Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Akademisi Fakultas Pertanian Universita Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan Facrur Rozie mengatakan industri sawit Indonesia harus diselamatkan, karena komoditas perkebunan itu telah memberikan masukan untuk devisa negara.

"Sejak industri pertambangan terpuruk, komoditi sawit masih menjadi andalan untuk mendapatkan devisa negara di saat laju perekonomian sedang melambat," kata Akedimisi Facrur Rozie di Banjarmasin, Jumat.

Menurut dia, banyak pihak menuding perusahaan sawit menjadi salah satu penyebab bencana asap di Indonesia, hal itu harus disikapi dengan arif dan bijaksana.

Begitu juga dengan penetapan perusahaan sawit dijadikan sebagai tersangka, hingga pencabutan ijin dan pembekuan ijin, ucap Ahli Biologi Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Unlam dan melanjutkan hal itu perlu pertimbangan cukup matang.

Dia menjelaskan membakar lahan bisa mengakibatkan penurunan kualitas kesuburan tanah, karena lahan yang dibakar justru menimbulkan racun bagi tanaman.

Ketika kemarau panjang, lahan gambut menjadi kering kerontang,pada kondisi demikian lahan rentan terbakar.

Akibat gesekan kayu, ungkap dia, bisa menyebabkan kebakaran, begitu juga aktifitas membakar sampah seringkali tidak disadari memicu kebakaran meluas.

Akademisi Pakar Lingkungan Fakultas Pertanian Unlam, Udiantoro mengatakan beberapa masyarakat di daerah Kalimantan Selatan sudah sangat tergantung dengan industri sawit.

Tidak bisa dipungkiri, terang dia, sejak hadirnya perusahaan-perusahaan perkebunan sawit di wilayah Kalimantan Selatan, kesejahteraan masyarakat meningkat.

Lebih lanjut dia mengemukakan, usaha untuk mencegah kebakaran dengan membuat kanal-kanal di lahan perkebunan, justru membuat lahan semakin kering apabila kanal dibuat di bawah permukaan air tanah.

Kemudian, lanjutnya pencegahan kebakaran lebih penting ketimbang mencari kambing hitam ketika bencana kebakaran merebak dan dalam hal ini perlu upaya pengawasan pemerintah sesuai dengan wewenang masing-masing instansi serta peran serta masyarakat.

Pewarta: Arianto

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015