FKH Balangan diajak salah satu anggota FKH Rarawa yaitu sherly dari amuntai menyalurkan bantuan berupa tas 65 buah, dan buku, alat tulis untuk murid murid sekolah SD kecil di desa Papagaran, Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
"Kami FKH Balangan samgat senang di ajak kesana dan membantu si Sherly karena di sendirian dan barang barangnya tidak bisa di bawa hanya 1 buah kendaraan," kata Akhmad Rizabi visa WA kepada Antara Kalsel, Rabu.
Dari situlah ita diajak membantu, tapi bukan hanya FKH saja yg membantu namun ada juga dari Garambas yg membantu membawakan naik ke Papagaran.
"Kami FKH beramgkat dari Balangan sekitar jam dua siang menuju ke Barabai tempat berkumpul. darir Barabai berangkat menuju Papagaran sekitar jam empat sore," tambah Rizani. Awalnya perjalanan lancar lancar saja namun setelah di ujung aspal di jalan berbatu jalannya sangat exstrim dan kebetulan juga cuacanya hujan.
Ada salah satu kendaraan yg hampir saja tidak bisa naik gunung yang kemiringannya hampir 80 persen.
sasampainya di puncak Titian Musang hujan bertambah deras, rombongan tujuh orang beristirahat dulu di puncak tersebut.
Setelah reda hujan rombongan melanjutkan perjalanan tidak beberapa lama sampai ke desa Papagaran.
Sampai di desa Papagaran sekitar jam 17:30, kemudian menaruh barang barang di posko pak Andi sekaligus beristirahat.
"Malamnya kami bercengkrama dengan masyarakat di sana dan sedikit diskusi. Paginya kami jalan jalan menjelajahi kampung Papagaran , dan diajak Sherly melihat kondisi sekolah SD kecil yang menurut saya pasilitasnya sangat kurang dan saya rasa tidak layak untuk kegiatan ajar mengajar di sana." kata Zani. Kemudian rombongan sedikit berbagi camilan untuk anak anak di sana. mereka sangat senang dengan kedatangan rombongan. apalagi sherly sudah beberapa kali ke sana.
Salah satu teman mengajak anak bermain , olah raga, dan game kecil kecilan. setelah itu rombongan menelusuri ke RT 2 yg mana ada sungai melebar karna di terjang air banjir.
Ternyata itu ada sungai buatan alam. awalnya itu adalah permukiman karena keganasan air bah sehingga memebentuk sungai baru.
Kemudian lanjut lagi kehulunya sungai rombongan menemukan banyak anakan cengkeh, rombongan minta izin untuk meminta anakan cengkeh tersebut tapi di lain waktu ke sana lagi. bukan hanya cengkeh, tapi juga menemukan pohon timputuk yg sebesar drum.
Berdasarkan keterangan masyarakt disana mulai sadar dan tidak menebang pohon lagi.
Artinya mereka mau mengalah namun mereka ingin pemerintah mau memberikan pelatihan kerja atau berkebun yang ada pembelinya yg siap menerima. Namun kalau pemerintahnya hanya berpangku tangan mereka kemungkinan menebang pohon lagi karena tidak adanya usaha lain selain bertani dan menebang pohon untuk di jual.
Harapan mereka pemerintah membina mereka ingin memajukan desanya dan untuk berkembang, anak anak antusias ingin bersekolah. tapi sayangnya di sana tenaga pendidik yang mengabdi kurang lebih 12 tahunan hanya darin swadaya masyarakat.Harapan lain inspratruktur untuk sekolah di sana diperbaiki.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Kami FKH Balangan samgat senang di ajak kesana dan membantu si Sherly karena di sendirian dan barang barangnya tidak bisa di bawa hanya 1 buah kendaraan," kata Akhmad Rizabi visa WA kepada Antara Kalsel, Rabu.
Dari situlah ita diajak membantu, tapi bukan hanya FKH saja yg membantu namun ada juga dari Garambas yg membantu membawakan naik ke Papagaran.
"Kami FKH beramgkat dari Balangan sekitar jam dua siang menuju ke Barabai tempat berkumpul. darir Barabai berangkat menuju Papagaran sekitar jam empat sore," tambah Rizani. Awalnya perjalanan lancar lancar saja namun setelah di ujung aspal di jalan berbatu jalannya sangat exstrim dan kebetulan juga cuacanya hujan.
Ada salah satu kendaraan yg hampir saja tidak bisa naik gunung yang kemiringannya hampir 80 persen.
sasampainya di puncak Titian Musang hujan bertambah deras, rombongan tujuh orang beristirahat dulu di puncak tersebut.
Setelah reda hujan rombongan melanjutkan perjalanan tidak beberapa lama sampai ke desa Papagaran.
Sampai di desa Papagaran sekitar jam 17:30, kemudian menaruh barang barang di posko pak Andi sekaligus beristirahat.
"Malamnya kami bercengkrama dengan masyarakat di sana dan sedikit diskusi. Paginya kami jalan jalan menjelajahi kampung Papagaran , dan diajak Sherly melihat kondisi sekolah SD kecil yang menurut saya pasilitasnya sangat kurang dan saya rasa tidak layak untuk kegiatan ajar mengajar di sana." kata Zani. Kemudian rombongan sedikit berbagi camilan untuk anak anak di sana. mereka sangat senang dengan kedatangan rombongan. apalagi sherly sudah beberapa kali ke sana.
Salah satu teman mengajak anak bermain , olah raga, dan game kecil kecilan. setelah itu rombongan menelusuri ke RT 2 yg mana ada sungai melebar karna di terjang air banjir.
Ternyata itu ada sungai buatan alam. awalnya itu adalah permukiman karena keganasan air bah sehingga memebentuk sungai baru.
Kemudian lanjut lagi kehulunya sungai rombongan menemukan banyak anakan cengkeh, rombongan minta izin untuk meminta anakan cengkeh tersebut tapi di lain waktu ke sana lagi. bukan hanya cengkeh, tapi juga menemukan pohon timputuk yg sebesar drum.
Berdasarkan keterangan masyarakt disana mulai sadar dan tidak menebang pohon lagi.
Artinya mereka mau mengalah namun mereka ingin pemerintah mau memberikan pelatihan kerja atau berkebun yang ada pembelinya yg siap menerima. Namun kalau pemerintahnya hanya berpangku tangan mereka kemungkinan menebang pohon lagi karena tidak adanya usaha lain selain bertani dan menebang pohon untuk di jual.
Harapan mereka pemerintah membina mereka ingin memajukan desanya dan untuk berkembang, anak anak antusias ingin bersekolah. tapi sayangnya di sana tenaga pendidik yang mengabdi kurang lebih 12 tahunan hanya darin swadaya masyarakat.Harapan lain inspratruktur untuk sekolah di sana diperbaiki.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021