Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III memberikan catatan baik terhadap hasil kerja PT Adhi Karya (ADHI) untuk proyek rehabilitasi saluran utama irigasi sepanjang 27,73 km di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Daerah irigasi (D.I) Tapin yang direhabilitasi ini adalah satu dari 72 irigasi premium Indonesia. Pembangunannya, masuk rangkaian pada agenda besar negara periode 2015-2025 untuk mewujudkan ketahanan pangan dan air secara nasional.
"Hasil pekerjaan PT Adhi Karya baik," ujar Staf Teknis Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Gunadi Anom kepada ANTARA di Rantau, Jum'at.
Kini, sebagian petani diklaim sudah merasakan manfaat dari irigasi penyalur air dari bendungan yang diresmikan Presiden Joko Widodo 2021 lalu. Target dari rehabilitasi itu, kata dia, air bisa menjangkau sawah seluas 2.603 hektar.
"Berdasarkan pernyataan Ketua P3-TGA Desa Bungur Baru, sekarang sudah bisa diterapkan pola tanam dua kali lipat. Sebelumnya, pendapatan awal petani hanya 3-4 ton, setelah rehabilitasi meningkat menjadi 7-8 ton (hektar)," ujarnya.
Melalui D.I Tapin ini, BWS Kalimantan III mencatat. Terdapat 15 perkumpulan petani pemakai air (P3A) kini telah menikmati manfaat pembangunan dari program pemerintah pusat.
Terbaru ini, mereka juga sedang berupaya merealisasikan rencana yang dinilai bisa memaksimalkan potensi dari bendungan yang memiliki kapasitas 56,7 juta meter kubik air tersebut.
Rencana itu, adalah pembangunan saluran tersier agar air bisa menjangkau lebih luas lahan-lahan pertanian fungsional.
"Terkait dengan pembangunan jaringan tersier, dalam proses usulan
untuk pembangunannya," ungkapnya.
Terkait serapan anggaran untuk rehabilitasi irigasi yang dibangun pada 1989-1993 silam itu, mencapai Rp115 miliar bersumber dari pinjaman luar negeri (loan).
Dana itu didapat melalui program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPMIP) yang didukung Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Proyek Manager ADHI Miftah mengatakan irigasi tua tersebut tidak dapat berfungsi maksimal, disebabkan oleh banyaknya kerusakan pada bangunan.
"Keadaan itu diperparah oleh tingginya elevasi eksisting diakibatkan sedimen dan saluran yang berlantai tanah. Sekarang sudah dibetonisasi," ungkapnya saat dikonfirmasi.
Sesuai denah, jalur irigasi lama tidak ada yang berubah. Namun, kata dia, di beberapa bagian hulu-hilir dilakukan pelebaran untuk menambah daya tampung air.
"Sekarang, juga ada tambahan yaitu kantor pengamatan yang didesain seperti publik area untuk rekreasi. Ada taman irigasi, area berbain anak, gazebo, moshola. Hal ini sesuai instruksi kementerian untuk pembangunan irigasi dan bangunan air lainnya harus juga mengedepankan faktor keindahan," jelasnya.
ADHI, melalui Miftah menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat menyukseskan pembangunan yang berdampak langsung untuk masyarakat tersebut.
"Sesuai kontrak. Akhir tahun 2022 tadi, hasil kerja sudah kita serahkan ke BWS Kalimantan III," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023