Kotabaru, (AntaranewsKalsel) - Nelayan di Pembelacanan, Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, kembali memproduksi terasi, setelah sekitar lima tahun terakhir produksinya berhenti, karena minimnya bahan baku udang papai.

"Sejak nelayan memperoleh hasil tangkapan berupa udang papai, nelayan di Pembelacanan mulai memproduksi terasi," kata seorang nelayan Desa Pembelacanan, Yadi, Jumat.

Yadi mengaku, akhir-akhir ini sering membawa terasi hasil industri rumah tangga nelayan di Desa Pembelacanan untuk dijual ke pasar induk Pasar Kemakmuran, Kotabaru.

Menurut sejumlah nelayan dan tokoh masyarakat setempat, Desa Pembelacanan lebih sepuluh tahun terakhir merupakan sentra produksi terasi di Kabupaten Kotabaru.

Terasi hasil olahan nelayan dengan cara alami itu, memiliki cirikhas tersendiri dibandingkan dengan terasi buatan pabrik.

Karena memiliki khas tersendiri itulah, akhirnya masyarakat menamakan desa nelayan yang berada di sudut sebelah tenggara Kecamatan Kelumpang Selatan, dinaman Desa Pembelacanan.
Pembelacanan adalah berasal dari acan yang artinya terasi dalam bahasa Banjar. Jadi Pembelacanan adalah memiliki arti pembuat terasi.

Namun seiring dengan waktu, akibat nelayan tidak lagi mendapatkan hasil tangkapan berupa udang papai atau udang yang masih berukuran kecil, para ibu rumah tangga itu tidak lagi memproduksi terasi.

Fakumnya industri terasi juga akibat krisis ekonomi, beberapa tahun lalu yang melanda Indonesia.
Akibat krisis ekonomi beberapa tahun lalu, lebih 80 persen nelayan di Pembelacanan yang berjumlah sekitar 500 jiwa itu "gulung tikar".

Mereka tidak mampu lagi membeli peralatan tangkap dan memperbaiki mesinya, karena harga barang-barang dan BBM solar naik hingga beberapa persen.

Selain itu, cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini membuat nelayan takut melaut.
Hal itu menyebabkan nelayan mulai mencari usaha lain, dan meninggalkan usaha yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun.

Beberapa pekan terakhir, nelayan Pembelacanan mulai memproduksi terasi, dan menjualnya ke Pasar kemakmuran, Kotabaru.

Seorang nelayan pembuat terasi, Heron, mengatakan, terasi yang dibuat sudah dipesan oleh pedagang di Kotabaru.
"Terasi ini sudah ada yang pesan, pedagang di Pasar Kemakmuran Kotabaru," paparnya.
Dia mengakui, bahwa hasil tangkapan udang lebih baik diolah menjadi terasi dibandingkan dijual dalam keadaan mentah, karena harga terasi lebih mahal.
Terasi hasil industri rumahan itu dijual lebih mahal dibandingkan terasi olahan pabrik yang dijual sekitar Rp1.000 per bungkus ukuran sekitar 2 cm X3 cm. Sedangkan terasi Pembelacanan dijual kisaran Rp5.000 dengan ukuran sama.

Pewarta: imam hanafi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015