Cuaca ekstrem yang terjadi sejak 2010 membuat laju abrasi di kawasan pesisir pantai jauh lebih cepat dibanding pada kondisi normal, kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Arsyadi di Banjarmasin Senin .
Arsyadi mengatakan, kerusakan kawasan pantai tahun ini jauh lebih besar dibanding sebelumnya.
Hal tersebut, kata dia, dipicu kondisi cuaca ekstrem yang mengakibatkan gelombang besar atau lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Saat ini kata dia, diperkirakan 10 persen dari panjang kawasan pantai sepanjang 1.300 kilometer di Kalimantan Selatan, mengalami kerusakan atau abrasi.
Abrasi cukup parah, kata dia, terjadi antara lain di kawasan Pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut dan Sungai Loban yang masuk wilayah Tanah Bumbu
Untuk mengatasi kerusakan agar tidak semakin meluas, kata dia, pihaknya sedang mengusahakan untuk menahan hempasan gelombang tersebut dengan membangun bronjong disepanjang kawasan pesisir pantai.
"Sayangnya, alokasi dana untuk pembangunan bronjong tersebut masih cukup minim sehingga kerusakan tidak sebanding dengn alokasi dana pemerintah pusat maupun daerah," katanya.
Dengan demikian, kata dia, upaya perbaikan yang bisa dilaksanakan relatif kecil sementara areal yang terkena abrasi makin besar.
Menurut dia, karena keterbatasan dana tersebut pada 2011 pembangunan bronjong dengan batu dan kawat di pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut hanya bisa dilaksanakan sekitar 10 kilometer.
Begitu juga dengan pantai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang mengalami kerusakan cukup parah seperti di Sungai Loban dan sekitarnya.
"Bahkan abrasi di Sungai Loban kini telah sampai ke jalan umum," katanya.
Menurut Arsyadi, abrasi pada sejumlah titik kawasan pantai di Kecamatan Takisung sudah cukup memprihatinkan, hal ini perlu penanganan cepat pihak terkait sebelum berdampak lebih buruk.
Sebelumnya, Camat Takisung, Yugo Heru Ahmad mengatakan, abrasi yang terjadi di wilayahnya, sudah terjadi sekitar 2009 dan tidak kurang 100 kepala keluarga harus pindah rumah lantaran terkena dampak gerusan air laut ini.
Menurut dia, upaya pemerintah setempat membuat penahan ombak dengan sistem bronjong belum optimal menahan ombak yang cukup kencang dan tinggi.
"Perlu banyak bronjong lagi yang dipasang di pinggiran pantai, apalagi bronjong yang ada sudah hancur diterjang ombak," katanya.B
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011
Arsyadi mengatakan, kerusakan kawasan pantai tahun ini jauh lebih besar dibanding sebelumnya.
Hal tersebut, kata dia, dipicu kondisi cuaca ekstrem yang mengakibatkan gelombang besar atau lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Saat ini kata dia, diperkirakan 10 persen dari panjang kawasan pantai sepanjang 1.300 kilometer di Kalimantan Selatan, mengalami kerusakan atau abrasi.
Abrasi cukup parah, kata dia, terjadi antara lain di kawasan Pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut dan Sungai Loban yang masuk wilayah Tanah Bumbu
Untuk mengatasi kerusakan agar tidak semakin meluas, kata dia, pihaknya sedang mengusahakan untuk menahan hempasan gelombang tersebut dengan membangun bronjong disepanjang kawasan pesisir pantai.
"Sayangnya, alokasi dana untuk pembangunan bronjong tersebut masih cukup minim sehingga kerusakan tidak sebanding dengn alokasi dana pemerintah pusat maupun daerah," katanya.
Dengan demikian, kata dia, upaya perbaikan yang bisa dilaksanakan relatif kecil sementara areal yang terkena abrasi makin besar.
Menurut dia, karena keterbatasan dana tersebut pada 2011 pembangunan bronjong dengan batu dan kawat di pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut hanya bisa dilaksanakan sekitar 10 kilometer.
Begitu juga dengan pantai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang mengalami kerusakan cukup parah seperti di Sungai Loban dan sekitarnya.
"Bahkan abrasi di Sungai Loban kini telah sampai ke jalan umum," katanya.
Menurut Arsyadi, abrasi pada sejumlah titik kawasan pantai di Kecamatan Takisung sudah cukup memprihatinkan, hal ini perlu penanganan cepat pihak terkait sebelum berdampak lebih buruk.
Sebelumnya, Camat Takisung, Yugo Heru Ahmad mengatakan, abrasi yang terjadi di wilayahnya, sudah terjadi sekitar 2009 dan tidak kurang 100 kepala keluarga harus pindah rumah lantaran terkena dampak gerusan air laut ini.
Menurut dia, upaya pemerintah setempat membuat penahan ombak dengan sistem bronjong belum optimal menahan ombak yang cukup kencang dan tinggi.
"Perlu banyak bronjong lagi yang dipasang di pinggiran pantai, apalagi bronjong yang ada sudah hancur diterjang ombak," katanya.B
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011