Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) mengembangkan "tanaman surga" seperti anggur, kurma dan pohon tin guna menopang ekonomi kerakyatan setempat khususnya.

Anggota DPRD Kalsel Dr H Karlie Hanafi Kalianda SH MH mengungkapkan itu di Banjarmasin, Selasa sesudah melakukan reses di Kecamatan Marabahan (sekitar 50 kilometer barat Banjarmasin), ibukota Batola, Senin (3/5) lalu.

"Kini Batola gigih mengembangkan tanaman anggur, seperti halnya di Desa Karya Maju, Antar Baru dan Desa Antar Raya, Kecamatan Marabahan," ungkap wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) kabupaten tersebut.

"Meski sempat gagal karena dihantam banjir, tidak menyurutkan semangat jajaran pemerintah kabupaten (Pemkab) Batola mengembangkan tanaman anggur, karena mereka yakini berpotensi di lahan gambut berawa tersebut," lanjutnya.

Wakil rakyat dari Partai Golkar itu mengapresiasi atas usaha dan kegigihan warga masyarakat Batola atau kabupaten yang berada di wilayah barat Kalsel berbatasan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut.

"Apalagi kawasan tersebut akan dijadikan sebagai agro wisata, dengan harapan dapat menggerakkan roda perekonomian Batola atau ekonomi kerakyatan setempat," demikian Karlie Hanafi.

Sementara itu, Camat Marabahan Eko Purnama Sakti yang aktif mengikuti kegiatan reses pada tiga titik di wilayahnya tersebut mengatakan, pihaknya saat ini memang sedang berupaya keras mengembangkan tanaman anggur yang diyakini bisa memberikan nilai tambah positif untuk daerah.

“Dari hasil tanaman uji coba beberapa waktu lalu, anggur yang ditanam di Kawasan Agro Wisata Talaran Setara, dari segi kualitas tidak kalah dengan hasil yang dijual di pasaran,” ujarnya.

"Ke depan kalau memang hasilnya, yaitu dari segi kualitas dan kuantitas bagus,  akan lebih dikembangkan untuk ditanam di lahan-lahan warga, termasuk di pekarangan rumah," demikian Eko Purnama.

Pada kesempatan terpisah,  Kepala Desa Karya Maju Nurmanto, mengatakan lokasi agro wisata Talaran Setara masuk dalam wilayahnya, memiliki luas sekitar setengah hektare lebih.

Ia menerangkan, tanaman utama yang saat ini sedang mereka kembangkan adalah anggur, kurma dan buah tin.

"Untuk tanaman anggur yang terdahulu, karena banjir hanya ada empat batang yang bisa diselamatkan dan sudah berbuah yang ternyata hasilnya tidak kalah dengan yang dijual di pasaran,” ungkapnya.

Setelah banjir berlalu, di lahan agro wisata Talaran Setara kembali ditanami sebanyak 200 batang anggur dan saat ini sudah mulai tumbuh subur. 

“Diperkirakan pada bulan delapan nanti, anggur yang kami tanam mini sudah berbuah,” katanya.

Dia juga mengatakan,  untuk bisa mengembangkan tanam anggur tersebut, pihaknya telah studi banding ke Malang, Jawa Timur (Jatim) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikenal sebagai daerah dingin.

"Meski suhu di Malang dan Jokja dengan daerah kita berbeda, itu tidak menjadi penghalang, jenis anggur ratusan batang jumlahnya, yang saat ini dicoba dikembangkan adalah jenis Ninel, yang tampaknya cukup tahan dan bisa tumbuh subur di Batola,” jelasnya.

Dia juga mengatakan, tanam anggur, kurma dan buah tin sangat mendukung keberadaan agro wisata Talaran Setara, karena keberadaannya menjadi momen yang membuat masyarakat penasaran. 

"Warga yang datang ke kawasan agro wisata Talaran Setara bisa mencapai 600 orang perhari, karena penasaran ingin melihat pohon-pohon yang kita tanam, dan tentu saja hal itu bisa menjadi kebanggaan dan menjadikan nilai tambah untuk daerah ini, nantinya,” katanya lagi.

Selain anggur, tin dan kurma yang saat ini sudah berhasil dikembangkan di lokasi agro wisata itu adalah berbagai jenis bunga, jeruk, kelinci dan burung merpati, juga madu kelulut serta sereh wangi. 

Batola merupakan daerah pertanian pasang surut juga sebagai lumbung padi Kalsel setelah Kabupaten Banjar yang terkenal dengan "kindai limpuar" nya (kindai = tempat menyimpan padi terbuat dari anyaman bambu, dan limpuar = isi yang menunjukkan melebihi daya tampung).

Daerah pertanian pasang surut Batola sendiri merupakan penerima program transmigrasi, pemekaran dari Kabupaten Banjar pada awal tahun 1960-an.


 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021