Balangan - (Antaranews Kalsel) - Sebuah bangunan berwarna abu-abu di Desa Simpang Tiga, Kecamatan Lampihong, Balangan, selalu ramai dipenuhi anak-anak usia SD setiap sore. 

Anak-anak itu tidak sedang bermain, mereka sedang belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Bangunan abu-abu berisi tiga kelas itu adalah Rumah Tahfidz Istiqamah.
 
Saiful Arif, pengelola Rumah Tahfidz Istiqamah mengatakan, program pengajaran Al-Qur’an tersebut sudah berjalan selama hampir empat tahun. Wacana untuk membuka Rumah Tahfidz sendiri datang dari Adlin Putra, ketua Rumah Tahfidz Kalimantan Selatan. 

Pada tahun 2012, Adlin bertemu dengan Arif dan menyampaikan ide tersebut. Ide itu bersambut. Arif mengumpulkan beberapa rekannya dan memutuskan untuk memulai proyek pertama di Lampihong, tempat ia tinggal.
 
Dalam musyawarah desa, Arif menyampaikan ide tersebut. Masyarakat menyambut baik konsep pengajaran Al-Qur’an di desa mereka. Mereka menganggap daripada anak mereka menghabiskan waktu dengan percuma, lebih baik digunakan untuk belajar mendalami Al-Qur’an.
 
Karena belum memiliki bangunan sendiri, awalnya Arif menggunakan garasi rumahnya untuk kegiatan pengajaran. Beberapa warga juga menyediakan rumahnya untuk digunakan. 

Setelah berjalan dua tahun, barulah Rumah Tahfidz Istiqamah memiliki bangunan sendiri. Seorang warga desa mewakafkan tanah dan membuatkan bangunan khusus untuk kegiatan belajar-mengajar.
 
Bangunan berwarna abu-abu yang berisi tiga kelas itu sekarang menjadi bangunan utama dalam kegiatan belajar-mengajar. Namun, bangunan itu pun masih belum cukup untuk digunakan seluruh santri yang ada. Beberapa rumah warga masih digunakan untuk menampung sebagian santri.
 
Saat ini, tercatat ada 108 santri yang mengikuti pembelajaran di Rumah Tahfidz Istiqamah. Para santri itu berasal dari lima desa di Kecamatan Lampihong, yaitu Desa Simpang Tiga, Lampihong Kanan, Lampihong Kiri, Hilir Pasar, serta Sungai Awang. 

Setiap hari Senin sampai Sabtu, mereka mengikuti pembelajaran. Dimulai pukul 14.30 WITa dan berakhir pukul 16.00 WITa.
 
Untuk pengajar, Arif merekrut tenaga pengajar dari Pondok Pesantren Pamangkih, Barabai. Saat ini, Rumah Tahfidz Istiqamah memiliki lima orang pengajar tetap. Untuk kurikulum pengajaran, mereka mengadopsi metode milik Ustad Yusuf Mansur, yaitu One Day One Ayat.

Untuk mempermudah santri dalam menghafal, setiap hari mereka diminta untuk menghafal satu ayat. Jika ayatnya cukup panjang, maka akan dipecah untuk dihafal dalam beberapa hari.
 
Masih sejalan dengan metode Yusuf Mansur, Rumah Tahfidz Istiqamah mensyaratkan ada empat surat utama dan 1 juzz yang harus dihafal sebelum santri bisa dinyatakan lulus. Surat itu adalah Yasin, Ar-Rahman, Al-Mulk, Al-Waqiah, dan semua surat dalam juz 30. Seluruhnya ditargetkan bisa dihafal santri dalam waktu 3 tahun.
 
Hadi, salah satu santri yang masih duduk di kelas 3 SD, mengatakan bahwa ia menyenangi cara pembelajaran di Rumah Tahfidz Istiqamah. Ia mengaku sudah berhasil menghafal 6 surat pendek.
 
“Setelah menghafal di sini, saya juga lanjut menghafal di rumah,” kata Hadi.
 
Meski metode pengajarannya cukup sukses dalam membentuk bibit-bibit penghafal Al-Qur’an, Arif tidak ingin para santrinya hanya bisa menghafal saja.
 
“Dalam kelas, kami juga sampaikan pelajaran akhlaq dan fiqih, jadi para santri tidak sebatas bisa menghafal, tapi juga bisa mengamalkan isi Al-Qur’an,” ujar Arif./c

Pewarta: Roly Supriadi

Editor : Roly Supriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016