Harga bawang merah di tingkat pedagang besar atau grosir di pasar bawang Banjarmasin, Kalimantan Selatan turun tajam yakni hanya berkisar Rp5 ribu hingga Rp6ribu per kilogram .
Harga tersebut jauh lebih murah dibanding harga ditingkat petani dari daerah asal sebesar Rp6 ribu hingga Rp7 ribu per kilogram.
Ketua Kerukunan Pedagang Bawang Pasar Harum Manis Banjarmasin HM Yusuf Rabu mengatakan, sejak dua bulan terakhir, pasar bawang di Banjarmasin dibanjiri bawang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Bawang kini menumpuk di Banjarmasin, sehingga harganya turun drastis dari biasanya Rp19 ribu-Rp24 ribu per kilogram menjadi hanya Rp5 ribu hingga Rp6 ribu per kilogram," katanya.
Hal tersebut terjadi, kata dia, petani bawang dari berbagai daerah baik dari Jawa, Sulawesi, Bima bahkan dari beberapa daerah di Banjarmasin sedang panen raya.
Kondisi tersebut, kata dia, membuat pedagang bawang kesulitan untuk menjual barang dagangannya, mengingat daya beli masyarakat kini juga sedang turun.
Apalagi saat ini merupakan musim penghujan, yang menyebabkan bawang tidak bisa bertahan lama, sehingga harus cepat dijual sebelum rusak.
Kondisi tersebut, kata dia, membuat harga bawang merah di pasaran turun drastis, yang membuat pedagang mengalami kerugian.
Menurut Yusuf, harga beli bawang ditingkat petani di Sulawesi Rp6 ribu-Rp7 ribu per kilogram dan hingga Banjarmasin menjadi Rp9 ribu-Rp10 ribu.
Kondisi bawang yang cukup banyak membuat terpaksa pedagang menjual rugi barang dagangannya tersebut menjadi Rp5 ribu hingga Rp6 ribu per kilogram.
Turunnya harga tersebut, kata dia, juga tidak membuat daya beli masyarakat naik, terbukti dalam tiga hari pedagang hanya mampu menjual hingga 60 ton, padahal sebelumnya penjualan bisa mencapai 300-400 ton dalam rentang waktu yang sama.
"Tidak ada yang bisa dilakukan oleh asosiasi, bahkan pemerintah untuk mengatasi hal ini, karena ini hukum pasar," katanya.
Yusuf memperkirakan, kondisi ini akan kembali normal pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022. "Saat ini banyak bawang petani di Sulawesi yang terserang ulat, sehingga diperkirakan kondisi ini mengurangi stok bawang merah di pasaran," katanya.
Rendahnya harga bawang ditingkat pedagang besar, tidak mempengaruhi harga pasar ditingkat eceran, yang relatif masih cukup tinggi berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Harga tersebut jauh lebih murah dibanding harga ditingkat petani dari daerah asal sebesar Rp6 ribu hingga Rp7 ribu per kilogram.
Ketua Kerukunan Pedagang Bawang Pasar Harum Manis Banjarmasin HM Yusuf Rabu mengatakan, sejak dua bulan terakhir, pasar bawang di Banjarmasin dibanjiri bawang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Bawang kini menumpuk di Banjarmasin, sehingga harganya turun drastis dari biasanya Rp19 ribu-Rp24 ribu per kilogram menjadi hanya Rp5 ribu hingga Rp6 ribu per kilogram," katanya.
Hal tersebut terjadi, kata dia, petani bawang dari berbagai daerah baik dari Jawa, Sulawesi, Bima bahkan dari beberapa daerah di Banjarmasin sedang panen raya.
Kondisi tersebut, kata dia, membuat pedagang bawang kesulitan untuk menjual barang dagangannya, mengingat daya beli masyarakat kini juga sedang turun.
Apalagi saat ini merupakan musim penghujan, yang menyebabkan bawang tidak bisa bertahan lama, sehingga harus cepat dijual sebelum rusak.
Kondisi tersebut, kata dia, membuat harga bawang merah di pasaran turun drastis, yang membuat pedagang mengalami kerugian.
Menurut Yusuf, harga beli bawang ditingkat petani di Sulawesi Rp6 ribu-Rp7 ribu per kilogram dan hingga Banjarmasin menjadi Rp9 ribu-Rp10 ribu.
Kondisi bawang yang cukup banyak membuat terpaksa pedagang menjual rugi barang dagangannya tersebut menjadi Rp5 ribu hingga Rp6 ribu per kilogram.
Turunnya harga tersebut, kata dia, juga tidak membuat daya beli masyarakat naik, terbukti dalam tiga hari pedagang hanya mampu menjual hingga 60 ton, padahal sebelumnya penjualan bisa mencapai 300-400 ton dalam rentang waktu yang sama.
"Tidak ada yang bisa dilakukan oleh asosiasi, bahkan pemerintah untuk mengatasi hal ini, karena ini hukum pasar," katanya.
Yusuf memperkirakan, kondisi ini akan kembali normal pada akhir tahun 2021 hingga awal 2022. "Saat ini banyak bawang petani di Sulawesi yang terserang ulat, sehingga diperkirakan kondisi ini mengurangi stok bawang merah di pasaran," katanya.
Rendahnya harga bawang ditingkat pedagang besar, tidak mempengaruhi harga pasar ditingkat eceran, yang relatif masih cukup tinggi berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021