Amuntai (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, meluncurkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat untuk mengatasi krisis air bersih di daerah pinggiran atau terpencil.


Koordinator Kabupaten Program Pansimas Muhammad Zakir di Amuntai, Rabu, mengatakan Pansimas merupakan program untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang tinggal di daerah terpencil melalui dana hibah APBD Kabupaten.

Menurut Zakir, saat ini sebanyak lima desa di Kecamatan Paminggir antara lain Desa Sapala mendapat bantuan Program Pansimas, kecuali Desa Paminggir dan Desa Paminggir Seberang.

"Tiap desa minimal dibangunkan tiga sumur dan tiga tong besar untuk distribusi air bersih," katanya.

Hanya saja, terdapat beberapa desa yang sulit dijangkau oleh pipa air, sehingga terpaksa pelayanan yang diberikan Pansimas tidak maksimal.

Seperti penyaluran air Pansimas melalui pipa ledeng di Wilayah Kecamatan Paminggir, yang sulit dilakukan hingga rumah warga, karena wilayah desa yang berada di perairan rawa.

"Rumah yang berada jauh dari pemukiman tidak terjangkau pelayanan air Pansimas ini," katanya.

Menurut Zakir, saat ini masih tersedia dana hibah yang bisa diberikan kepada desa yang baik dalam pengelolaan program pansimas.

Hanya desa yang dinilai baik dalam pengelolaan Pansimas yang bisa diusulkan kembali mendapat tambahan dana untuk peningatan Program Pansimas.

Dana hibah tersebut, kata Zakir bisa digunakan untuk membuat sumur baru, menambah pipa, tong air dan sebagainya.

"Nanti kita liat dulu di lapangan bagaimana pengelolaan Pansimasnya, agar bantuan pansimas tidak tumpang tindih," kata Zakir.

Zakir mengungkapkan, suplai air Pansimas akan berkurang selama musim kemarau, sehingga beberapa rumah tidak menerima aliran air lagi.

Beberapa desa seperti desa Sapala, kini juga mulai mengalamai krisis air bersih akibat musim kemarau.

Salah seorang Warga Sapala Abdussalam, mengatakan beberapa rumah warga dan satu sekolah mulai tidak dialiri air Pansimas karena debit sumur bor dan suplai air berkurang.

"Banyak Rumah Warga yang tidak dialiri air Pansimas sehingga harus mengambil air Pansimas menggunakan galon dan dirigen," kata Abdussalam.

Abdussalam yang juga Kepala SMK Sapala ini mengatakan air Pansimas juga berhenti mengalir di sekolahnya, sehingga siswa harus jalan kaki sejauh 700 meter ke sungai untuk sekedar mendapatkan air dan buang hajat.

Ia menuturkan krisis air Pansimas ini mulai dirasakan warga di Rt 1, 8 dan 9 yang padat pemukiman, Warga di Rt 1 terdiri 65 rumah, namun hanya memiliki satu sumur bor untuk Pansimas sehingga saat musim kemarau suplai air tidak mampu menjangkau semua rumah warga," tuturnya.

Warga Sapala, kata dia, hanya menggunakan air pansimas untuk dikonsumsi, sedangkan untuk aktivitas mandi, mencuci pakaian dan lainnya dilakukan di sungai.

  Abdussalam berharap pemerintah bisa menambah jumlah sumur bor agar suplai air dimusim kemarau tidak berkurang.   

Pewarta: Edy Abdillah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015