Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah Kalimantan Hary Murti Gunawan mengatakan cuaca buruk yang terjadi selama Januari 2015 berpotensi menurunkan pasokan pangan di Kalimantan Selatan. Menurut Hary di Banjarmasin, Kamis, menurunnya pasokan pangan terutama beras, berisiko meningkatkan inflasi di wilayah Kalimantan Selatan dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Berdasarkan data, tambah dia, inflasi Kalimantan Selatan bulan Desember 2014 meningkat akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi dan masih tingginya harga "volatile foods" (VF).

Inflasi bulanan Kalimantan Selatan pada Desember 2014 tercatat 1,68 persen (mtm) atau sebesar 7,26 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan November 2014 yang tercatat 1,47 persen mtm dan 6,47 persen yoy.

Selain itu, dampak langsung kenaikan BBM bersubsidi tercatat memberikan andil sebesar 0,99 persen selama tahun 2014 terhadap inflasi secara keseluruhan.

Selain BBM, tekanan inflasi juga berasal dari kenaikan berkala Tarif Tenaga Listrik (TTL) dengan andil 0,37 persen, serta tingginya intensitas hujan yang menyebabkan kegagalan panen cabai di daerah pemasok dan tidak mendukung perikanan juga menjadi faktor tingginya inflasi VF.

"Gagal panen ini yang kini juga harus diwaspadai, karena bisa menyebabkan kurangnya pasokan pangan di daerah ," katanya.

Namun demikian, tambah dia, inflasi pada awal tahun 2015, diperkirakan masih meningkat namun cenderung bias ke bawah, karena turunnya harga BBM pada awal Januari 2015 seiring kebijakan baru Pemerintah, menjadi faktor penahan peningkatan inflasi.

Beberapa faktor lain yang mendorong terjadinya inflasi di Kalsel pada 2015 adalah, kenaikan harga elpiji 12 kilogram yang dapat mempengaruhi kelangkaan dan harga elpiji tiga kilogram di pasaran.

Selain itu, tekanan terhadap nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan rencana kenaikan "administered prices" pada tahun 2015, termasuk Tarif Tenaga Listrik Rumah Tangga juga bisa memicu meningkatnya inflasi di daerah ini.

Sementara itu, cuaca buruk yang tejadi sejak awal Januari, juga menyebabkan berbagai barang kebutuhan pokok di Kalimantan Selatan naik tajam, baik itu sayur mayur, cabe, bawang merah dan lainnya.

Kondisi tersebut terjadi, sebagian besar atau sekitar 70 persen kebutuhan pokok di Kalimantan Selatan di pasok dari provinsi lain, seperti dari Jawa Timur, Sulawesi, dan Bali.

Sehingga, kondisi cuaca yang tidak mendukung, akan langsung mempengaruhi pasokan dan distribusi berbagai kebutuhan pokok tersebut, akibatnya harga menjadi melambung.

Mengatasi hal tersebut, BI Kalsel telah membuat untuk mengembangkan potensi pertanian penyebab inflasi melalui berbagai kluster.

Kluster pertanian yang berhasil dikembangkan adalah padi di Kabupaten Tanah Bumbu, kluster sapi di Tanah Laut, kemudian, kluster cabe di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan kluster bawang merah di Kabupaten Tapin.


Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015