Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) menempati urutan pertama tertinggi dari 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan untuk Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten HST, H Mursalin pada Kamis (9/6) di Barabai menerangkan, berdasarkan rekapitulasi laporan kesehatan keluarga, angka kematian ibu saat melahirkan pada tahun 2020 memang masih tinggi mencapai 428 jiwa per 100.000 Kelahiran Hidup (KH).

Sedangkan di Tahun 2021 angka kematian ibu terdata sebanyak 201 jiwa per 100.000 KH. "Masalah tersebut akan menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu tersebut," katanya.

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten HST juga cukup tinggi, mencapai 15 orang anak per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada Tahun 2020 dan Tahun 2021 yang lalu meningkat menjadi 16 orang anak per 1.000 KH. Dari data tersebut, HST menempati urutan kedua se-Kalsel untuk Angka Kematian Bayi.

Menurut Mursalin, AKI dan AKB tersebut menjadi salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan. "Indikator itu dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan," kata Dia.

Ia juga menyebutkan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan AKI dan AKB, yaitu pertama memang dari kemampuan kinerja petugas kesehatan dan sistem kegawatdaruratan yang belum dikelola dan dipersiapkan dengan baik.

Saat ini kata Mursalin, ada sebanyak 42 Desa di Kabupaten HST yang belum ada Bidan Desanya. "Menyikapi masalah tersebut, kami sudah meminta pada Bidan Puskesmas terdekat untuk bertanggungjawab terhadap ibu hamil di wilayah desa yang belum ada bidan nya," kata Ia.

Ibu hamil di wilayah itu diungkapkannya harus senantiasa diperiksa, dikunjungi dan dipantau tidak hanya waktu ada kegiatan Posyandu saja namun harus di datangi ke rumah untuk memastikan kondisi kesehatan ibu dan kandungannya.

Selain itu, faktor lainnya khusus di wilayah pedesaan adalah karena masih adanya ibu hamil yang percaya terhadap mitos-mitos dan larangan ketika kondisi hamil terutama masalah makanan, misalnya hanya boleh makan lauk ikan kering yang justru sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak terutama gizinya.

Selain itu, pihaknya juga sering menemukan ketika kondisinya tidak bisa melakukan persalinan secara normal, seorang ibu malah takut dioperasi, sehingga memilih meminta bantuan dukun beranak kampung yang justru akibatnya fatal hingga kematian.

Untuk menekan angka AKI dan AKB itu pihaknya terus berupaya bekerja keras yang salah satunya adalah membentuk Kader Pendamping Keluarga dan Ibu Hamil Resiko Tinggi.

"Kader-kader tersebut nantinya akan bekerja melakukan deteksi sedini mungkin terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi dan turut melakukan edukasi sehingga dapat menanggulangi resiko kematian saat persalinan," tutupnya.

Baca juga: Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Adaro Adakan Kelas
Baca juga: Over a thousand HST's toddlers suffer malnutrition
Baca juga: Pemkab HST segera cairkan dana hibah untuk organisasi Rp1,3 miliar

Pewarta: M. Taupik Rahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022