Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam merupakan bagian kawasan Geopark Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan.
 
Tahura Sultan Adam yang memiliki luas sekitar 113 ribu hektare meliputi Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut tersebut ternyata banyak menyimpan situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang ditetapkan 2018.

Baca juga: Meratus Geopark emits non-volcanic hot spring
 
Untuk di wilayah Tahura Sultan Adam di Gunung Mandiangin saja, di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, terdapat enam situs Geopark Pegunungan Meratus.
 
Enam situ ini bagian dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus yang kini diusulkan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).
 
Situs-situs di wilayah Tahura Sultan Adam di Gunung Mandiangin tersebut masuk rute Selatan yang bertema "Sebuah kilau perjalanan dari hutan tropis menuju intan".
 
Adapun situs-situs tersebut, yakni, Taman Konservasi Anggrek, Habituasi Binatang Endemik, Batu Kulit Ular, Pesanggrahan Belanda, Pusat Informasi Geopark dan Pemandangan Puncak Tahura Sultan Adam.
 
Tahura Sultan Adam di Gunung Mandiangin merupakan kawasan hutan lindung, suaka marga satwa, hingga area pendidikan.
 
Situs-situs tersebut kini menjadi bagian dari objek pariwisata, di mana Tahura Sultan Adam ditetapkan melalui Keppres RI Nomor 52 tahun 1989 tanggal 18 Oktober 1989.
 
Selanjutnya pada tahun 2003 Surat Keputusan (SK) Gubernur tentang pembentukan Badan Pengelola Tahura Sultan Adam.
 
Dilanjutkan pada tahun 2008 keluar Peraturan Gubernur (Pergub) tentang pembentukan Unit Pelaksanaan Tugas (UPT) Tahura Sultan Adam dan pada tahun 2010 di keluarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan tentang penetapan Tahura Sultan Adam.
Tahura Sultan Adam dengan situs-situs Geopark Meratus didalamnya. (ANTARA/Bayu Pratama)
 
Bebatuan tua
 
Salah satu menarik disimak pada Tahura Sultan Adam di Gunung Mandiangin karena mengandung bebatuan tua yang diteliti sudah terbentuk lebih ratusan juta tahun.
 
Bebatuan tua yang jeles menonjol ke permukaan berada di puncak Gunung Mandiangin diberikan nama "Batu Kulit Ular" sebagai situs Geopark.
 
Bebatuan ini berada di ketinggian antara 400-600 meter di atas permukaan laut, tersusun atas kelompok Batuan Malihan yang berumur Jura Tengah (180--182 juta tahun lebih).
 
Bebatuan ini merupakan warisan geologi yang sangat penting karena perwujudan bebatuan tua di Pegunungan Meratus yang telah terangkat ke permukaan.
 
Daya tarik utama selain kehadiran keragaman geologi seperti batuan, kehadiran bentang alam pegunungan Meratus bagian Selatan yang terdiri atas lembah dan perbukitan yang dikontrol patahan-patahan tua.
 
Semua itu merupakan bagian proses pembentukan pegunungan Meratus yang kini dijaga dan dikelola dengan baik Pemerintah Provinsi Kalsel melalui Dinas Kehutanan provinsi setempat.
 
Dinas Kehutanan Kalsel lewat UPT Tahura Sultan Adam pun menjadikan situs batu kulit ular tersebut sebagai salah satu daya tarik wisata dengan sarana yang sangat baik, bahkan dilengkapi panel informasi dari Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus.
Tahura Sultan Adam dengan situs-situs Geopark Meratus didalamnya. (ANTARA/Bayu Pratama)
 
Jejak Penjajah Belanda
 
Tahura Sultan Adam di gunung Mandiangin juga menggambarkan cerita jejak penjajahan Belanda di Indonesia di Kalimantan Selatan.
 
Terdapat ada beberapa peninggalan mereka di gunung itu, diantaranya pesanggrahan, sanatorium hingga lapangan tenis dan kolam pemandian.
 
Kehadiran budaya berupa struktur bangunan peninggalan jaman Belanda tersebut jadi bagian situs Geopark Pegunungan Meratus.
 
Seperti, Pesanggrahan Belanda yang merupakan tempat peristirahatan yang diresmikan pada 26 Februari 1936 oleh Gouvernoer Van Borneo, Dr Bauke Jan Haga yang memerintah dari tahun 1938--1942.
 
Bangunan yang berada di puncak bukit Mandiangin tersebut terdiri dari susunan dinding dari campuran batu Andesit dan semen Portland serta kerikil.
 
Kemudian struktur kayu ulin (kayu besi) dengan dinding papan ulin untuk bangunan tersebut, sebagaimana di ketahui, kayu ulin hanya tumbuh di tanah Borneo, khususnya di pegunungan Meratus.
 
Pada tahun 2018, bangunan yang sudah hampir rata dengan tanah itu dibangun kembali Pemerintah Provinsi Kalsel dengan desain yang menggambarkan pada masa lalunya.
 
Menurut Kepala UPT Tahura Sultan Adam Ainun Jariah, struktur bangunan bawah atau lantai hingga dinding beton adalah asli bangunan lama, hanya struktur atas baru.
 
"Lokasinya tidak berubah, termasuk sanatorium yang juga dibangun ulang, kini jadi tempat penginapan bagi wisatawan yang berkunjung, struktur utama dari kayu ulin," ujarnya.
Tahura Sultan Adam dengan situs-situs Geopark Meratus didalamnya. (ANTARA/Bayu Pratama)
 
Habituasi Satwa Endemik
 
UPT Tahura Sultan Adam kini juga melakukan upaya pelestarian Satwa endemik dari Kalimantan.
 
Ada beberapa jenis binatang yang kini dibuatkan tempat pemeliharaan, yakni, Rusa Sambar, Binturung (jenis musang), Berung madu, kera dan kalulut.
 
Untuk Rusa Sambar yang merupakan bagian binatang dari pegunungan Meratus, kini jumlahnya sudah puluhan ekor berkembang biak.
 
Rusa tersebut tinggi antara 100-160 cm, panjang sekitar 150 cm dan beratnya antara 80--90 kg, namun untuk betina antara 90--125 Kg.
 
Rusa yang hidup di hutan tropis ini juga memiliki tanduk yang panjang hingga 1 meter.
 
Menurut UPT Tahura Sultan Adam pada 2012 dipelihara hanya sebanyak empat ekor hingga kini populasi rusa sambar bertambah menjadi lebih 30 ekor.
 
Selanjutnya Binturung atau jenis musang yang berekor besar dan bertubuh besar, dengan panjang antara 60--95 cm dan berat antara 6--20 kg.
 
Kemudian Beruang Madu, salah satu koleksi habituasi Satwa endemik Tahura Sultan Adam yang juga bertubuh cukup besar, yakni, panjang tubuh 1,40 m, tinggi punggung 70 cm, dengan berat berkisar 50--65 Kg.
Tahura Sultan Adam dengan situs-situs Geopark Meratus didalamnya. (ANTARA/Bayu Pratama)
 
Pariwisata Andalan
 
Tahura Sultan Adam dengan banyaknya situs Geopark Meratus didalamnya ini menjadi penarik pariwisata andalan Provinsi Kalimantan Selatan.
 
Selain di pegunungan Mandiangin, juga disekitarnya, yakni, Kiram Park dengan adanya Mesjid Bambu juga pendulangan intan tradisional Cempaka.
 
Apalagi di puncak gunung Mandiangin setiap malam Sabtu dan Minggu pengunjung mencapai seribuan untuk wisata berkemah.
 
Menurut Kepala UPT Tahura Sultan Adam Ainun Jariah, rata-rata setiap pekan kunjungan wisata ke Tahura Sultan Adam Gunung Mandiangin melebihi 2.000 orang.
 
Sebab, objek wisata yang sudah dibenahi sejak 2010 hingga 2018 puncaknya dengan dibangunnya infrastruktur jalan yang bagus dan sarana bangunan lainnya, menambah daya tarik wisata di lokasi tersebut.
 
Pariwisata Tahura Sultan Adam dengan objek wisata Gunung Mandiangin dan Bukit Batu kini sudah memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar bagi daerah.
 
Untuk tahun ini target PAD sektor pariwisata Tahura Sultan Adam sebesar Rp5 miliar.
 
Dukungan Pemprov Kalsel 
 
Penetapan status Pegunungan Meratus menjadi Geopark Nasional hingga ke Internasional sangat didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
 
Pemprov Kalsel melalui Dinas Komunikasi dan Informatika provinsi setempat menyampaikan, beberapa langkah pembangunan dilakukan Pemprov Kalsel dalam mendukung penetapan Geopark Meratus Nasional sejak 2018. Bahkan hingga diajukan ke UNESCO Global Geopark (UGGp).
 
Penetapan Geopark Meratus merupakan upaya konkrit Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor dalam menyelematkan Meratus dari kerusakan.
 
Beberapa langkah yang akan dilakukan Pemprov Kalsel menyelamatkan Meratus, yaitu, membentuk badan pengelola geopark, masterplane pengembangan geopark dan meningkatkan infrastruktur di dalamnya.
 
Selain itu, meningkatkan jejaring dengan geopark yang ada baik skala nasional dan internasional, serta meningkatkan promosi wisata.
 
 
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023