Minyak goreng kemasan langka dan mahal di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan disebut sebagai masalah nasional. 

Plt Kepala Dinas Perdagangan Tapin Hermansyah mengatakan mahal dan langka nya minyak goreng kemasan terjadi sejak November 2021 lalu. 

"Ini masalah nasional," ujarnya, Sabtu. 

Pasar di Tapin, kata dia, untuk kebutuhan minyak goreng tergantung dari distributor seperti dari Banjarmasin, Barabai dan Tanah Bumbu. 

"Dari data provinsi, dari tiga wilayah distributor itu dalam seminggu diperkirakan habis," ujarnya. 

Sementara ini, kata dia, Dinas Perdagangan Tapin hanya bisa melakukan pemantauan harga dan kelangkaan di pasar-pasar. 

"Tapin tidak punya gudang, seandainya ada bisa dicek, tergantung distributor. Harga di pasaran antara Rp 16-20 ribu per liter," ujarnya. 

Sedangkan di retail besar yang menjamur di Tapin seperti Alfamart dan Indomaret juga mengalami kelangkaan dan harganya sama dengan di pasar. 

Baca juga: Harga sawit di Tapin hampir naik Rp 3.000

Rabu, (2/2/2022) lalu Dinas Perdagangan sudah membagikan 2.400 liter minyak goreng subsidi ke pedagang di pasar dengan harga jual Rp 14 ribu per liter. 

"Sementara ini tidak ada agenda, untuk minyak subsidi," ujarnya. 

Salah satu pedagang di Pasar Keraton Rantau, Noorhayu mengatakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sempat mencari sendiri minyak goreng kemasan ke Banjarmasin. 

"Dapat, itu pun tidak banyak. Sekarang, stock minyak menipis," ujarnya. 

Tidak sampai 10 liter sisa minyak kemasan yang ada di toko, di jual pedang itu dengan harga Rp 18 ribu per liter, merk Alif. 

Sejak terjadinya kelangkaan, pemerintah sempat membagikan  minyak goreng subsidi, pedagang itu hanya mendapatkan tujuh dos merk Sovia dijual Rp 14 ribu per liter.

"Sampai sekarang tidak ada lagi, minyak subsidi pemerintah," ujarnya. 

Akhir Desember lalu, Noorhayu pernah membeli minyak goreng kemasan dari distributor. Merk Fortune,  35 dos isi 1 liter harga jual Rp 19 ribu dan 22 dos isi 500 mm harga jual Rp 10 ribu, harga itu sesuai modal pembelian, dijual eceran untungnya kurang lebih Rp 1.000 per liter. 

Namun, pihak distributor menetapkan pedagang agar menjual sesuai dengan harga ketentuan pemerintah, Rp 14 ribu per liter.  Jika harga modal dipotong, misalnya Rp 18 ribu ke Rp 13 ribu, maka ada kerugian Rp 5 ribu untuk per liter nya bagi penjual. 

"Perusahaan mengganti kerugian kita yang sudah terlanjur beli dengan harga mahal, dan perusahaan dapatkan ganti dari pemerintah. Mungkin begitu cara subsidinya, langsung lewat perusahaan," jelasnya. 

Hingga saat ini, minyak goreng di beberapa toko di pasar, kata dia, menipis. Serta, harganya pun mahal, diantara  Rp 18-Rp 19 per liter. 

"Benar, langka dan mahal. Bingung juga kita, sulit cari minyak.  Misalnya kaya hari ini, banyak pesanan pelanggan namun tidak bisa dipenuhi," ujar pemilik toko sembako serba lengkap itu. 

Se-pengalaman berdagang lebih 20 tahun, kata dia, baru tahun ini menemui fenomena minyak goreng kemasan sulit dicari. 

Bersama pedagang lain, dia berharap agar minyak goreng kembali normal. 

Baca juga: Buruh sawit di Tapin laporkan dugaan kecurangan perusahaan

Baca juga: Sorot masalah buruh sawit PT KAP, DPRD Kalsel : Perbudakan di negara merdeka
 

Pewarta: M Fauzi Fadillah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022