Pengusaha Rumah Makan (RM) Padang percaya penerapan protokol kesehatan sesuai standar Cleanlines, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) bisa menjadi solusi menaikkan omzet yang terpuruk di kala pandemi COVID-19.
"Omzet saat pandemi turun drastis. Rata-rata hanya 30 persen dari pendapatan normal sebelum COVID-19. Kalau CHSE ini bisa meningkatkan omzet, kami akan ikuti," kata pengelola Rumah Makan (RM) Pak Datuk Padang Panjang, Ardamili dihubungi dari Padang, Kamis.
Ia mengatakan biasanya rata-rata pendapatan harian RM Pak Datuk sekitar Rp8 juta. Setelah pandemi rata-rata hanya Rp2 juta paling tinggi.
Bahkan pada awal-awal pandemi sesuai kebijakan pemerintah, rumah makan ditutup sekitar tiga bulan dari Maret hingga Juni 2020.
Setelah buka di bulan Juli 2020 masih ada kebijakan tidak boleh makan di rumah makan. Hanya boleh bungkus.
Padahal untuk RM Pak Datuk, sebagian besar konsumen adalah warga luar Sumbar. Dari Pekanbaru, Jakarta hingga wisatawan Malaysia.
"Kita memahami kebijakan ini untuk pengendalian virus. Namun kondisi ini membuat pengusaha kelimpungan. Kita sampai terpaksa merumahkan sebagian karyawan," katanya.
Penerapan protokol kesehatan sesuai panduan CHSE yang disebut membuat rumah makan dinilai aman untuk dikunjungi wisatawan menjadi solusi bagi pengusaha.
Meskipun standarnya relatif tinggi, namun jika dengan mengikuti panduan itu wisatawan bisa datang lebih banyak, pengusaha pasti mengikuti.
Ia menyebut untuk protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, cek suhu, jaga jarak, membersihkan meja dengan disinfektan dan menggunakan sarung tangan, serta masker bagi karyawan sudah dilaksanakan sejak rumah makan dibuka kembali pada masa pandemi.
"Kalau masih ada yang rasanya kurang sesuai panduan CHSE, akan kami lengkapi," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Padang Panjang, Reynold Oktavian mengatakan saat ini pihaknya terus mendorong pengelola rumah makan, hotel atau pengelola destinasi untuk mengurus sertifikat CHSE.
"Rumah makan Pak Datuk salah satu yang kita prioritaskan untuk bisa secepatnya mendapat sertifikat CHSE selain RM Gumarang dan Sate Syukur," katanya.
Sebelumnya tim Direktorat MICE Kementerian Pariwisata dan Ekraf bersama sejumlah jurnalis melakukan simulasi perjalan insentif terkait CHSE wisata MICE di Sumbar.
Simulasi itu untuk melihat sejauh mana restoran, hotel dan destinasi menjalan protokol kesehatan sesuai panduan CHSE.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Omzet saat pandemi turun drastis. Rata-rata hanya 30 persen dari pendapatan normal sebelum COVID-19. Kalau CHSE ini bisa meningkatkan omzet, kami akan ikuti," kata pengelola Rumah Makan (RM) Pak Datuk Padang Panjang, Ardamili dihubungi dari Padang, Kamis.
Ia mengatakan biasanya rata-rata pendapatan harian RM Pak Datuk sekitar Rp8 juta. Setelah pandemi rata-rata hanya Rp2 juta paling tinggi.
Bahkan pada awal-awal pandemi sesuai kebijakan pemerintah, rumah makan ditutup sekitar tiga bulan dari Maret hingga Juni 2020.
Setelah buka di bulan Juli 2020 masih ada kebijakan tidak boleh makan di rumah makan. Hanya boleh bungkus.
Padahal untuk RM Pak Datuk, sebagian besar konsumen adalah warga luar Sumbar. Dari Pekanbaru, Jakarta hingga wisatawan Malaysia.
"Kita memahami kebijakan ini untuk pengendalian virus. Namun kondisi ini membuat pengusaha kelimpungan. Kita sampai terpaksa merumahkan sebagian karyawan," katanya.
Penerapan protokol kesehatan sesuai panduan CHSE yang disebut membuat rumah makan dinilai aman untuk dikunjungi wisatawan menjadi solusi bagi pengusaha.
Meskipun standarnya relatif tinggi, namun jika dengan mengikuti panduan itu wisatawan bisa datang lebih banyak, pengusaha pasti mengikuti.
Ia menyebut untuk protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, cek suhu, jaga jarak, membersihkan meja dengan disinfektan dan menggunakan sarung tangan, serta masker bagi karyawan sudah dilaksanakan sejak rumah makan dibuka kembali pada masa pandemi.
"Kalau masih ada yang rasanya kurang sesuai panduan CHSE, akan kami lengkapi," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Padang Panjang, Reynold Oktavian mengatakan saat ini pihaknya terus mendorong pengelola rumah makan, hotel atau pengelola destinasi untuk mengurus sertifikat CHSE.
"Rumah makan Pak Datuk salah satu yang kita prioritaskan untuk bisa secepatnya mendapat sertifikat CHSE selain RM Gumarang dan Sate Syukur," katanya.
Sebelumnya tim Direktorat MICE Kementerian Pariwisata dan Ekraf bersama sejumlah jurnalis melakukan simulasi perjalan insentif terkait CHSE wisata MICE di Sumbar.
Simulasi itu untuk melihat sejauh mana restoran, hotel dan destinasi menjalan protokol kesehatan sesuai panduan CHSE.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021