Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan tengah menggencarkan program Desa Sasangga Banua untuk mempersiapkan masyarakat desa menghadapi perubahan iklim.
"Saat ini sekitar 517 desa di Kalimantan Selatan teridentifikasi sangat rentan bencana," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan Hanifah Dwi Nirwana di Banjarmasin, Senin.
Ia mengatakan banjir serta kebakaran hutan dan lahan masih menjadi bencana utama di Kalsel.
Sebagai salah satu upaya memitigasi bencana alam, kata dia, program Desa Sasangga Banua dimaksudkan untuk mendampingi desa yang tidak memiliki pengetahuan soal adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.
"Dengan program ini diharapkan desa mampu melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," kata Hanifah.
Keberhasilan satu desa untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, katanya, diharapkan juga bisa direplikasi di desa lain.
Program Desa Sasangga Banua juga dimaksudkan sebagai pendamping Program Kampung Iklim (Proklim) yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk menjaga agar desa Sasangga Banua berkelanjutan, pihaknya menjalin kemitraan dengan dunia usaha, sehingga upaya pelestarian lingkungan sejalan dengan peningkatan ekonomi warga.
"Di antaranya dengan usaha-usaha di bidang kehutanan dengan penanaman pohon produktif atau agroforestry, perikanan, pemanfaatan limbah sawit," katanya.
Salah satu yang sedang digalakkan saat ini, katanya, adalah penanaman kopi di lahan gambut.
"Tanaman kopi bisa dimanfaatkan untuk revitalisasi lahan. Saya sudah sampaikan ke BRG (Badan Restorasi Gambut) untuk menanam kopi Liberika," katanya.
Dengan "branding" kopi gambut yang ramah lingkungan, kata dia, jenis kopi ini bisa diusahaan petani dari penanaman hingga pengolahan biji kopi, ujarnya.
Baca juga: Warga masyarakat diharapkan partisipasi jaga lingkungan
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin dukung program penanaman satu juta pohon
Ia mengatakan, banjir yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Selatan pada Januari 2021 lalu menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan pemerintah setempat bahwa lingkungan merupakan isu yang sangat penting.
"Begitu banyak infrastruktur yang susah payah kita bangun, hancur akibat banjir," kata Hanifah Dwi Nirwana.
Banjir di awal tahun 2021 itu melanda beberapa kota dan kabupaten di Kalsel yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara. Ketinggian air beragam mulai dari 30 sentimeter hingga 3 meter, sehingga saat itu wilayah Kalimantan Selatan berstatus tanggap darurat banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Saat ini sekitar 517 desa di Kalimantan Selatan teridentifikasi sangat rentan bencana," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan Hanifah Dwi Nirwana di Banjarmasin, Senin.
Ia mengatakan banjir serta kebakaran hutan dan lahan masih menjadi bencana utama di Kalsel.
Sebagai salah satu upaya memitigasi bencana alam, kata dia, program Desa Sasangga Banua dimaksudkan untuk mendampingi desa yang tidak memiliki pengetahuan soal adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.
"Dengan program ini diharapkan desa mampu melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," kata Hanifah.
Keberhasilan satu desa untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, katanya, diharapkan juga bisa direplikasi di desa lain.
Program Desa Sasangga Banua juga dimaksudkan sebagai pendamping Program Kampung Iklim (Proklim) yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk menjaga agar desa Sasangga Banua berkelanjutan, pihaknya menjalin kemitraan dengan dunia usaha, sehingga upaya pelestarian lingkungan sejalan dengan peningkatan ekonomi warga.
"Di antaranya dengan usaha-usaha di bidang kehutanan dengan penanaman pohon produktif atau agroforestry, perikanan, pemanfaatan limbah sawit," katanya.
Salah satu yang sedang digalakkan saat ini, katanya, adalah penanaman kopi di lahan gambut.
"Tanaman kopi bisa dimanfaatkan untuk revitalisasi lahan. Saya sudah sampaikan ke BRG (Badan Restorasi Gambut) untuk menanam kopi Liberika," katanya.
Dengan "branding" kopi gambut yang ramah lingkungan, kata dia, jenis kopi ini bisa diusahaan petani dari penanaman hingga pengolahan biji kopi, ujarnya.
Baca juga: Warga masyarakat diharapkan partisipasi jaga lingkungan
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin dukung program penanaman satu juta pohon
Ia mengatakan, banjir yang melanda beberapa wilayah di Kalimantan Selatan pada Januari 2021 lalu menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan pemerintah setempat bahwa lingkungan merupakan isu yang sangat penting.
"Begitu banyak infrastruktur yang susah payah kita bangun, hancur akibat banjir," kata Hanifah Dwi Nirwana.
Banjir di awal tahun 2021 itu melanda beberapa kota dan kabupaten di Kalsel yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara. Ketinggian air beragam mulai dari 30 sentimeter hingga 3 meter, sehingga saat itu wilayah Kalimantan Selatan berstatus tanggap darurat banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021