Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan menyatakan daerahnya masih mewspadai potensi rawan pangan pada 2015.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Entin Listanti di Amuntai, Sabtu mengatakan, berdasarkan pertemuan SKPD terkait di Provinsi Kalimantan Selatan, dilaporkan hampir seluruh kabupaten/ kota di Kalimantan Selatan di 2014 menghadapi kondisi rawan pangan.
"Rawan ini jangan diartikan prontal, bahwa masyarakat Kabupaten HSU mengalami kesulitan pangan atau kelaparan," katanya.
Menurut dia, istilah rawan pangan ini datangnya dari pemerintah pusat untuk menggambarkan kondisi ketahanan pangan suatu daerah berdasarkan perhitungan sistem kewaspadaan pangan dan gizi atau SKPQ.
Entin menjelaskan kondisi rawan pangan disebabkan oleh aspek ketersediaan dan pemanfaatan pangan yang masih rendah.
Aspek ketersediaan pangan dipengaruhi cuaca ekstrem yang merubah masa tanam tanaman padi dan makin menyempitnya areal pertanian akibat alih fungsi lahan dan alih fungsi komoditas.
Sedangkan aspek pemanfaatan pangan dilihat dari persentase jumlah balita yang berat badannya naik ternyata masih kurang 80 persen dibanding jumlah balita yang ditimbang diposyandu.
Ia mengatakan adanya temuan balita gizi buruk dan gizi kurang, juga mengkondisikan rawan pangan suatu daerah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan HSU, kunjungan keposyandu disemua kecamatan umumnya kurang dari separoh jumlah ibu yang memiliki bayi dan balita.
Kondisi ini, kata dia, berpengaruh terhadap upaya peningkatan gizi bayi dan balita diantara juga karena pola asuh yang salah.
"Seringkali ibu sibuk bekerja dan memberikan cemilan sembarangan agar balita mereka tidak rewel" tuturnya.
Padahal jika ibu-ibu mengujungi posyandu, akan diberi makanan tambahan bergizi bagi bayi dan balita, ditimbang agar bisa diketahui pertumbuhan bayi dan terhindar dari masalah kurang gizi.
Berdasarkan analisi SKPG di 2014, sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten HSU masuk kategori rawan kecuali Amuntai Tengah, sedangkan satu kecamatan dalam kategori waspada yakni Kecamatan Danau Panggang.
Dalam melakukan analisa ini, katanya juga diperhitungkan jumlah produk pertanian dibanding jumlah penduduk di mana untuk Kecamatan Paminggir selaludalam kondisi rawan mengingat lahan pertanian di wilayah kecamatan tersebut sangat minim.
Selain itu masih adanya keluarga pra sejahtera dan sejahtera I yang kurang memiliki akses terhadap pangan.
"Juga kita hitung dalam satu tahun ketersediaan bahan makanan pokok seperti beras, jagung dan ubi-ubian" katanya.
Entin menjelaskan, Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan setiap bulan juga memantau ketersediaan dan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat di semua pasar kecamatan dalam menganalisa kondisi rawan pangan ini.
Selain itu mengatasi persoalan kerawanan pangan juga digelar Rapat Dewan Ketahanan Pangan bersama SKPD terkait lainnya yang diketuai Bupati HSU.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Entin Listanti di Amuntai, Sabtu mengatakan, berdasarkan pertemuan SKPD terkait di Provinsi Kalimantan Selatan, dilaporkan hampir seluruh kabupaten/ kota di Kalimantan Selatan di 2014 menghadapi kondisi rawan pangan.
"Rawan ini jangan diartikan prontal, bahwa masyarakat Kabupaten HSU mengalami kesulitan pangan atau kelaparan," katanya.
Menurut dia, istilah rawan pangan ini datangnya dari pemerintah pusat untuk menggambarkan kondisi ketahanan pangan suatu daerah berdasarkan perhitungan sistem kewaspadaan pangan dan gizi atau SKPQ.
Entin menjelaskan kondisi rawan pangan disebabkan oleh aspek ketersediaan dan pemanfaatan pangan yang masih rendah.
Aspek ketersediaan pangan dipengaruhi cuaca ekstrem yang merubah masa tanam tanaman padi dan makin menyempitnya areal pertanian akibat alih fungsi lahan dan alih fungsi komoditas.
Sedangkan aspek pemanfaatan pangan dilihat dari persentase jumlah balita yang berat badannya naik ternyata masih kurang 80 persen dibanding jumlah balita yang ditimbang diposyandu.
Ia mengatakan adanya temuan balita gizi buruk dan gizi kurang, juga mengkondisikan rawan pangan suatu daerah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan HSU, kunjungan keposyandu disemua kecamatan umumnya kurang dari separoh jumlah ibu yang memiliki bayi dan balita.
Kondisi ini, kata dia, berpengaruh terhadap upaya peningkatan gizi bayi dan balita diantara juga karena pola asuh yang salah.
"Seringkali ibu sibuk bekerja dan memberikan cemilan sembarangan agar balita mereka tidak rewel" tuturnya.
Padahal jika ibu-ibu mengujungi posyandu, akan diberi makanan tambahan bergizi bagi bayi dan balita, ditimbang agar bisa diketahui pertumbuhan bayi dan terhindar dari masalah kurang gizi.
Berdasarkan analisi SKPG di 2014, sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten HSU masuk kategori rawan kecuali Amuntai Tengah, sedangkan satu kecamatan dalam kategori waspada yakni Kecamatan Danau Panggang.
Dalam melakukan analisa ini, katanya juga diperhitungkan jumlah produk pertanian dibanding jumlah penduduk di mana untuk Kecamatan Paminggir selaludalam kondisi rawan mengingat lahan pertanian di wilayah kecamatan tersebut sangat minim.
Selain itu masih adanya keluarga pra sejahtera dan sejahtera I yang kurang memiliki akses terhadap pangan.
"Juga kita hitung dalam satu tahun ketersediaan bahan makanan pokok seperti beras, jagung dan ubi-ubian" katanya.
Entin menjelaskan, Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan setiap bulan juga memantau ketersediaan dan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat di semua pasar kecamatan dalam menganalisa kondisi rawan pangan ini.
Selain itu mengatasi persoalan kerawanan pangan juga digelar Rapat Dewan Ketahanan Pangan bersama SKPD terkait lainnya yang diketuai Bupati HSU.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015