Badan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan segera menyelidiki penyebab kebocoran pipa minyak PT Pertamina yang terjadi sejak akhir pekan lalu di Kampung Maliau, Desa Garagata, Kecamatan Jaro, Tabalong.

Kepala BLHD Kalsel Rakhmadi Kurdi di Banjarmasin Jumat mengatakan, pihaknya segera menurunkan tim untuk memastikan penyebab terjadinya kebocoran minyak tersebut apakan karena kesalahan teknis atau karana faktor alam.

Kalau kesalahan teknis, kata dia, perusahaan harus memenuhi seluruh kompensasi kerugian masyarakat akibat kebocoran minyak tersebut.

"Kita juga akan selidiki pengelolaan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) apakah sudah sesuai atau belum terhadap keselamatan lingkungan," katanya.

Kalau ternyata Amdal-nya bermasalah, kata dia, pihaknya akan melakukan teguran sesuai dengan kesalahan, disusul dan bila tetap tidak ada perbaikan akan diberikan sanksi.

"Saya belum berani memberikan komentar lebih banyak, karena masalah ini baru saja dilaporkan. Yang pasti kita akan lakukan pengecekan ke lapangan, kenapa kebocoran itu terjadi," katanya. 

Mengatasi kebocoran tersebut kini PT Pertamina Tanjung memasang "oilboom" di lokasi kebocoran minyak tersebut.

Selain itu, sebanyak 50 personel PT Pertamina yang diturunkan ke lokasi kebocoran juga membuat "temporary pit" untuk menampung minyak yang tumpah, kata Kepala Bagian Humas PT Pertamina Tanjung Noor Erfansyah, di Tanjung, Jumat.

Ia menyebutkan, pemasangan oilboom dilakukan sebagai upaya meminimalisasi areal penyebaran minyak di lokasi kebocoran.

"Upaya teknis sudah kami lakukan sejak hari pertama kebocoran, baik itu berupa penyedotan minyak, pembuatan 'temporary pit' hingga pemasangan oilboom untuk meminimalisasi penyebaran minyak," ujar  Erfansyah.

Sebelumnya, tumpahan minyak mentah dari kebocoran pipa milik PT Pertamina Tanjung di Kampung Maliau Desa Garagata Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan menggenangi 15 rumah warga setempat.

Kebocoran pipa yang sejak Sabtu (24/7) itu menyebabkan sejumlah warga Maliau mengungsi dan tak bisa melakukan kegiatan memasak karena tumpahan minyak masih mengepung kampung mereka.

Rita, satu warga Kampung Maliau mengaku terpaksa mengungsi ke rumah tetangga untuk menghindari tumpahan minyak yang tingginya sudah mencapai pinggang orang dewasa.

"Sejak bocor sampai sekarang minyak terus ke luar, kami pun terpaksa pindah ke rumah tetangga," jelasnya.

Wasto, karyawan PT Pertamina Tanjung mengatakan, kebocoran itu sendiri berawal dari kegiatan pemompaan minyak di kilometer 20 Kampung Maliau, namun karena usia pipa sudah cukup tua dinding pipa tidak mampu menahan tekanan sehingga terjadi kebocoran.

Pewarta:

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010