Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Kalimantan Selatan berpendapat, keterpurukan ekonomi karena riba atau dalam pengelolaan tidak berdasarkan syariah (maksudnya ajaran Islam).
Pendapat itu terkuak dalam diskusi terbatas sejumlah muslimah intelektual dan mubaligah Kalimantan Selatan (Kalsel) yang diselenggarakan MTHI di Hotel Roditha Banjarmasin, Minggu.
Diskusi MTHI Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Kalsel dengan peserta sekitar 50 muslimah, di antaranya terdapat tokoh intelektual itu bertama "Di Ambang Krisis Ekonomi 2015: Sebab, Dampak dan Solusinya Bagi Perempuan dan Keluarga Indonesia".
Pada diskusi tersebut menghadirkan dua pembicara yakni Koordinator Lanjah Khusus Intelektual MHTI Kalsel) DR Hastin Umi Annisa SE, MM dan anggota MHTI provinsi itu dr Hj Patmawati Nabila.
Menurut Hastin, banyak perusahaan yang kolaps. Sektor riil yang berjalan lambat serta lemahnya daya beli masyarakat.
Selain itu, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal menyebabkan pengangguran meningkat. Hutang luar negeri yang juga semakin meningkat.
"Keadaan semua itu bisa mengarah kepada kebangkrutan negara," paparnya seraya menambahkan, demokrasi yang diterapkan negeri ini makin memperburuk keadaan negara.
Ekonomi neoliberalisme, menurut akademisi tersebut penyebab keterpurukan ekonomi negeri ini.
Sementara Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang akan dilaksanakan merupakan strategi kekuatan kapitalis global untuk meluaskan hegemoninya, demikian Hastin.
Sedangkan d .Hj Patmawati Nabila mengatakan, sektor non riil di dalam Islam ditiadakan, riba pun dihapuskan.
"Bisakah kita kembali kepada uang emas dan perak? Bisa bila pemerintah mau. Bila negara Islam ditegakkan, maka sistem perekonomian yang ada diubah ke sistem ekonomi Islam," tegasnya.
Penghujung diskusi pembacaan petisi intelektual yang dibacakan Hastin Umi Annisa, salah satu poinnya menyatakan bahwa sistem ekonomi Islam menjadikan kemandirian ekonomi negara.
Kemudian dilanjutkan pembacaan pernyataan sikap MHTI atas keterpurukan ekonomi Indonesia, yaitu dengan meninggalkan sistem ekonomi kapitalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Pendapat itu terkuak dalam diskusi terbatas sejumlah muslimah intelektual dan mubaligah Kalimantan Selatan (Kalsel) yang diselenggarakan MTHI di Hotel Roditha Banjarmasin, Minggu.
Diskusi MTHI Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Kalsel dengan peserta sekitar 50 muslimah, di antaranya terdapat tokoh intelektual itu bertama "Di Ambang Krisis Ekonomi 2015: Sebab, Dampak dan Solusinya Bagi Perempuan dan Keluarga Indonesia".
Pada diskusi tersebut menghadirkan dua pembicara yakni Koordinator Lanjah Khusus Intelektual MHTI Kalsel) DR Hastin Umi Annisa SE, MM dan anggota MHTI provinsi itu dr Hj Patmawati Nabila.
Menurut Hastin, banyak perusahaan yang kolaps. Sektor riil yang berjalan lambat serta lemahnya daya beli masyarakat.
Selain itu, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal menyebabkan pengangguran meningkat. Hutang luar negeri yang juga semakin meningkat.
"Keadaan semua itu bisa mengarah kepada kebangkrutan negara," paparnya seraya menambahkan, demokrasi yang diterapkan negeri ini makin memperburuk keadaan negara.
Ekonomi neoliberalisme, menurut akademisi tersebut penyebab keterpurukan ekonomi negeri ini.
Sementara Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang akan dilaksanakan merupakan strategi kekuatan kapitalis global untuk meluaskan hegemoninya, demikian Hastin.
Sedangkan d .Hj Patmawati Nabila mengatakan, sektor non riil di dalam Islam ditiadakan, riba pun dihapuskan.
"Bisakah kita kembali kepada uang emas dan perak? Bisa bila pemerintah mau. Bila negara Islam ditegakkan, maka sistem perekonomian yang ada diubah ke sistem ekonomi Islam," tegasnya.
Penghujung diskusi pembacaan petisi intelektual yang dibacakan Hastin Umi Annisa, salah satu poinnya menyatakan bahwa sistem ekonomi Islam menjadikan kemandirian ekonomi negara.
Kemudian dilanjutkan pembacaan pernyataan sikap MHTI atas keterpurukan ekonomi Indonesia, yaitu dengan meninggalkan sistem ekonomi kapitalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015