Amuntai, Kalsel, (Antaranews Kalsel) - Kepala perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan, Hari Murti Gunawan, menyatakan, kasus peredaran uang palsu yang marak di Pulau Jawa, juga sudah sampai di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
"Masyarakat Hulu Sungai Utara hendaknya lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi uang dengan melakukan 3D yakni, dilihat, diraba dan diterawang," kata Hari di Amuntai, Selasa.
Apabila tidak diteliti dengan cermat, lanjut dia, maka cukup sukar dibedakan antara uang asli dengan uang palsu (Upal), karena pelaku menggunakan teknik pemalsuan uang dengan cara kian canggih.
Hari menginformasikan, kasus peredaran upal pernah terjadi pula di Kabupaten Hulu Sungai Utara, sehingga warga di daerah diminta tetap waspada dan berhati-hati dalam melakukan transaksi, meski uang yang didapat dari lembaga perbankan sekalipun.
"Namanya juga manusia, terkadang lembar uang palsu bisa pula lolos dari pemeriksaan petugas bank sehingga costumer tetap harus hati-hati dan teliti saat transaksi di perbankan," kata Hari, lewat siaran pers.
BI mewajibkan setiap perbankan, untuk menyediakan alat pendeteksi upal berupa lampu ultra violet yang biasanya diletakkan dibagian teller.
Lampu ultra violet ini, lanjut Hari, juga bisa dibeli masyarakat di toko-toko elektronik, cukup membeli bola lampunya saja dan bisa dipasang di lampu belajar anak-anak.
"Kertas uang asli akan mampu menyerap sinar ultra violet," terangnya.
Meski tehnik pembuatan upal yang ditemukan aparat saat ini sudah semakin canggih, namun tetap saja belum sepenuhnya mampu meniru uang asli yang dicetak BI selaku otoritas resmi lembaga keuangan yang mencetak mata uang rupiah.
Hari memaparkan, ciri yang tidak bisa ditiru upal yakni benang yang melintang pada lembar uang rupiah asli. Selain itu jika diraba permukaan kertas upal lebih halus dibanding uang asli.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015