Amuntai, (Antaranews.Kalsel) - Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mengakui obat-obatan terlarang seperti distro atau zenit bisa saja masuk kedalam Lapas jika diselipkan pengunjung didalam anus atau dubur.


"Obat yang diselipkan dalam dubur yang sulit dideteksi dan petugas juga sering kecolongan obat masuk dilempar lewat pagar," Ujar Kalapas Amuntai HM Arsyad di Amuntai Senin.

Arsyad mengatakan penjagaan dan pemeriksaan sebenarnya sudah cukup ketat untuk mencegah obat terlarang masuk ke dalam Lapas Amuntai.

Setiap pengunjung, tuturnya, digelegah terlebih dahulu oleh petugas. Pengunjung wanita digeledah petugas wanita pula.

"Kita sering menemukan distro dan zenit diselipkan di sendal, termos bahkan kadang dicampur dengan bahan makanan," katanya.

Tapi jika distro atau zenit dicampur dengan makanan petugas Lapas dibantu napi dengan kasus narkoba yang bisa mengenali makanan bercampur distro dan zenit hanya dengan mencicipinya.

"Tapi jika obat diselipkan dalam dubur atau anus kemungkinan petugas kesulitan mendeteksinya," kata Arsyad.

Namun, katanya kasus penemuan distro dan zenit yang dimasukan ke dubur pengunjung ini belum pernah terjadi di pemeriksaan lapas amuntai tetapi kasus ini terjadi dilapas lain di Kalsel.

Selain melakukan penyuluhan kepada napi dan keluarganya tentang bahaya dan ancaman pidana mengkonsumsi obat terlarang, pihak lapas juga sering melakukan razia.

"Upaya terakhir yang kita tempuh yakni dengan melakukan tes urine kepada napi," tandasnya.

Bagi napi yang positif mengkonsumsi obat melalui tes urine diantaranya dihukum tidak memperoleh remisi atau pengurangan masa hukuman.

Terhadap obat yang dimasukan dengan cara dilempar lewat pagar, kalapas menggilirkan petugas jaga menara agar bisa berjaga-jaga selama 24 jam dan juga telah cukup lama dipasang kamera pengintai atau CCTV dibeberapa sudut bangunan Lapas.

Salah seorang petugas Lapas Abdul Khair menuturkan apabila napi marak mengkonsumsi distro atau zenit bisa berpotensi memunculkan kerusuhan dalam lapas.

"Potensi kerusuhan di LP seperti bom waktu, karena over capasity dan mengkonsumsi obat distro dan zenit," katanya.

Jika muncul gejala semacam itu, maka petugas bergerak cepat mengisolasi napi yang memiliki tanda mengkonsumsi obat agar tidak memancing rusuh.

Khair menuturkan jika oabt distro atau zenit beredar di Lapas harga perbutirnya cukup mahal berkisar Rp5000 hingga Rp10000.

"Jika banyak napi mengkonsumi obat ini bisa berpotensi memunculkan kerusuhan dalam lapas," pungkasnya.

Khair mengakui kondisi Lapas Amuntai saat ini melebihi daya tampung (over capasity) dengan jumlah napi sebanyak 367 orang dan 81 tahanan hanya tersedia 20 ruang tahanan pria dan 1 ruang tahanan wanita. /Eddy Abdillah

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Eddy Abdillah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015