Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pengamat pertanian di Kalimantan Selatan H Hasmy Fadillah Akbar berpendapat, tingkat kesejahteraan petani di provinsi tersebut belum mengalami peningkatan yang signifikan.


Pasalnya, peningkatan nilai tukar petani (NTP) di Kalimantan Selatan masih jauh dari 125, lanjut alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) yang berkampus di Banjarbaru, Rabu.

"Nilai NTP 125 itupun, baru mendekati sejahtera, artinya secara jujur harus kita akui bersama masih jauh dari sejahtera, sebagaimana harapan bersama," ucapnya.

Oleh sebab itu, pemerintah baik pada tingkat pusat maupun provinsi dan kabupaten/kota harus berupaya bagaimana cara aga petani benar-benar sejahtera antara lain melalui peningkatan NTP.

"Terlebih lagi kalau Indonesia mau berdaulat pangan, sebagaimana keinginan Presiden RI Joko Widodo, maka kesejahteraan petani merupakan keniscayaan yang mesti menjadi perhatian bersama," lanjut mantan anggota DPRD Kalsel dari Partai Golkar tersebut.

"Karena kedaulatan pangan itu mencakup aspek yang cukup luas, tidak cuma bisa berswasembada atau surplur produksi, tapi juga kesejahteraan petani serta daya beli konsumen secara umum/menyeluruh," demikian Hasmy Fadillah Akbar.

Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel Dyan Pramono Effendy mengungkapkan, NTP di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota itu pada Agustus 2015 tercatat 100,09 atau turun dibandingkan dengan Juli 2015.

NTP tersebut selisih antara harga yang diterima (it) dan dibayar (ib) petani, lanjutnya saat jumpa pers di Kantor BPS Kalsel, Jalan KS Tubun (Pekauman Banjarmasin), Selasa (1/9) lalu.

Turunnya NTP Agustus 2015 itu karena nilai tukar tiga subsektor pertanian mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman pangan turun 0,21 persen, perkebunan rakyat 0,56 persen, serta subsektor peternakan turun 0,08 persen.    

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015