Ekspor karet ke berbagai negara dari Kalimantan Selatan kembali menggeliat
setelah harga karet dunia kembali naik menjadi 5 dolar AS dari sebelumnya hanya
sekitar 3 dolar AS.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Pemprov Kalsel, Gusti Yasni Iqbal di Banjarmasin, Senin mengatakan,
ekspor karet Kalsel kembali menggeliat pascaterjadinya tsunami Jepang yang saat
itu membuat harga karet anjlok dari Rp18 ribu per kilogram menjadi Rp4 ribu per
kilogram.

"Ekspor karet kita sempat turun karena adanya sentimen pasar setelah
tsunami Jepang, bahkan beberapa eksportir memilih menahan karet tersebut sambil
melihat perkembangan," katanya.

Beberapa eksportir kata dia, khawatir Jepang sebagai salah satu
negara industri otomotif akan menghentikan produksi ban, makanya begitu terjadi
bencana harga karet di Kalsel jatuh.

Namun kekhawatiran tersebut tidak terbukti, dan kini harga karet
kembali beranjak naik menjadi 4,5 hingga 5 dolar AS per kilogram.

Menurut dia, volume ekspor karet pada Januari hingga  Maret 2011
terjadi kenaikan hingga 30,33 persen menjadi 10,3 ribu ton dibanding 2010 yang
hanya 7,9 ribu ton pada periode sama.

         Sedangkan nilai ekspornya, kata dia, naik cukup fantastis yaitu pada
2010 periode Januari hingga Maret hanya sekitar 16 juta dolar As dan 2011
periode sama menjadi 47,7 juta dolar AS atau naik hingga 197, 51 persen.

"Bila dilihat dari volumenya kenaikan ekspor karet hanya sekitar 30
persen namun kenaikan nilai ekspornya hingga 197 persen, hal itu terjadi karena
kenaikan harga karet dunia yang cukup signifikan," katanya.

Sebelumnya, pascabencana tsunami di Jepang membuat
sejumlah  eksportir karet di Kalsel menahan diri mengirim karet ke beberapa
negara importir.

 Hal tersebut terjadi karena harga karet berfluktuasi dan sering di
bawah harga normal sebesar 5,7 dolar AS, menjadi hanya 3,8 dolar AS.

Bahkan saat itu, sejumlah petani karet di Tabalong, Kalsel, resah
menyusul anjloknya harga karet dari Rp18 ribu per kilogram menjadi Rp4 ribu per
kilogram.

Menurut Sunari, seorang petani karet di Desa Kasiau Kecamatan Murung
Pudak,  harga karet turun cukup bervariasi, ada yang turun hingga Rp2 ribu per
kilogram sampai Rp3 ribu per kilogram dalam tiap 2 minggu.

Padahal sebelumnya harga karet dalam bentuk mangkokan bisa mencapai
Rp17 ribu lebih, tergantung kualitasnya masing-masing.

"Sekarang harganya sudah turun drastis menjadi Rp4 ribu per kilogram
dan belum bisa memastikan apakah bisa naik lagi, kami sangat resah mengingat
mahalnya harga sembako saat ini," katanya.

Diharapkan kedepan harga karet akan terus membaik mengingat saat ini
Kalsel sedang berjuang untuk mengalihkan komoditas ekspor dari sektor
pertambangan ke sektor perkebunan.

Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengungkapkan, sektor pertanian dan
perkebunan di Kalsel terbukti telah mampu menyumbang PDRB tertinggi dibanding
sektor lainnya, sehingga ke depan program pembangunan akan diarahkan ke
pengembangan pertanian dan tanaman pangan./B

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011