Serumpun bambu sejuta makna. Serumpun bambu sejuta manfaat. Sejuta bambu sejuta karya. Serumpun bambu sejuta pesona.
“Jangan menganggap enteng bambu. Kelihatannya kurang berharga dan kedengarannya sepele, akan tetapi di Indonesia yang sering dilanda gempa, rumah dari bambu sangat bermanfaat karena tahan gempa," tutur Abah Jatnika, pendiri Yayasan Bambu Indonesia.
Abah Jatnika, yang akrab disapa Abah Bambu, merupakan aktivis lingkungan yang fokus terhadap pemeliharaan dan perlindungan bambu.
Ia menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden RI karena budidaya dan pengolahan bambu.
Beruntung sekali para ustadz dari Ponpes Al-Islam Desa Kambitin, Kabupaten Tabalong, serta perwakilan komunitas dari Desa Gunung Riut, Provinsi Kalimantan Selatan, berkesempatan bertemu Abah Jatnika dan menimba ilmu di Yayasan Bambu Indonesia, yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Di sana mereka diperkenalkan berbagai jenis bambu beserta cara penanamannya, serta praktik dasar membuat meubel dari bambu berupa tangga, kursi, meja dan gazebo.
“Ada hal positif yang kami pelajari yaitu dengan pemanfaatan yang baik, maka bambu akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi”, ungkap Ustadz Hamdan, salah satu peserta pelatihan.
Lebih lanjut ia mengatakan bambu juga mengandung filosofi yang baik.
“Di saat pohon bambu ditiup angin kencang, ia akan merunduk, tetapi setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali, laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari cobaan dan rintangan," tuturnya.
Selain belajar teknis penanaman dan pengolahan bambu, para peserta juga melakukan rutinitas harian bersama Abah Jatnika.
Dimulai dengan shalat subuh berjamaah, tausyiah oleh Abah Jatnika, senam pagi (senam hijaiyah) bersama santri, dan malam hari juga dilakukan seminar dengan berbagai tema terkait memantik kreativitas, membangun jaringan dan kewirausahaan.
Kegiatan yang dilaksanakan selama lima hari (24 sampai 28 Mei 2022) tersebut merupakan kegiatan yang diselenggarakan PT Adaro Indonesia dan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) berkolaborasi dengan Yayasan Bambu Indonesia.
Tujuan kegiatan adalah bentuk dukungan terhadap konservasi air, khususnya di daerah sekitar operasional perusahaan, dalam hal ini di lingkungan pondok pesantren Al Islam yang merupakan pesantren binaan dalam Program Adaro Santri Sejahtera (PASS) juga di Desa Gunung Riut yang merupakan salah satu wilayah operasional perusahaan.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan tersebut nantinya akan dilakukan pembudidayaan bambu seluas satu hektare di lahan Pesantren Al Islam.
"Diharapkan bisa mengatasi kekurangan air di pesantren Al Islam dalam lima tahun mendatang, juga akan dilakukan kegiatan pengolahan bambu yang dapat dimanfaatkan dengan bambu lokal agar terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembuatan kerajinan bambu,” jelas Ketua YABN Adjie Sapta.
Lebih lanjut ia mengatakan bambu di masa depan akan menjadi salah satu tumbuhan yang berperan penting dalam green economy.
Bambu adalah “Emas Hijau” yang merupakan karunia Tuhan kepada seluruh bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan secara bijaksana.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
“Jangan menganggap enteng bambu. Kelihatannya kurang berharga dan kedengarannya sepele, akan tetapi di Indonesia yang sering dilanda gempa, rumah dari bambu sangat bermanfaat karena tahan gempa," tutur Abah Jatnika, pendiri Yayasan Bambu Indonesia.
Abah Jatnika, yang akrab disapa Abah Bambu, merupakan aktivis lingkungan yang fokus terhadap pemeliharaan dan perlindungan bambu.
Ia menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden RI karena budidaya dan pengolahan bambu.
Beruntung sekali para ustadz dari Ponpes Al-Islam Desa Kambitin, Kabupaten Tabalong, serta perwakilan komunitas dari Desa Gunung Riut, Provinsi Kalimantan Selatan, berkesempatan bertemu Abah Jatnika dan menimba ilmu di Yayasan Bambu Indonesia, yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Di sana mereka diperkenalkan berbagai jenis bambu beserta cara penanamannya, serta praktik dasar membuat meubel dari bambu berupa tangga, kursi, meja dan gazebo.
“Ada hal positif yang kami pelajari yaitu dengan pemanfaatan yang baik, maka bambu akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi”, ungkap Ustadz Hamdan, salah satu peserta pelatihan.
Lebih lanjut ia mengatakan bambu juga mengandung filosofi yang baik.
“Di saat pohon bambu ditiup angin kencang, ia akan merunduk, tetapi setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali, laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari cobaan dan rintangan," tuturnya.
Selain belajar teknis penanaman dan pengolahan bambu, para peserta juga melakukan rutinitas harian bersama Abah Jatnika.
Dimulai dengan shalat subuh berjamaah, tausyiah oleh Abah Jatnika, senam pagi (senam hijaiyah) bersama santri, dan malam hari juga dilakukan seminar dengan berbagai tema terkait memantik kreativitas, membangun jaringan dan kewirausahaan.
Kegiatan yang dilaksanakan selama lima hari (24 sampai 28 Mei 2022) tersebut merupakan kegiatan yang diselenggarakan PT Adaro Indonesia dan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) berkolaborasi dengan Yayasan Bambu Indonesia.
Tujuan kegiatan adalah bentuk dukungan terhadap konservasi air, khususnya di daerah sekitar operasional perusahaan, dalam hal ini di lingkungan pondok pesantren Al Islam yang merupakan pesantren binaan dalam Program Adaro Santri Sejahtera (PASS) juga di Desa Gunung Riut yang merupakan salah satu wilayah operasional perusahaan.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan tersebut nantinya akan dilakukan pembudidayaan bambu seluas satu hektare di lahan Pesantren Al Islam.
"Diharapkan bisa mengatasi kekurangan air di pesantren Al Islam dalam lima tahun mendatang, juga akan dilakukan kegiatan pengolahan bambu yang dapat dimanfaatkan dengan bambu lokal agar terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembuatan kerajinan bambu,” jelas Ketua YABN Adjie Sapta.
Lebih lanjut ia mengatakan bambu di masa depan akan menjadi salah satu tumbuhan yang berperan penting dalam green economy.
Bambu adalah “Emas Hijau” yang merupakan karunia Tuhan kepada seluruh bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan secara bijaksana.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022