Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Sebagai daerah yang penduduknya banyak tinggal di pinggiran sungai, keberadaan WC jamban seakan sudah menjadi kebudayaan yang berlangsung lama di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sehingga ada wacana melestarikan tempat membuang tinja tersebut.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Banjarmasin Fajar Desira Ces mengemukakan wacana melestarikan WC jamban tersebut, saat berada di Balaikota setempat, Rabu.
"Saya beberapa kali dalam setiap diskusi terkait sanitasi lingkungan, saya menyampaikan gagasan perlu pemerintah melestarikan WC jamban," ujarnya.
Kenapa demikian, kata dia, karena WC jamban bagian dari masyarakat Banjar, Kalsel yang hidup di pinggiran sungai dan berlangsung sudah sejak lama, sehingga tidak perlu ditiadakan sepenuhnya.
"Kadang ciri khas daerah itu perlu dilestarikan, bisa disiasati dengan olahan sarana yang modern," jelasnya.
Ia mengungkapkan, WC jamban lekat dengan warga yang mandi di sungai di atas lanting, oleh karenanya pemerintah bisa membuat sarana lanting yang kreatif.
"Misalnya dibuatkan lanting sedemikain rupa kreatif baik dari bahan apa di sungai, warga yang mandi di sana menggunakan air dari PDAM bukan cebok dari air sungai langsung. WC jamban juga bisa dibuatkan tangki sanitasi yang tidak langsung mencemari sungai. Menurut saya bisa disiasati demikian," ujarnya.
Hal tersebut, lanjutnya, akan menjadi menarik bagi kehidupan masyarakat pinggir sungai yang sudah terbiasa di sungai melakukan aktivitas, mandi dan buang hajat.
"Demikian juga dari segi wisata, daerah ini memang menampilkan hal yang menarik adalah aktivitas masyarakatnya yang di daerah sungai, bahkan yang sudah mendunia itu adalah wisata pasar terapung," bebernya.
Menurut dia, hal tersebut bukan untuk menunjukkan sebuah perilaku yang jelek bagi masyarakat pinggir sungai terkait kesadaran memelihara sanitasi, tapi nilai kebudayaan yang perlu dilestarikan sebagai identitas masyarakat daerah.
Ia mengungkapkan, program sanitasi di Banjaramsin sudah mulai bagus berjalan, khususnya sanitasi lingkungan untuk menjaga pencemaran air, tanah, dan udara di wilayah pemukiman penduduk.
Meski Pemkot Banjarmasin, katanya, masih belum maksimal menganggarkan untuk program sanitasi lingkungan ini, namun peran Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin saat ini terus dimaksimalkan.
"Program tersebut didukungan dana hibah dari kemitraan Australia-Indonesia untuk sanitasi dengan jumlah jutaan dolar pertahunnya, hingga infrastruktur sanitasi bisa terus dibangun," ujarnya.
Bahkan target pada 2015, ungkap mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin itu, sebanyak 1,930 sambungan rumah pipa sanitasi akan dipasang di rumah warga di tujuh kelurahan.
"Ditarget masing-masing kelurahan mendapat sedikitnya 250 pelanggan. Program sanitasi lingkungan ke pemukiman warga sesuai amanah Persaturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 tahun 2010 tentang Pengelolaan Limbah Cair," paparnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Banjarmasin Fajar Desira Ces mengemukakan wacana melestarikan WC jamban tersebut, saat berada di Balaikota setempat, Rabu.
"Saya beberapa kali dalam setiap diskusi terkait sanitasi lingkungan, saya menyampaikan gagasan perlu pemerintah melestarikan WC jamban," ujarnya.
Kenapa demikian, kata dia, karena WC jamban bagian dari masyarakat Banjar, Kalsel yang hidup di pinggiran sungai dan berlangsung sudah sejak lama, sehingga tidak perlu ditiadakan sepenuhnya.
"Kadang ciri khas daerah itu perlu dilestarikan, bisa disiasati dengan olahan sarana yang modern," jelasnya.
Ia mengungkapkan, WC jamban lekat dengan warga yang mandi di sungai di atas lanting, oleh karenanya pemerintah bisa membuat sarana lanting yang kreatif.
"Misalnya dibuatkan lanting sedemikain rupa kreatif baik dari bahan apa di sungai, warga yang mandi di sana menggunakan air dari PDAM bukan cebok dari air sungai langsung. WC jamban juga bisa dibuatkan tangki sanitasi yang tidak langsung mencemari sungai. Menurut saya bisa disiasati demikian," ujarnya.
Hal tersebut, lanjutnya, akan menjadi menarik bagi kehidupan masyarakat pinggir sungai yang sudah terbiasa di sungai melakukan aktivitas, mandi dan buang hajat.
"Demikian juga dari segi wisata, daerah ini memang menampilkan hal yang menarik adalah aktivitas masyarakatnya yang di daerah sungai, bahkan yang sudah mendunia itu adalah wisata pasar terapung," bebernya.
Menurut dia, hal tersebut bukan untuk menunjukkan sebuah perilaku yang jelek bagi masyarakat pinggir sungai terkait kesadaran memelihara sanitasi, tapi nilai kebudayaan yang perlu dilestarikan sebagai identitas masyarakat daerah.
Ia mengungkapkan, program sanitasi di Banjaramsin sudah mulai bagus berjalan, khususnya sanitasi lingkungan untuk menjaga pencemaran air, tanah, dan udara di wilayah pemukiman penduduk.
Meski Pemkot Banjarmasin, katanya, masih belum maksimal menganggarkan untuk program sanitasi lingkungan ini, namun peran Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin saat ini terus dimaksimalkan.
"Program tersebut didukungan dana hibah dari kemitraan Australia-Indonesia untuk sanitasi dengan jumlah jutaan dolar pertahunnya, hingga infrastruktur sanitasi bisa terus dibangun," ujarnya.
Bahkan target pada 2015, ungkap mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin itu, sebanyak 1,930 sambungan rumah pipa sanitasi akan dipasang di rumah warga di tujuh kelurahan.
"Ditarget masing-masing kelurahan mendapat sedikitnya 250 pelanggan. Program sanitasi lingkungan ke pemukiman warga sesuai amanah Persaturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 tahun 2010 tentang Pengelolaan Limbah Cair," paparnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015