Awal tahun 2022 merupakan awal perjuangan panjang bagi Nadhirah Arifah (35). Guru kelas di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, ini mengikuti program pemerintah yaitu Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan lima selama kurang lebih delapan bulan.

Pendidikan yang dijalani sebanyak 306 jam pelajaran dengan konsep MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi, Koneksi antarmateri dan Aksi nyata) yang terdiri atas 10 modul.

Menurut Nadhirah, awalnya agak bingung dengan kalimat menghamba pada murid dan pembelajaran yang berpusat pada murid. Namun, dengan mengikuti berbagai tahapan pembelajaran yang dilakukan secara online maupun offline membuat mindset berubah.

"Pembelajaran secara online dijalani dengan adanya materi dan tugas di LMS serta adanya pertemuan melalui gmeet dengan fasilitator dalam ruang kolaborasi serta dengan instruktur melalui elaborasi," ujarnya.

Selain online, dijelaskannya, pembelajaran juga dilaksanakan secara luring/offline oleh pengajar praktik melalui pendampingan individu dan lokakarya.

"Semakin sadar bahwa pembelajaran harus berpusat pada murid dan menyesuaikan kodrat alam serta kodrat zaman para murid agar terbentuk pembelajaran yang bermakna dan membahagiakan para murid," katanya.

Begitu banyak dan bermanfaatnya ilmu yang didapat selama pendidikan guru penggerak, ia berharap bisa mengaplikasikan serta berbagi kepada rekan guru lain di sekolah agar terwujud iklim pembelajaran yang menyenangkan bagi para murid.

Akhirnya, diungkapanya, 20 Desember 2022 kemarin telah dilaksanakannya Loka Panen Hasil Belajar yang ditampilkan oleh seluruh Calon Guru Penggerak Kabupaten HST angkatan lima dan Ia menampilkan Program sekolah TIMPAKAH.

"Yaitu Timbun samPah jadi berKah dengan pengaktifan Bank Sampah, pembuatan eco brick dari sampah plastik dan eco enzyme dari sampah organik, yang berdampak pada murid," tuntasnya.

Pewarta: M. Taupik Rahman

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022