Kalangan petani porang di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, belakangan ini mengeluhkan harga umbi porang yang terlalu murah.
"Jika dulu berharga Rp10.000 ribu per kilogram sekarang hanya laku Rp2.000 per kilogram," kata seorang petani porang,Nahli di desa Panggung, Balangan, Sabtu.
Baca juga: BPP Paringin kendalikan OPT untuk menangkal penyakit pada tanaman
Karena harga terlalu murah, maka banyak petani porang yang tidak mau memanen porangnya, menunggu kalau kalau nanti harganya membaik, padahal banyak kebun porang yang sebenarnya sekarang ini sudah layak panen.
Sebelumnya pemerintah Kabupaten Balangan meminta warga untuk mengembangkan tanaman porang secara besar besaran, lantaran kala itu harga membaik untuk ekspor, bahkan pemerintah sempat melakukan eksporke Jepang.
Dengan anjuran pemerintah tersebut banyak warga mengembangkan tanaman porang, bahkan banyak lahan yang tadinya untuk tanaman lain dikonversikan menjadi lahan porang, bahkan lahan sawah pun di tanami porang dengan harapan hasil lebih baik.
Ternyata sekarang harga porang terus menyusut dan tak ada tanda tanda membaik, tambah petani lainnya.
Menurut informasi tanaman ini dikembangkan lantaran memiliki umbi dan umbinya itu yang dijual sebagai mata dagangan ekspor.
Umbi tanaman porang selain dijadikan chips dan tepung, juga bisa digunakan sebagai bahan pengental dalam industri, di antaranya bahan baku kertas, pengikat dalam pembuatan tablet, bahan kosmetik dan masih banyak manfaat lainnya.
Berdasarkan catatan, jumlah petani yang sudah mengembangkan tanaman ini, ada sekitar 450 petani dan tergabung dalam asosiasi porang.
Dari jumlah petani yang mengembangkan porang tersebut sudah menyita lahan setempat bagi komoditi baru tersebut seluas sekitar 120 hektare.
Tanaman semacam keladi keladian tersebut dikenal di kalangan masyarakat yang mata pencarian utama menyadap karet sejak tahun 2016 .
Baca juga: Warga dan Babinsa Koramil 1001-01/Juai gotong royong buka lahan porang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Jika dulu berharga Rp10.000 ribu per kilogram sekarang hanya laku Rp2.000 per kilogram," kata seorang petani porang,Nahli di desa Panggung, Balangan, Sabtu.
Baca juga: BPP Paringin kendalikan OPT untuk menangkal penyakit pada tanaman
Karena harga terlalu murah, maka banyak petani porang yang tidak mau memanen porangnya, menunggu kalau kalau nanti harganya membaik, padahal banyak kebun porang yang sebenarnya sekarang ini sudah layak panen.
Sebelumnya pemerintah Kabupaten Balangan meminta warga untuk mengembangkan tanaman porang secara besar besaran, lantaran kala itu harga membaik untuk ekspor, bahkan pemerintah sempat melakukan eksporke Jepang.
Dengan anjuran pemerintah tersebut banyak warga mengembangkan tanaman porang, bahkan banyak lahan yang tadinya untuk tanaman lain dikonversikan menjadi lahan porang, bahkan lahan sawah pun di tanami porang dengan harapan hasil lebih baik.
Ternyata sekarang harga porang terus menyusut dan tak ada tanda tanda membaik, tambah petani lainnya.
Menurut informasi tanaman ini dikembangkan lantaran memiliki umbi dan umbinya itu yang dijual sebagai mata dagangan ekspor.
Umbi tanaman porang selain dijadikan chips dan tepung, juga bisa digunakan sebagai bahan pengental dalam industri, di antaranya bahan baku kertas, pengikat dalam pembuatan tablet, bahan kosmetik dan masih banyak manfaat lainnya.
Berdasarkan catatan, jumlah petani yang sudah mengembangkan tanaman ini, ada sekitar 450 petani dan tergabung dalam asosiasi porang.
Dari jumlah petani yang mengembangkan porang tersebut sudah menyita lahan setempat bagi komoditi baru tersebut seluas sekitar 120 hektare.
Tanaman semacam keladi keladian tersebut dikenal di kalangan masyarakat yang mata pencarian utama menyadap karet sejak tahun 2016 .
Baca juga: Warga dan Babinsa Koramil 1001-01/Juai gotong royong buka lahan porang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023