Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Penampilan tarian dengan lakon berjudul Mega Akik Lithikum yang dibawakan para mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin mampu memukau para penonton yang memadati ruang Gedung Balairung Sari Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, Jumat (15/1) malam.


"Mega Akik Lithikum adalah cerita bagaimana manusia modern kembali ke zaman batu, makanya mampu menghipnotis pengunjung tanpa beranjak dari tempat duduk mereka," kata Dosen Pendidikan Seni Tari STKIP PGRI Banjarmasin, Suwarjia.

Dijelaskan gerakan lima orang penari dengan sentuahn yang apik ditingkahi tata lampu yang indah membuat suguhan semakin menarik.

Digambarkan tiga penari berkustom cumpang camping layaknya zaman purba memainkan beberapa biji batu, tetapi pada saat sudah zaman kemajuan orang-orang kota berpakaian nicis malah memunguti batu dengan membati buta.

Demam batu akik yang semakin marak membuat orang semakin gila dan menganggap batu akik sebagai kebutuhannya, tidak hanya sebagai perhiasan namun sebagai lambang kekuatan dan status sosial.

Kehidupan manusia modern yang saling memperabutkan batu akik, hingga terbawa ke alam bawah sadar. Memasuki lingkaran zaman purba, mereka mabuk saat dihadapkan pada bongkahan batu yang bertebaran dimana-mana.

Sebaliknya manusia purba mulai tertarik dengan perhiasan manusia modern, perebutan pun terjadi hingga kembali pada kenyataan, akik pun tetap bersinar.

Mega Akik Lithikum dengan penata tari Rezky Pratama dan Meida Lestari, para penari dari mahasiswa (i) semester VII adalah Rezky Pratama, Meida Lestari Arina Dyah Nastiti, Dian Arianti dan M Fadilah Akbar R.

Suwarjia yang malam itu didampingi sang isteri Dewi Rukmini yang juga dosen tari itu menjelaskan semua yang menyangkut tari dikerjakan sendiri oleh mahasiswa karena sebagai ujian akhir.

"Setelah mereka mengajukan judul lalu mencari nara sumber, pakaian dan alat musik, setelah diolah dipresentasikan di depan dosen," kata Suwarjia.

Dia menambahkan 12 grup penari dengan judul berbeda-beda ada ada yang tradisi dan modern bahkan tari kreasi, namun tujuannya tetap sama yaitu untuk melestarikan tari dan kebudayaan yang ada.

Sesuai dengan tujuan Produksi Tari dan penggalian tari tradisional 2016,  bertajuk "Many Style, One Spirit"./e 
        

Pewarta: Asmuni

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016