Bank Indonesia Kalimantan Selatan menggelar seminar nasional 2022 berkolaborasi dengan pemerintah provinsi bertajuk "Strategi Pembangunan Hijau Untuk Kalimantan Baru," di Banjarmasin, Jum'at.
"Pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu bentuk partisipasi aktif dan upaya dalam mendukung transisi ekonomi hijau," ujar Kepala BI Kalsel Imam Subarkah, saat membuka seminar.
Wilayah Kalimantan, menghadapi tantangan yang besar dalam pelaksanaan transisi ekonomi tersebut, mengingat pertambangan batubara masih menjadi tulang punggung perekonomian.
Maka, kata dia, transisi perlu disegerakan mengingat arah perkembangan energi dunia, dampak perubahan iklim, serta komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan perekonomian yang lebih ramah terhadap lingkungan.
"Kalimantan perlu bertransformasi ke ekonomi hijau, yang merupakan topik dari seminar hari ini," ungkapnya.
Sebagai provinsi dengan pangsa perekonomian terbesar ketiga di Kalimantan, kata dia, Kalsel memiliki daya saing yang unggul dibandingkan provinsi lainnya.
Pernyataan itu disampaikan berdasarkan kualitas pembangunan manusia di Kalsel, yang merupakan tertinggi di wilayah Kalimantan.
Sejalan dengan hal tersebut, katanya, persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran di Kalsel juga merupakan yang terendah dibandingkan provinsi lain di Kalimantan.
"Selanjutnya, Kalsel juga memiliki tingkat kemandirian ekonomi yang baik di mana sebagian besar hasil produksi utama Kalsel dimanfaatkan sebagai input bagi proses pengolahan lanjut oleh industri di Kalsel, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi bagi perekonomian," ujarnya.
Dari pemaparan hari ini disebut, Kalsel adalah produsen batubara terbesar ke-2 setelah Kalimantan Timur (Kaltim). Dengan sumber daya 15,03 miliar ton dan cadangan 5,27 miliar ton.
"Dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan sebagai upaya mencapai pembangunan
ekonomi hijau, salah satu perusahaan PKP2B di Kalsel sedang menjajaki pengembangan
proyek gasifikasi batubara," ujarnya.
Selain itu, kata Imam, Kalsel juga merupakan salah satu daerah sentra penghasil sawit, baik di wilayah Kalimantan maupun Nasional. Hilirisasi CPO di Kalsel telah berjalan dan mampu menghasilkan produk turunan berupa minyak goreng dan biodiesel.
"Tidak hanya kaya akan batubara dan CPO, berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi,
Kalsel juga merupakan provinsi dengan potensi sumber daya bijih besi yang sangat besar dan
melimpah," ungkapnya.
Dengan segala potensi sumber daya alam yang dimiliki Kalsel ini serta perkembangan energi dunia yang mengarah kepada energi yang ramah lingkungan, kata dia, Kalsel perlu menyesuaikan strategi pembangunannya untuk mencapai ekonomi yang tumbuh tinggi, stabil serta berkelanjutan.
Ada tiga strategi yang disampaikannya untuk transformasi ekonomi dalam forum nasional tersebut, diantaranya ; transformasi manufaktur hilirisasi SDA, pengembangan pariwisata sebagai new source of growth, dan penguatan digitalisasi UMKM.
"Strategi tersebut merupakan komponen dari lima agenda besar Indonesia Maju yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-77 pada tanggal 17 Agustus 2022. Oleh karena itu, Kalimantan memegang peranan penting untuk mewujudkan agenda besar Indonesia Maju," ujarnya.
Turut hadir dalam acara seminar nasional itu secara virtual ; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Akademisi Colorado State University Prof. Edward B. Barbier.
Sebagai pembicara, diantaranya : Akademisi University of California Davis Prof. Wing Thye Woo, Akademisi Institut Pertanian Bogor Prof. Akhmad Fauzi, Kepala Departemen Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi OJK Enrico Hariantoro.
Selain itu ada, Asisten Deputi Bidang Investasi Strategis Kemenko Marves Bimo Wijayanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia dan Kepala Bappeda Kalimantan Selatan Ariadi Noor.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu bentuk partisipasi aktif dan upaya dalam mendukung transisi ekonomi hijau," ujar Kepala BI Kalsel Imam Subarkah, saat membuka seminar.
Wilayah Kalimantan, menghadapi tantangan yang besar dalam pelaksanaan transisi ekonomi tersebut, mengingat pertambangan batubara masih menjadi tulang punggung perekonomian.
Maka, kata dia, transisi perlu disegerakan mengingat arah perkembangan energi dunia, dampak perubahan iklim, serta komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan perekonomian yang lebih ramah terhadap lingkungan.
"Kalimantan perlu bertransformasi ke ekonomi hijau, yang merupakan topik dari seminar hari ini," ungkapnya.
Sebagai provinsi dengan pangsa perekonomian terbesar ketiga di Kalimantan, kata dia, Kalsel memiliki daya saing yang unggul dibandingkan provinsi lainnya.
Pernyataan itu disampaikan berdasarkan kualitas pembangunan manusia di Kalsel, yang merupakan tertinggi di wilayah Kalimantan.
Sejalan dengan hal tersebut, katanya, persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran di Kalsel juga merupakan yang terendah dibandingkan provinsi lain di Kalimantan.
"Selanjutnya, Kalsel juga memiliki tingkat kemandirian ekonomi yang baik di mana sebagian besar hasil produksi utama Kalsel dimanfaatkan sebagai input bagi proses pengolahan lanjut oleh industri di Kalsel, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi bagi perekonomian," ujarnya.
Dari pemaparan hari ini disebut, Kalsel adalah produsen batubara terbesar ke-2 setelah Kalimantan Timur (Kaltim). Dengan sumber daya 15,03 miliar ton dan cadangan 5,27 miliar ton.
"Dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan sebagai upaya mencapai pembangunan
ekonomi hijau, salah satu perusahaan PKP2B di Kalsel sedang menjajaki pengembangan
proyek gasifikasi batubara," ujarnya.
Selain itu, kata Imam, Kalsel juga merupakan salah satu daerah sentra penghasil sawit, baik di wilayah Kalimantan maupun Nasional. Hilirisasi CPO di Kalsel telah berjalan dan mampu menghasilkan produk turunan berupa minyak goreng dan biodiesel.
"Tidak hanya kaya akan batubara dan CPO, berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi,
Kalsel juga merupakan provinsi dengan potensi sumber daya bijih besi yang sangat besar dan
melimpah," ungkapnya.
Dengan segala potensi sumber daya alam yang dimiliki Kalsel ini serta perkembangan energi dunia yang mengarah kepada energi yang ramah lingkungan, kata dia, Kalsel perlu menyesuaikan strategi pembangunannya untuk mencapai ekonomi yang tumbuh tinggi, stabil serta berkelanjutan.
Ada tiga strategi yang disampaikannya untuk transformasi ekonomi dalam forum nasional tersebut, diantaranya ; transformasi manufaktur hilirisasi SDA, pengembangan pariwisata sebagai new source of growth, dan penguatan digitalisasi UMKM.
"Strategi tersebut merupakan komponen dari lima agenda besar Indonesia Maju yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-77 pada tanggal 17 Agustus 2022. Oleh karena itu, Kalimantan memegang peranan penting untuk mewujudkan agenda besar Indonesia Maju," ujarnya.
Turut hadir dalam acara seminar nasional itu secara virtual ; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Akademisi Colorado State University Prof. Edward B. Barbier.
Sebagai pembicara, diantaranya : Akademisi University of California Davis Prof. Wing Thye Woo, Akademisi Institut Pertanian Bogor Prof. Akhmad Fauzi, Kepala Departemen Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi OJK Enrico Hariantoro.
Selain itu ada, Asisten Deputi Bidang Investasi Strategis Kemenko Marves Bimo Wijayanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia dan Kepala Bappeda Kalimantan Selatan Ariadi Noor.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022