Anggota DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Firman Yusi melakukan sosialisasi Perda Gerakan Revolusi Hijau sekaligus mendukung penanaman pohon di tepi Sungai Tabalong, kabupaten paling utara di provinsi tersebut.
"Peraturan Daerah (Perda) yang disosialisasikan itu Nomor 7 tahun 2018 tentang Gerakan Revolusi Hijau," ujar Humas Sekretariat DPRD (Setwan) Kalsel melalui WA-nya, Jumat (29/7/22) siang.
Sedangkan penanaman pohon di tepi Sungai Tabalong dilakukan oleh Komunitas Perhimpunan Pecinta Bongsai Indonesia (KP2BI), lanjut juru bicara (jubir) Setwan Kalsel tersebut.
Dalam sosialisasi Jumat (29/7/22), yang juga menghadirkan unsur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tabalong dan Kepala Dinas PUPR setempat itu, Firman mengapresiasi komunitas yang mengambil inisiatif dengan gerakan penanaman pohon di sepanjang Sungai Tabalong.
Mantan anggota DPRD "Bumi Saraba Kawa" Tabalong itu menerangkan, Gerakan Revolusi Hijau di Kalsel adalah gerakan penanaman pohon baik di dalam maupun luar kawasan hutan.
"Tentu saja tepian sungai menjadi salah satu target Gerakan Revolusi Hijau," tegas alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu yang juga Sekretaris Komisi IV dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurut dia, tepian sungai adalah wilayah yang cukup penting artinya, karena sejak lama sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat Kalsel dan tepian sungai yang tidak terjaga selama ini terus mengalami longsor.
“Longsornya tepian sungai juga ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, sebab di tepian sungai tidak hanya terdapat pemukiman penduduk, akan tetapi juga berbagai fasilitas publik, seperti jalan, tempat ibadah, dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Hal itu kenapa terjadi, tambah laki-laki kelahiran "kota minyak" Tanjung (237 kilometer utara Banjarmasin), ibukota Tabalong tersebut, bisa karena faktor alam atau kelalaian manusia sendiri.
"Tapi yang terpenting dari kegiatan ini adalah bagaimana para pihak, dalam hal ini pemerintah dan masyarakat berkomitmen berkontribusi dengan kemampuannya masing-masing untuk menjaga dan melestarikan wilayah sungai guna kebaikan bersama pula," lanjutnya.
"Hal tersebut sudah dimulai dengan kegiatan para pencinta bonsai yang menanam pohon jenis waru di sepanjang Sungai Tabalong. Jenis pohon ini diyakini mampu memperkuat tebing sungai, mencegah longsor, bahkan mampu menciptakan endapan baru di pinggiran sungai untuk mencegah rusaknya fasilitas di tepian sungai," demikian Firman Yusi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Peraturan Daerah (Perda) yang disosialisasikan itu Nomor 7 tahun 2018 tentang Gerakan Revolusi Hijau," ujar Humas Sekretariat DPRD (Setwan) Kalsel melalui WA-nya, Jumat (29/7/22) siang.
Sedangkan penanaman pohon di tepi Sungai Tabalong dilakukan oleh Komunitas Perhimpunan Pecinta Bongsai Indonesia (KP2BI), lanjut juru bicara (jubir) Setwan Kalsel tersebut.
Dalam sosialisasi Jumat (29/7/22), yang juga menghadirkan unsur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tabalong dan Kepala Dinas PUPR setempat itu, Firman mengapresiasi komunitas yang mengambil inisiatif dengan gerakan penanaman pohon di sepanjang Sungai Tabalong.
Mantan anggota DPRD "Bumi Saraba Kawa" Tabalong itu menerangkan, Gerakan Revolusi Hijau di Kalsel adalah gerakan penanaman pohon baik di dalam maupun luar kawasan hutan.
"Tentu saja tepian sungai menjadi salah satu target Gerakan Revolusi Hijau," tegas alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu yang juga Sekretaris Komisi IV dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurut dia, tepian sungai adalah wilayah yang cukup penting artinya, karena sejak lama sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat Kalsel dan tepian sungai yang tidak terjaga selama ini terus mengalami longsor.
“Longsornya tepian sungai juga ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, sebab di tepian sungai tidak hanya terdapat pemukiman penduduk, akan tetapi juga berbagai fasilitas publik, seperti jalan, tempat ibadah, dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Hal itu kenapa terjadi, tambah laki-laki kelahiran "kota minyak" Tanjung (237 kilometer utara Banjarmasin), ibukota Tabalong tersebut, bisa karena faktor alam atau kelalaian manusia sendiri.
"Tapi yang terpenting dari kegiatan ini adalah bagaimana para pihak, dalam hal ini pemerintah dan masyarakat berkomitmen berkontribusi dengan kemampuannya masing-masing untuk menjaga dan melestarikan wilayah sungai guna kebaikan bersama pula," lanjutnya.
"Hal tersebut sudah dimulai dengan kegiatan para pencinta bonsai yang menanam pohon jenis waru di sepanjang Sungai Tabalong. Jenis pohon ini diyakini mampu memperkuat tebing sungai, mencegah longsor, bahkan mampu menciptakan endapan baru di pinggiran sungai untuk mencegah rusaknya fasilitas di tepian sungai," demikian Firman Yusi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022