Salah satu stan di kawasan wisata Pasar Budaya Racah Mampulang Desa Balida, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, tampak dipenuhi pengunjung.

Mulai kalangan orangtua hingga anak-anak terlihat kagum menyaksikan miniatur kincir air yang berputar pelan di hadapan mereka.

Di samping miniatur kincir air, Ili (35) warga Desa Gunung Riut, Kecamatan Halong, si pembuat miniatur asyik mengatur bilahan bambu yang dibuat menyerupai kincir.

"Jika dengan mesin pemutarnya miniatur kincir air ini saya jual Rp500 ribu," ungkap Ili.

Saat itu Ili menjadi salah satu peserta pameran produk unggulan dalam acara Gebyar Desa 2 wilayah ring 1 Adaro yang dilaksanakan di Pasar Budaya Racah Mampulang Desa Balida, Kecamatan Paringin, Kamis (29/12).

Selain miniatur kincir air, ia juga memamerkan satu set kursi dan meja bambu hasil karyanya.

Ili sendiri adalah mantan napi di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIB Tanjung, Kabupaten Tabalong.

Selama empat tahun ia menjadi warga binaan dan harus menjalani hukuman. Justru di situ ia mendapatkan keterampilan membuat aneka kerajinan dari bambu, termasuk mengikuti pelatihan miniatur dan kaligrafi yang diinisiasi sejumlah instansi maupun Adaro.

"Alhamdulillah selama menjadi warga binaan saya mendapatkan keterampilan membuat miniatur, kaligrafi dan kerajinan bambu," cerita Ili.

 Setelah bebas pada tahun 2021, Ili pun mulai mencoba mencari uang berbekal keterampilannya membuat kaligrafi dan minatur.

Kembali ke kampung halamannya di Desa Riut, Ili pun berpartisipasi meramaikan pasar budaya dengan menampilkan aneka miniatur dan kaligrafi hasil karyanya sendiri.

Ia mencoba menjual hasil karyanya untuk bisa memperoleh pemasukan agar bisa bertahan hidup setelah bebas sebagai warga binaan.

Di pasar budaya Desa Balida talenta Ili membuat miniatur dan kaligrafi rupanya menarik perhatian tim PT Adaro Indonesia (Adaro) dan ia pun mendapat tawaran belajar membuat kerajinan bambu di Yayasan Bambu Indonesia Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

"Di Cibinong saya belajar membuat kerajinan bambu dengan Pak Jatnika selama lima hari," ungkap Ili.

Selain Ili ada empat perajin asal Kabupaten Tabalong dan Balangan yang juga belajar kerajinan bambu dengan Jatnika atau lebih dikenal sebagai Abah Jatnika.

Selain mengikuti pelatihan di Yayasan Bambu Indonesia, Ili juga menerima bantuan modal dari Adaro sebesar Rp15 juta untuk pengadaan peralatan pembuatan kerajinan bambu dan miniatur.

Ia mengaku tak malu berstatus mantan napi karena kini dari hasil penjualan kerajinan bambunya bisa membantu perekonomian orangtuanya yang hanya petani karet.

Kerajinan bambunya pun cukup diminati pembeli yang berasal dari Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara hingga luar Kalimantan.

"Pembeli miniatur ada yang berasal dari Kalimantan Timur bahkan Papua," jelas Ili.

Pemuda asli Gunung Riut ini menggunakan jenis bambu manis yang banyak tumbuh subur di desanya sebagai bahan baku kerajinannya.

Dengan omset mencapai Rp5 juta per bulan Ili berharap dapat bantuan modal dari pihak lain untuk pengadaan peralatan seperti mesin pembelah rotan yang belum dimilikinya.

Selama memenuhi pesanan pembeli, ia hanya dibantu bapaknya karena belum mampu mempekerjakan orang lain.

Bagi yang berminat dengan hasil kerajinan Ili bisa menghubungi nomor whatsapp 081351742820.

 Untuk satu set bangku dan meja bambu dijual dengan harga Rp1 juta, kotak tisu Rp50 ribu, miniatur kapal layar Rp300 ribu, miniatur rumah Adat Banjar Rp250 ribu.

 Kesuksesan Ili sebagai mantan napi yang kini bisa hidup mandiri dengan membuka wirausaha baru bisa menjadi inspirasi warga binaan lainnya agar lebih percaya diri saat kembali ke masyarakat.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022