Pelaku usaha produk kerajinan purun dan eceng gondok di Kabupaten Hulu Sungai Utara berupaya merubah strategi pemasaran di masa Pandemi COVID-19 dengan memproduksi barang kebutuhan harian.
Pemilik usaha KUB Kembang Supian Noor di Amuntai, Selasa (19/5) mengatakan, usaha kerajinan yang dikelolanya di Desa Banyu Hirang masih tetap memasarkan produk kerajinan ke Bali, Jakarta dan Bogor.
"Kita memasok untuk kebutuhan harian industri perhotelan di Bali, Jakarta dan Bogor seperti produk sendal dan sedotan dari bahan eceng gondok," ujar Supian.
Supian mengatakan, produk kerajinan lainnya yang juga diminati dunia usaha seperti karpet dan kursi jamur dari bahan eceng gondok.
Meski diakuinya jika jumlah produksi dimasa Pandemi agak berkurang, namun permintaan dari Jawa dan Bali masih tetap ada, khususnya untuk produk kerajinan yang dibutuhkan harian.
Supian yang juga menjadI instruktur pelatih anyaman bagi kelompok perajin di desa lain melihat para perajin purun, rotan dan eceng gondok masih berproduksi seperti biasa tanpa terpengaruh Pandemi COVID-19.
"Para perajin khususnya kaum perempuan di desa masih rutin menganyam berbagai produk setengah jadi untuk di jual setiap pekan ke pasar kerajinan, meski jumlahnya juga berkurang," katanya.
Usaha Kembang Ilung yang dipimpin Supian juga siap membeli hasil kerajinan yang dihasilkan para perajin di HSU bahkan menyediakan bahan baku bagi perajin yang membutuhkan.
Perajin dipersilakan menggunakan bahan baku yang disediakan KUB Kembang Ilung dan hanya membayar jasa menganyam kepada perajin atau mereka menyediakan/mencari sendiri bahan bakunya.
Selain itu, katanya banyak perajin yang memasarkan produk kerajinan yang mereka hasilkan secara online, bahkan beberapa mahasiswa turut ikut memasarkan produk kerajinan secara online untuk mendapatkan keuntungan.
Supian juga berupaya menyediakan jenis produk kerajinan bagi sejumlah usaha cafe, rumah makan, butik dan perkantoran di Kota Amuntai agar bisa menggunakan produk kerajinan daerah.
Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Mememgah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten HSU Muhammad Rafiq mengatakan, jenis usaha yang punya potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor terutama kerajinan Anyaman Enceng Gondok dan Purun.
"Namun masih banyak kendala seperti kuntinuitas produksi terkait SDM dan juga permodalan,"terangnya.
Namun, kata Rafiq, Dispeeindag terus mendorong agar produksi kerajinan tetap berkembang dan ekspor. Meski diakui kualitas produk masih perlu ditimgkatkan sehingga program pelatihan bagi perajin menjadi agenda setiap tahun.
"Dari sisi kualitas sudah cukup baik walaupun masih perlu peningkatan pada finishing. Kerajinan Kain Sasirangan dengan pewarna bahan alami juga punya potensi untuk export dan kendala ya sama saja," kata Rafiq.
Ia juga mengakui penjualan secara online terus meningkat meski pihak Pemerintah Daerah belum memiliki data valid jumlah usaha yang mempromosikan dan memasarkan produk secara online.
"Kami masih melakukan pendataan penjualan online ini meski agak susah mendatanya dan punya tantangan tersendiri," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Pemilik usaha KUB Kembang Supian Noor di Amuntai, Selasa (19/5) mengatakan, usaha kerajinan yang dikelolanya di Desa Banyu Hirang masih tetap memasarkan produk kerajinan ke Bali, Jakarta dan Bogor.
"Kita memasok untuk kebutuhan harian industri perhotelan di Bali, Jakarta dan Bogor seperti produk sendal dan sedotan dari bahan eceng gondok," ujar Supian.
Supian mengatakan, produk kerajinan lainnya yang juga diminati dunia usaha seperti karpet dan kursi jamur dari bahan eceng gondok.
Meski diakuinya jika jumlah produksi dimasa Pandemi agak berkurang, namun permintaan dari Jawa dan Bali masih tetap ada, khususnya untuk produk kerajinan yang dibutuhkan harian.
Supian yang juga menjadI instruktur pelatih anyaman bagi kelompok perajin di desa lain melihat para perajin purun, rotan dan eceng gondok masih berproduksi seperti biasa tanpa terpengaruh Pandemi COVID-19.
"Para perajin khususnya kaum perempuan di desa masih rutin menganyam berbagai produk setengah jadi untuk di jual setiap pekan ke pasar kerajinan, meski jumlahnya juga berkurang," katanya.
Usaha Kembang Ilung yang dipimpin Supian juga siap membeli hasil kerajinan yang dihasilkan para perajin di HSU bahkan menyediakan bahan baku bagi perajin yang membutuhkan.
Perajin dipersilakan menggunakan bahan baku yang disediakan KUB Kembang Ilung dan hanya membayar jasa menganyam kepada perajin atau mereka menyediakan/mencari sendiri bahan bakunya.
Selain itu, katanya banyak perajin yang memasarkan produk kerajinan yang mereka hasilkan secara online, bahkan beberapa mahasiswa turut ikut memasarkan produk kerajinan secara online untuk mendapatkan keuntungan.
Supian juga berupaya menyediakan jenis produk kerajinan bagi sejumlah usaha cafe, rumah makan, butik dan perkantoran di Kota Amuntai agar bisa menggunakan produk kerajinan daerah.
Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Mememgah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten HSU Muhammad Rafiq mengatakan, jenis usaha yang punya potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor terutama kerajinan Anyaman Enceng Gondok dan Purun.
"Namun masih banyak kendala seperti kuntinuitas produksi terkait SDM dan juga permodalan,"terangnya.
Namun, kata Rafiq, Dispeeindag terus mendorong agar produksi kerajinan tetap berkembang dan ekspor. Meski diakui kualitas produk masih perlu ditimgkatkan sehingga program pelatihan bagi perajin menjadi agenda setiap tahun.
"Dari sisi kualitas sudah cukup baik walaupun masih perlu peningkatan pada finishing. Kerajinan Kain Sasirangan dengan pewarna bahan alami juga punya potensi untuk export dan kendala ya sama saja," kata Rafiq.
Ia juga mengakui penjualan secara online terus meningkat meski pihak Pemerintah Daerah belum memiliki data valid jumlah usaha yang mempromosikan dan memasarkan produk secara online.
"Kami masih melakukan pendataan penjualan online ini meski agak susah mendatanya dan punya tantangan tersendiri," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021