Salah satu warga transmigrasi di Desa Bumi Asih, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan selatan, sangat menginspirasi bagi warga lain untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami cabai dan sayur-sayuran.

"Saya ikut prihatin terhadap mahalnya harga cabai di beberapa wilayah Kotabaru, bahkan saat ini harga cabai di Desa Bumi Asih mencapai Rp100.000/kg," kata warga transmigrasi di Desa Bumi Asih Umy Sholicha, di Batulicin Sabtu.

Dia mengatakan, mahalnya harga cabai di wilayah itu membuat dirinya terinspirasi menanam cabai dengan memanfaatkan pekarangan rumah.

Menurutnya, menanam cabai dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri syukur-syukur dapat memenuhi kebutuhan cabai bagi warga sekitar sama halnya kita juga membantu pemerintah untuk mengentaskan inflasi cabai.

Sebenarnya, menanam cabai di pekarangan rumah tidak memerlukan perawatan khusus, seperti menanam cabai di kebun yang luas. Ini dapat dilakukan oleh semua orang meskipun tidak memiliki pekarangan.

Jika tidak memiliki pekarangan, kita juga dapat menanam cabai menggunakan media polybag atau pot. Media ini cukup praktis untuk pekarangan atau lahan yang sempit.

Cukup dengan memanfaatkan tanah pekarangan sisa bangunan rumah sebagai media tanamnya, tabur bibit cabai di lahan tersebut selanjutnya dipupuk dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti pupuk kandang.

"Semua bahan yang dibutuhkan ada di lingkungan kita, mulai dari bibit hingga pupuk bisa kita manfaatkan dari sumber alam yang ada di sekitar," ujarnya.

Bibit cabai tidak perlu beli, cukup dengan memanfaatkan cabai tua yang sudah sisa, kupas cabai tersebut dan ambil biji yang akan ditabur ke dalam tanah. Selanjutnya rawat secara berkala hingga panen.

"Bahkan di waktu sore hari usai pulang dari sawah atau kebun saya menyempatkan untuk membersihkan gulma yang tumbuh di samping tanaman cabai, dan kami juga memupuknya secara berkala menggunakan pupuk kandang," jelas Sholicah.

Sebenarnya, niatnya menanam cabai di pekarangan rumah hanya untuk dikonsumsi sendiri, Namun hasilnya lebih dari kebutuhan yang diperlukan, sehingga cabai yang ada dijual ke tetangga dengan harga di bawah pasaran karena kalau dikonsumsi sendiri terlalu banyak. 

Menurut dia, pekarangan rumah dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Misalnya dengan menanam tanaman produktif seperti tanaman buah buahan, sayur mayur, bumbu dapur dan lain lain yang memiliki nilai ekonomis.

"Dengan terpenuhinya kebutuhan dapur dari kebun sendiri, kita tidak lagi ketergantungan dari daerah lain," terang dia.

Sholichah juga berharap apa yang dilakukan mampu menjadi contoh dan semangat bagi warga yang memiliki lahan lebih luas dan dapat digunakan untuk bercocok tanam seperti dirinya.

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023