Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Barabai bersama perwakilan Balai Penyuluh KB Kecamatan Barabai, Perwakilan Dinas Sosial, PPKB, PPPA Kabupaten Hulu Sungai Tengah, serta Lurah dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) melakukan kegiatan "KPPN Barabai Peduli Stunting", yaitu penyerahan bantuan gizi tambahan kepada balita.
"Bantuan yang diserahkan senilai Rp500 ribu untuk tiap anak. Bantuan diberikan kepada balita berusia sembilan bulan (dua anak), 18 bulan (satu anak), dan 24 bulan (satu anak)," kata kepala KPPN Barabai Darius Tarigan di Barabai.
Menurutnya, dana bersumber dari sumbangan para Pegawai KPPN Barabai yang menandakan bahwa seluruh pegawai KPPN peduli dengan pencegahan dan penurunan kasus stunting.
"Kasus Stunting pada bayi di bawah usia lima tahun (balita) di Kabupaten HST cukup tinggi. Pada Kecamatan Barabai saja, berdasarkan data dari Daftar Balita Terindikasi Stunting Puskesmas Barabai Bulan Mei Tahun 2023, terdapat 84 balita terindikasi stunting yang memerlukan gizi tambahan," katanya.
Pihaknya dengan beberapa instansi terkait melakukan penyerahan bantuan di masing-masing rumah penerima yang berlokasi di sekitar KPPN Barabai, tepatnya di Kelurahan Barabai Barat, Barabai Darat, Barabai Selatan, dan Barabai Timur.
Ditegaskannya, KPPN berkomitmen untuk mendukung rencana aksi pencegahan dan penurunan kasus stunting dengan menghadiri Rembuk Stunting yang digelar Pemkab HST pada 7 Juni lalu.
Pada Rembuk Stunting tersebut diterangkannya, terdapat 443 anak stunting yang belum mendapat Kartu Jaminan Kesehatan, 177 RT yang mempunyai anak stunting yang belum mendapat akses air bersih,
397 RT yang mempunyai anak stunting yang tidak bersanitasi layak, 531 ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan 13,66 persen anak stunting mempunyai Riwayat Ibu Hamil KEK.
Ia juga menyarankan untuk percepatan pencegahan stunting, dapat dilakukan strategi intervensi gizi sensitif yang berpengaruh sebesar 70 persen kejadian Stunting, yaitu dengan intervensi beberapa hal seperti air minum layak, sanitasi layak, penerima bantuan iuran JKN, bantuan tunai bersyarat dan bantuan sosial pangan.
Selain itu juga bisa dilakukan Layanan KB pasca persalinan, menekan kehamilan yang tidak diinginkan, pemberian informasi mengenai stunting.
Ditambahkannya juga dapat dilakukan strategi intervensi Gizi Spesifik yang berpengaruh sebesar 30 persen kejadian Stunting, yaitu dengan intervensi pemberian makanan tambahan (PMT) kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang, tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri, pemberian ASI eksklusif, MP-ASI untuk balita di bawah dua tahun dan tata laksana gizi buruk.
Selanjutnya juga dapat dilakukan pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian imunisasi, Ante Natal Care (ANC) atau pemeriksaan kandungan dan pemberian vitamin A.
"Melalui pelaksanaan langkah-langkah di atas dengan melibatkan kerjasama dan partisipasi seluruh pihak, diharapkan kasus stunting di wilayah Hulu Sungai Tengah dapat dicegah dan semakin diturunkan," tuntasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Bantuan yang diserahkan senilai Rp500 ribu untuk tiap anak. Bantuan diberikan kepada balita berusia sembilan bulan (dua anak), 18 bulan (satu anak), dan 24 bulan (satu anak)," kata kepala KPPN Barabai Darius Tarigan di Barabai.
Menurutnya, dana bersumber dari sumbangan para Pegawai KPPN Barabai yang menandakan bahwa seluruh pegawai KPPN peduli dengan pencegahan dan penurunan kasus stunting.
"Kasus Stunting pada bayi di bawah usia lima tahun (balita) di Kabupaten HST cukup tinggi. Pada Kecamatan Barabai saja, berdasarkan data dari Daftar Balita Terindikasi Stunting Puskesmas Barabai Bulan Mei Tahun 2023, terdapat 84 balita terindikasi stunting yang memerlukan gizi tambahan," katanya.
Pihaknya dengan beberapa instansi terkait melakukan penyerahan bantuan di masing-masing rumah penerima yang berlokasi di sekitar KPPN Barabai, tepatnya di Kelurahan Barabai Barat, Barabai Darat, Barabai Selatan, dan Barabai Timur.
Ditegaskannya, KPPN berkomitmen untuk mendukung rencana aksi pencegahan dan penurunan kasus stunting dengan menghadiri Rembuk Stunting yang digelar Pemkab HST pada 7 Juni lalu.
Pada Rembuk Stunting tersebut diterangkannya, terdapat 443 anak stunting yang belum mendapat Kartu Jaminan Kesehatan, 177 RT yang mempunyai anak stunting yang belum mendapat akses air bersih,
397 RT yang mempunyai anak stunting yang tidak bersanitasi layak, 531 ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan 13,66 persen anak stunting mempunyai Riwayat Ibu Hamil KEK.
Ia juga menyarankan untuk percepatan pencegahan stunting, dapat dilakukan strategi intervensi gizi sensitif yang berpengaruh sebesar 70 persen kejadian Stunting, yaitu dengan intervensi beberapa hal seperti air minum layak, sanitasi layak, penerima bantuan iuran JKN, bantuan tunai bersyarat dan bantuan sosial pangan.
Selain itu juga bisa dilakukan Layanan KB pasca persalinan, menekan kehamilan yang tidak diinginkan, pemberian informasi mengenai stunting.
Ditambahkannya juga dapat dilakukan strategi intervensi Gizi Spesifik yang berpengaruh sebesar 30 persen kejadian Stunting, yaitu dengan intervensi pemberian makanan tambahan (PMT) kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang, tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri, pemberian ASI eksklusif, MP-ASI untuk balita di bawah dua tahun dan tata laksana gizi buruk.
Selanjutnya juga dapat dilakukan pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian imunisasi, Ante Natal Care (ANC) atau pemeriksaan kandungan dan pemberian vitamin A.
"Melalui pelaksanaan langkah-langkah di atas dengan melibatkan kerjasama dan partisipasi seluruh pihak, diharapkan kasus stunting di wilayah Hulu Sungai Tengah dapat dicegah dan semakin diturunkan," tuntasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023