Salah satu petani asal Kecamatan Kelumpang Selatan Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, mengeluhkan harga pupuk non subsidi semakin mahal.

"Mahalnya harga pupuk juga diperparah dengan terbatasnya ketersediaan di toko-toko pertanian yang ada di Desa Bumi Asih," kata petani asal Desa Bumi Asih, Kecamatan Kelumpang Selatan, Umy Sholicah, di Batulicin, Sabtu.

Secara terpaksa yang bersangkutan harus membeli ke desa lain dengan harga yang lebih mahal agar pertumbuhan tanaman padi miliknya tetap normal

Hampir enam bulan terakhir harga pupuk di wilayah tersebut terus meningkat hingga Rp350.000/karung.

Pupuk urea awalnya Rp350.000 naik 57 persen menjadi Rp550.00, pupuk mutiara Rp750.000 naik 20 persen menjadi Rp950.000/karung, pupuk TSP Rp550.000 naik 64 persen manjadi Rp900.000.

"Kami berharap ada peran dari pemerintah agar harga pupuk di Kotabaru tetap stabil," pintanya.

Sementara itu, salah satu karyawan Toko Delta Makmur Santosa di Jalan Plajau, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Ramli, menjelaskan beberapa bulan terakhir harga pupuk kimia non subsidi di seluruh toko pertanian yang di Kotabaru dan Tanah Bumbu naik hingga 64 persen.

"Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga pupuk menjadi naik, salah satunya dampak perang Negara Rusia dan Ukraina. Selain itu diperparah lagi dengan langkanya bahan baku yang didatangkan dari Negara Cina yang selanjutnya diolah di Indonesia menjadi pupuk dan herbisida," kata Ramli.

Menurut dia, pihak toko tidak mungkin menurunkan harga sedangkan harga dari distributor sudah naik, jadi secara terpaksa harga jual juga dinaikkan agar tidak rugi.

"Pupuk jenis urea kami jual dengan harga Rp550.000/karung, pupuk mutiara Rp950.000/karung, pupuk TSP Rp900.000/karung. Pestisida jenis Roundup kami jual Rp105.000/ liter atau Rp2.100.000/galon ukuran 20 liter, jenis Gramoxone Rp95.000/liter atau Rp1.600.000/galon ukuran 20 liter," jelas Ramli.

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023