Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Andree Surianta mengatakan pemerintah dapat mengoptimalkan peranan Kemitraan Ekonomi Komprehensif RI-Australia (IA-CEPA) untuk solusi mengatasi tingginya harga daging sapi di dalam negeri.

"IACEPA memberikan akses preferensial ke lebih dari 99 persen produk pertanian Australia yang diimpor Indonesia, sehingga usaha yang menggunakan pakan biji-bijian misalnya peternakan dan daging sapi sebagai bahan produksi sekarang bisa mendapatkan kedua-duanya dengan harga yang lebih rendah," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Menurut Andree, pembukaan impor biji-bijian untuk pakan ternak melalui IA-CEPA merefleksikan bahwa komoditas sapi potong juga memainkan peran penting dalam perdagangan bilateral.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa daging sapi adalah jenis protein ketiga terbanyak yang dikonsumsi di Indonesia, setelah ayam dan ikan.

Pada 2018, dengan tingkat konsumsi 1.98 kg per orang, Indonesia mengkonsumsi 514 ribu ton daging sapi, sementara produksi nasional kurang dari 500 ribu ton.

"Kemitraan IA-CEPA memberikan kemudahan berupa pembebasan tarif dari yang tadinya lima persen untuk 575 ribu ternak di tahun pertama. Volume bebas tarif ini dinaikkan empat persen setiap tahun sampai mencapai 700 ribu pada tahun keenam. Untuk daging sapi beku, tarif diturunkan dari 5 persen menjadi 2,5 persen yang kemudian dihapuskan setelah tahun kelima," papar Andree.

Dengan demikian, lanjutnya, peningkatan volume dan penurunan tarif tentu bisa berkontribusi pada turunnya harga daging sapi di Indonesia.

Ia juga berpendapat bahwa kerja sama ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mewujudkan konsep poros kekuatan yang menggabungkan kekuatan kedua mitra, yaitu sektor pertanian Australia dan industri makanan olahan Indonesia, untuk kemudian merambah pasaran negara lainnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin  mengatakan pemerintah perlu memperkuat upaya dalam rangka mewujudkan swasembada daging sapi nasional agar ke depannya tidak lagi mengandalkan impor sebagai solusi mengatasi lonjakan harga.

"Saat ini, kita terlalu bergantung impor daging sapi, terutama dari Australia sebagai pemasok terbesar daging sapi di Tanah Air," kata .

Menurut dia, ketika Australia menahan komoditas daging sapi akibat regenerasi populasi, maka dampaknya terimbas ke Indonesia.

Pewarta: M Razi Rahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021