikuti pelatihan
dengan sistem penekankan pertanian dengan cara pembuatan sekaligus pemanfaatan pupuk organik Formula MA-11 yang bersifat non komersil," kata Kepala Bagian Perekonomian Tanbu Suhartoyo, di Batulicin.
 
Pelatihan itu digelar menyusul adanya kerja sama antara pihak Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Tanbu dalam hal peningkatan produksi sektor pertanian dan peternakan di daerah melalui program pengembangan klaster padi unggul dan produksi pakan ternak.
 
Pelatihan sebelumnya berlangsung selama empat hari mulai tanggal 21 hingga 24 Juni 2016 dengan peserta petugas dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kusan Hulu, petani dan peternak Desa Karang Mulya.
 
Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk mengajak para petani dan peternak di daerah agar lebih memiliki semangat bercocok tanam dan beternak secara organik.

Dengan sistem pertanian tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan hasil produksi dan mempertahankan kelangsungan sektor pertanian dan peternakan di Tanah Bumbu.
Menurut Suhartoyo, jika petani menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia secara terus menerus dikhwatirkan dapat semakin mengurangi kualitas tingkat kesuburan tanah sehingga hasil produksi petani kurang optimal.

"Oleh sebab itu, penggunaan bahan kimia dilahan pertanian harus dikurangi dan diganti menggunakan pupuk dan obat-obatan organic," katanya.
 
Terpisah, Konsultan PUMKM Bank Indonesia KPw Prov Kalsel, Untung Torang, mengatakan Kerja sama Klaster Padi Unggul dengan pihak pemerintah Kabupaten Tanbu akan berlangsung tiga tahun.
 
"Ini sudah periode kedua kerjasama di bidang pertanian dengan pihak pemerintah daerah Tanbu," ujarnya.
Adapun pelatihan yang diberikan kepada para petani dan peternak adalah berupa teknis pembuatan pupuk organic dari kotoran ternak baik pupuk cair maupun pupuk padat. Termasuk juga pelatihan cara membuat pakan ternak dari limbah pertanian seperti jerami padi dan pelepah sawit, serta pelatihan cara pembuatan MA 11 yang merupakan bakteri perombak yang diperlukan untuk memfermentasi pupuk maupun pakan ternak.
 
Salah satu nara sumber dalam pelatihan tersebut, Nugroho Widiasmadi yang juga selaku penemu formula  MA-11, menjelaskan formula MA-11 selain dapat digunakan untuk membuat pupuk padat juga dapat menghasilkan jenis pupuk cair.

Bahkan formula ini juga bisa digunakan untuk membuat pakan ternak, pestisida, insektisida, fungisida organic, pakan ikan, biofuel, dan biogas.
 
“Kami ajarkan kepada petani dan peternak supaya mereka bisa memproduksi sendiri  formula MA-11. Tapi tetap dalam pengawasan dan digunakan untuk kalangan sendiri dan tidak boleh diperjual belikan. Hal ini dilakukan agar kualitas produk tetap terjaga,” katanya.
 
Program “Gerakan Total Organik” ini, tambahnya, dilaksanakan diseluruh Indonesia.  Daerah yang lebih dulu menerapkan program ini telah memberikan bukti bahwa bertani dan beternak secara organic dapat mencapai hasil yang lebih baik di bandingkan non organic.
 
Dengan pupuk non organic, jumlah produksi petani yang dihasilkan rata-rata hanya mencapai 5 – 7 ton perhetare.Namun dengan  pupuk organik petani bisa menghasilkan jumlah jumlah produksi padi sekitar 8 hingga 10 ton per hektare.
 
"Bahkan jika ditinjau dari sisi ketahanan tanaman, yang menggunakan pupuk organik jauh lebih kuat atau tahan dari serangan hama dibandingkan yang menggunakan pupuk non organik," katanya.
 
Hal yang sama juga berlaku pada sektor peternakan. Penggunaan organic (MA 11) berdampak pula pada pertambahan bobot badan, produksi susu, serta biaya pakan ternak.
 
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Tanbu, Abdul Karim turut mendukung secara penuh kegiatan tersebut.
 
"Negara kita adalah negara Agraris dan sudah semestinya pertanian dan peternakan kita berdaulat. Bila gerakan ini terus menjalar ke pelosok negeri dan berhasil maka swasembada pangan bukan lagi sekedar mimpi. Dan kami akan terus mendukung kegiatan positif ini,"  tegas Abdul Karim

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016