Sebagai bentuk dukungan atas komitmen Adaro untuk melaksanakan Green Business, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI – Alue Dohong, Ph.D meresmikan Grand Opening Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan pada Jumát (11/2).
Acara ini disaksikan Kepala Teknik Tambang PT Adaro Indonesia, Suhernomo, Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, Kepala BKSDA Kalsel Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M.Sc.
TWA Pulau Bakut yang dikembangkan PT Adaro Indonesia (Adaro) bersama BKSDA Kalsel memiliki luas 15,54 hektare dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.
Di dalamnya terdapat 116 ekor bekantan dan 42 jenis burung yang menjadikan kawasan mangrove ini sebagai tempat hidup dan berkembang biak.
Taman ini diharapkan menjadi tujuan wisata edukasi bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Kepala Teknik Tambang PT Indonesia Suhernomo mengatakan, “Green Business" telah menjadi komitmen Adaro dalam beroperasi.
Untuk itu Adaro senantiasa menerapkan Good Mining Practices dan terus berupaya melakukan terobosan dalam melestarikan keanekaragaman hayati baik di dalam dan di luar wilayah operasi.
"Program TWA Pulau Bakut yang kami kembangkan bekerjasama dengan BKSDA Kalsel mengemban misi untuk mengembangkan kawasan konservasi bekantan," jelasnya.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata TWA Pulau Bakut diharapkan akan semakin memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya.
Dengan rasa memiliki, memelihara, dan melestarikan TWA Pulau Bakut dari masyarakat sekitar, diharapkan kelestarikan akan tetap terjaga, ekonomi masyarakat berkembang dan sumberdaya disekitarnya bisa lebih produktif.
"Kami berharap pengelolaan taman wisata alam berkelanjutan dapat terwujud," ungkap Suhermono.
Keberhasilan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Taman Wisata Alam Pulau Bakut yang dilaksanakan sejak 2018 tidak hanya berdampak positif terhadap kelestarian Bekantan, tetapi juga terhadap komponen ekosistem lain seperti mangrove dan spesies burung.
Sebagaimana kita ketahui, rehabilitasi mangrove dapat memberikan kontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca secara nasional dan berperan dalam upaya penanganan perubahan iklim.
Taman Wisata Alam Pulau Bakut juga telah berkembang menjadi tempat penelitian, penyebaran informasi dan peningkatan pengetahuan bagi para pemangku kepentingan.
Untuk memaksimalkan fungsi TWA Pulau Bakut sebagai Pusat Edukasi Konservasi Bekantan dan Pengembangan Masyarakat, tempat ini dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana seperti Pengawetan (Konservasi) Flora Fauna, Pemulihan Habitat Bekantan, Pengembangan Pusat Rehabilitasi.
Selain itu, lokasi ini juga dilengkapi fasilitas untuk pengunjung yakni jembatan titian sepanjang 630 meter serta berbagai fasilitas baru seperti dua buah menara pantau, dermaga apung, gazebo, sarana pengolahan air bersih, dan pusat informasi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Acara ini disaksikan Kepala Teknik Tambang PT Adaro Indonesia, Suhernomo, Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, Kepala BKSDA Kalsel Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M.Sc.
TWA Pulau Bakut yang dikembangkan PT Adaro Indonesia (Adaro) bersama BKSDA Kalsel memiliki luas 15,54 hektare dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.
Di dalamnya terdapat 116 ekor bekantan dan 42 jenis burung yang menjadikan kawasan mangrove ini sebagai tempat hidup dan berkembang biak.
Taman ini diharapkan menjadi tujuan wisata edukasi bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Kepala Teknik Tambang PT Indonesia Suhernomo mengatakan, “Green Business" telah menjadi komitmen Adaro dalam beroperasi.
Untuk itu Adaro senantiasa menerapkan Good Mining Practices dan terus berupaya melakukan terobosan dalam melestarikan keanekaragaman hayati baik di dalam dan di luar wilayah operasi.
"Program TWA Pulau Bakut yang kami kembangkan bekerjasama dengan BKSDA Kalsel mengemban misi untuk mengembangkan kawasan konservasi bekantan," jelasnya.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata TWA Pulau Bakut diharapkan akan semakin memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya.
Dengan rasa memiliki, memelihara, dan melestarikan TWA Pulau Bakut dari masyarakat sekitar, diharapkan kelestarikan akan tetap terjaga, ekonomi masyarakat berkembang dan sumberdaya disekitarnya bisa lebih produktif.
"Kami berharap pengelolaan taman wisata alam berkelanjutan dapat terwujud," ungkap Suhermono.
Keberhasilan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Taman Wisata Alam Pulau Bakut yang dilaksanakan sejak 2018 tidak hanya berdampak positif terhadap kelestarian Bekantan, tetapi juga terhadap komponen ekosistem lain seperti mangrove dan spesies burung.
Sebagaimana kita ketahui, rehabilitasi mangrove dapat memberikan kontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca secara nasional dan berperan dalam upaya penanganan perubahan iklim.
Taman Wisata Alam Pulau Bakut juga telah berkembang menjadi tempat penelitian, penyebaran informasi dan peningkatan pengetahuan bagi para pemangku kepentingan.
Untuk memaksimalkan fungsi TWA Pulau Bakut sebagai Pusat Edukasi Konservasi Bekantan dan Pengembangan Masyarakat, tempat ini dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana seperti Pengawetan (Konservasi) Flora Fauna, Pemulihan Habitat Bekantan, Pengembangan Pusat Rehabilitasi.
Selain itu, lokasi ini juga dilengkapi fasilitas untuk pengunjung yakni jembatan titian sepanjang 630 meter serta berbagai fasilitas baru seperti dua buah menara pantau, dermaga apung, gazebo, sarana pengolahan air bersih, dan pusat informasi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022