Pengelolaan bibit pascapanen menjadi kendala pengembangan bawang merah di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Wagimin di Rantau, Minggu, mengatakan hasil panen yang disiapkan untuk bibit digudang penyimpanan bawang merah dalam prosesnya mengalami pembusukan.

"Petani kita masih belum mampu mengelola bibit. Hasil panen yang disimpan untuk dijadikan bibit selalu gembos atau busuk karena waktu tanamannya tahunan," ujarnya. 

Petani bawang merah masih bergantung kepada program untuk menanam bawang merah sehingga lahan potensial tidak bisa ditanami dengan maksimal, dikatakannya menanam bawang merah memerlukan modal besar untuk petani. 

"Hal yang memberatkan petani dimodal awal, untuk satu hektar lahan memerlukan bibit sebanyak satu ton, anggap saja paling murah perkilogram Rp 25 Ribu. Rata rata untuk bibit saja bisa memakan ongkos Rp 47 Juta, belum pupuk dan pengolahan lahan. Pemerintah hanya membantu bibit," ujarnya. 

Dikatakannya, cikal bakal bawang merah di Kalimantan Selatan adalah di Tapin, maka diharapkannya sentral produksi bawang merah adanya di Tapin. 

"Kita sedang berjuang untuk mengembangkan bawang merah, kemarin kita mengajukan ke Kementrian Pertanian RI untuk 100 hektar. Kita sangat antusias. InsyaAllah nanti kita menghadap dirjend hortikultura bersama bupati memohon arahan dari Pak Dirjend untuk pengembangan hortikultura yang ada di Tapin," terangnya. 

Saat melakukan panen perdana 2021 Rabu (21/5), di tanah seluas empat hektar di Desa Shabah, Kecamatan Bungur , bersama Bupati Tapin dikatakan Wagimin  produktivitas bawang merah cukup baik, dari tanam bibit satu ton perhektar saat panen menghasilkan rata rata 8,4 ton. 

"Hasil panen total 36 ton. Kalau soal pasar kita tidak jadi masalah. Karena pasar saat ini masih kekurangan untuk produk bawang merah itu," jelasnya. 
 
Kepala Dinas Pertanian Tapin dan Bupati Tapin saat melakukan panen bawang di Desa Shabah Kecamatan Bungur. (ANTARA / Muhammad Fauzi Fadilah)

Badriah, salah satu petani yang menanam bawang merah di Desa Shabah, Kecamatan Bungur mengaku sejak dua tahun terakhir saat menanam bawang merah selalu berhasil. 

"Kemarin dikasih bibit sebanyak tujuh kwintal kotor dan setelah dibersihkan dapat lima kwintal yang bisa di taman. Alhamdulillah sampai saat ini berhasil aja, untung aja," ujarnya. 

Di Tapin, catatan Dinas Pertanian wilayah potensial pengembangan bawang merah ada sekitar 400 hektar yang terbagi di Kecamatan Bungur, Tapin Selatan, Binuang dan Hatungun. 

Saat ini bawang merah di Tapin hanya dilakukan tanam setiap satu tahun sekali pada saat petani selesai panen padi tepatnya saat musim kemarau. 

Verietas bawang merah yang sudah cocok dan dikembangkan di Tapin diantaranya bima brebes, super philip dan biru lancor.

Pewarta: M Fauzi Fadillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021