Pelaihari, (Antaranews Kalsel)- Empat orang anak di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, meninggal akibat menderita demam berdarah dengue (DBD) yang sejak dua bulan terakhir juga terus mewabah di beberapa daerah di Kalimantan Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan Tanah Laut, H Junaidi di Pelaihari Selasa mengatakan, empat orang anak yang meninggal akibat gigitan nyamuk "aedes aigepty" tersebut, terjadi selama dua bulana yaitu dari Januari hingga Februari 2016.
"Sebenarnya selama bulan tersebut, terdapat lima anak yang meninggal itu, namun baru empat orang positif terkena DBD. Sedangkan satu orang anak meninggal masih diragukan akibat DBD," kata Djunaidi.
Menurut dia, walaupun empat orang anak meninggal akibat terserang DBD, namun di Tanah Laut tidak terjadi kejadian luar biasa (KLB).
"Tanah Laut belum dinyatakan KLB demam berdarah, namun kita tetap siaga satu terhadap penyakit berbahaya tersebut," tegasnya.
Menghindari KLB, tegas dia, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk di daerah endemis terhadap serangan DBD tersebut.
"Bagi orangtua agar segera memeriksakan kesehatan anaknya ke puskesma terdekat, apabila mengalami panas tinggi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Achmad Rudiansjah mengatakan, wabah DBD ini terus diupayakan penanganannya, di mana pihak petugas kesehatan di 13 kabupaten/kota di provinsi ini melakukan langkah intensif turun kelapangan melakukan sosialisasi agar masyarakat waspada DBD.
Para petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) juga diminta lebih intensif melakukan sosialisasi pencegahan DBD, termasuk memberikan bubuk abate secara gratis kemasyarakat, paparnya.
Menurut dia, beberapa daerah yang sudah banyak ditemukan kasusnya, yakni, di daerah Hulu Sungai Selatan (HSS) yang mencapai 106 kasus dan Hulu Sungai Tengah (HST) sebanyak 74 kasus.
Selain HSS dan HST, ungkap dia, yang juga cukup tinggi korban DBD sesuai data pada 18 Januari 2016, adalah Kotabaru sebanyak 59 kasus, Batola sebanyak 51 kasus, Tanah Laut sebanyak 45 kasus, Tanah Bumbu sebanyak 33 kasus, Tabalong sebanyak 32 kasus.
Selanjutnya, kata dia, Kabupaten Balangan sebanyak 31 kasus, Kota Banjarbaru sebanyak 29 kasus, Kabupaten Banjar sebanyak 25 kasus, Tapin sebanyak 19 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) sebanyak 17 kasus.
"Memang tren peningkatan kasus DBD ini kebiasaan pada Januari hingga Maret di mana terjadi musim hujan yang banyak menimbulkan genangan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti ini," terangnya.
Tentunya, kata Rudiansjah, kejadian pada 2015 lalu jangan sampai terulang kembali di tahun ini, di mana kasus DBD di 13 kabupaten/kota jumlahnya mencapai 3.589 kasus, yang memilukannya sebanyak 40 orang menjadi korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kepala Dinas Kesehatan Tanah Laut, H Junaidi di Pelaihari Selasa mengatakan, empat orang anak yang meninggal akibat gigitan nyamuk "aedes aigepty" tersebut, terjadi selama dua bulana yaitu dari Januari hingga Februari 2016.
"Sebenarnya selama bulan tersebut, terdapat lima anak yang meninggal itu, namun baru empat orang positif terkena DBD. Sedangkan satu orang anak meninggal masih diragukan akibat DBD," kata Djunaidi.
Menurut dia, walaupun empat orang anak meninggal akibat terserang DBD, namun di Tanah Laut tidak terjadi kejadian luar biasa (KLB).
"Tanah Laut belum dinyatakan KLB demam berdarah, namun kita tetap siaga satu terhadap penyakit berbahaya tersebut," tegasnya.
Menghindari KLB, tegas dia, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk di daerah endemis terhadap serangan DBD tersebut.
"Bagi orangtua agar segera memeriksakan kesehatan anaknya ke puskesma terdekat, apabila mengalami panas tinggi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Achmad Rudiansjah mengatakan, wabah DBD ini terus diupayakan penanganannya, di mana pihak petugas kesehatan di 13 kabupaten/kota di provinsi ini melakukan langkah intensif turun kelapangan melakukan sosialisasi agar masyarakat waspada DBD.
Para petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) juga diminta lebih intensif melakukan sosialisasi pencegahan DBD, termasuk memberikan bubuk abate secara gratis kemasyarakat, paparnya.
Menurut dia, beberapa daerah yang sudah banyak ditemukan kasusnya, yakni, di daerah Hulu Sungai Selatan (HSS) yang mencapai 106 kasus dan Hulu Sungai Tengah (HST) sebanyak 74 kasus.
Selain HSS dan HST, ungkap dia, yang juga cukup tinggi korban DBD sesuai data pada 18 Januari 2016, adalah Kotabaru sebanyak 59 kasus, Batola sebanyak 51 kasus, Tanah Laut sebanyak 45 kasus, Tanah Bumbu sebanyak 33 kasus, Tabalong sebanyak 32 kasus.
Selanjutnya, kata dia, Kabupaten Balangan sebanyak 31 kasus, Kota Banjarbaru sebanyak 29 kasus, Kabupaten Banjar sebanyak 25 kasus, Tapin sebanyak 19 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) sebanyak 17 kasus.
"Memang tren peningkatan kasus DBD ini kebiasaan pada Januari hingga Maret di mana terjadi musim hujan yang banyak menimbulkan genangan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti ini," terangnya.
Tentunya, kata Rudiansjah, kejadian pada 2015 lalu jangan sampai terulang kembali di tahun ini, di mana kasus DBD di 13 kabupaten/kota jumlahnya mencapai 3.589 kasus, yang memilukannya sebanyak 40 orang menjadi korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016