Berbagai jenis pakaian bekas pria, wanita, dan pakaian anak-anak yang berasal dari import ternyata disenangi pembeli yang datang ke pasar Tungging, di bilangan Jalan Pasar Baru dan Jalan Niaga, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seorang pedagang, Mahyuni yang berjualan di pasar Tungging yakni pasar yang hanya buka setiap hari Minggu tersebut menuturkan, pakaian bekas yang dijual tersebut laku karena sangat murah dan dinilai berkualitas, apalagi dari merk-merk terkenal pula.
"Kalau yang baru bisa minimal Rp500 ribu per lembar, sebuah baju kaos merk polo, tetapi kalau di pasar Tungging hanya sekitar Rp30 ribu per lembar," kata Mahyuni seraya memperlihatkan baju kaos merk Polo yang kondisinya sekitar 60 persen.
Banyak baju atau celana merk terkenal di pasar pakaian bekas ini sehingga bukan saja orang miskin yang menyerbu pasar ini tetapi juga tak sedikit orang berduit, yang menyenangi pakaian merk luar negeri.
Berdasarkan keterangan barang barang tersebut diperoleh di pasar gelap (ilegal) dengan aneka jenis pakaian.
Bukan hanya pakaian seperti baju kameja, baju kaos, celana panjang, dan pakaian dalam, tetapi juga pakaian bekas berupa tas bepergian, tas tangan, sepatu, bahkan sampai pada kaos kaki bekas.
Menurut keterangan lagi, pakaian bekas tersebut dibeli oleh pedagang per karung setiap karung seharga antara Rp5 juta hingga Rp8 juta, dengan jumlah 500 lembar atau buah.
Konon barang tersebut berasal dari berbagai negara, khususnya dari China, kemudian oleh para pedagang gelap dikosentrasikan di dua wlayah negara Asean kemudian baru disebar ke berbagai negara lagi, bukan hanya Indonesia tetapi ke negara lain pula.
Di Indoanesia pakaian bekas tersebut menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air, makanya pakaian bekas semacam itu hampir terdapat dijual belikan di berbagai kota.
Berjualan pakaian bekas import tersebut disebutkan tak masalah, buktinya sudah ada penjuualan serupa sejak belasan tahun silam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Seorang pedagang, Mahyuni yang berjualan di pasar Tungging yakni pasar yang hanya buka setiap hari Minggu tersebut menuturkan, pakaian bekas yang dijual tersebut laku karena sangat murah dan dinilai berkualitas, apalagi dari merk-merk terkenal pula.
"Kalau yang baru bisa minimal Rp500 ribu per lembar, sebuah baju kaos merk polo, tetapi kalau di pasar Tungging hanya sekitar Rp30 ribu per lembar," kata Mahyuni seraya memperlihatkan baju kaos merk Polo yang kondisinya sekitar 60 persen.
Banyak baju atau celana merk terkenal di pasar pakaian bekas ini sehingga bukan saja orang miskin yang menyerbu pasar ini tetapi juga tak sedikit orang berduit, yang menyenangi pakaian merk luar negeri.
Berdasarkan keterangan barang barang tersebut diperoleh di pasar gelap (ilegal) dengan aneka jenis pakaian.
Bukan hanya pakaian seperti baju kameja, baju kaos, celana panjang, dan pakaian dalam, tetapi juga pakaian bekas berupa tas bepergian, tas tangan, sepatu, bahkan sampai pada kaos kaki bekas.
Menurut keterangan lagi, pakaian bekas tersebut dibeli oleh pedagang per karung setiap karung seharga antara Rp5 juta hingga Rp8 juta, dengan jumlah 500 lembar atau buah.
Konon barang tersebut berasal dari berbagai negara, khususnya dari China, kemudian oleh para pedagang gelap dikosentrasikan di dua wlayah negara Asean kemudian baru disebar ke berbagai negara lagi, bukan hanya Indonesia tetapi ke negara lain pula.
Di Indoanesia pakaian bekas tersebut menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air, makanya pakaian bekas semacam itu hampir terdapat dijual belikan di berbagai kota.
Berjualan pakaian bekas import tersebut disebutkan tak masalah, buktinya sudah ada penjuualan serupa sejak belasan tahun silam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022