Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dari Fraksi Golkar, Athailah Hasby menyampaikan duka mendalam dan merasa kehilangan atas berpulangnya ke Rahmatullah, tokoh ulama Hulu Sungai Tengah (HST) Almarhum KH Muchtar Dahlan yang semasa hidup aktit berdakwah.
Ia mengatakan, merasa sangat kehilangan dengan sosok almarhum yang sudah seperti orang tua sendiri, beliau sangat menjaga tali silaturrahmi dan sebagai jiran atau tetangga, almarhum dikenal selalu datang dan menyempatkan diri datang ke setiap undangan, apalagi menyangkut aktifitas dakwah yang beliau tekuni.
"Beliau selaku jiran, saya undang selalu hadir, anak saya ketiganya ditasmiyah oleh beliau, selalu hadir bahkan mulai saya menikah yang mengantar langsung beliau ke Banjarmasin," katanya, Rabu (22/7) sore.
Dijelaskan dia, semasa hidup almarhum mengenal bagaimana luar biasanya sosok almarhum, baik sebagai guru maupun tokoh ulama, apa yang disampaikan menjadi perbuatan dan tauladan, aktif dalam beribadah ke masjid sebagai imam dan menjalankan ibadah sunat.
Baca juga: Bumi Murakata berduka, Mustasyar NU KH Muchtar Dahlan berpulang ke Rahmatullah
Salah satu anak almarhum Ahmad Riduan, mengatakan atas nama keluarga KH Muchtar Dahlan meminta maaf atas kekhilafan almarhum semasa hidup, mengabdi selama di HST.
Baik dengan pemerintah daerah, organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdatul Ulama (NU) serta yang lainnya, kalau ada salah kata salah kata atau ucapan.
"Mohon dimaafkan, minta halal dan minta ridho lawan buhan pian barataan, ulunmohon do'anya mudahan ayahanda amal ibadah sidin diterima Allah SWT," katanya.
Perihal kebiasaan almarhum, dijelaskan dia memang menjaga silaturrahmi tersebut memang merupakan didikan dan tauladan yang dipedomani almarhum, yang diajarkan sejak dari ayah beliau, KH Dahlan bin H Nasri.
KH Dahlan juga merupakan salah satu tokoh ulama terkemuka di Kabupaten HST, adapun KH Dahlan meninggal pada tanggal 31 Desember 1987 atau bertepatan dengan 10 Jumadil Awal 1408 Hijriah, dan dimakamkan di alkah pemakaman keluarga di Komplek Mesjid Agung Riyadushalihin Barabai.
Baca juga: Pemkab HST kirim tiga santri ke Timur Tengah
Dan pada prosesi pemakaman Bupati HST saat itu dijabat Eddy Rosasi, mengatakan almarhum KH Dahlan sesama hidup memiliki ciri khas tidak pernah menolak untuk menghadiri setiap undangan.
Menurut dia, karena salah satu prinsip dalam hidup almarhum selalu berusaha memenuhi hajat atau undangan siapa pun dalam kegiatan apa pun, apalagi menyangkut profesi almarhum sebagai ulama.
Ayah Kandung KH Muchtar Dahlan, KH Dahlan diketahui sejak tahun 1940 diangkat menjadi anggota Muchtasyar Kerapatan Qadli Barabai selama 27 tahun sampai diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil tahun 1967.
Menjadi PNS dalam jabatan sebagai Ketua Kerapatan Qadli Barabai selama 14 tahun sampai pensiun. Selain itu pernah menjadi anggota DPRD Tingkat II Hulu Sungai Selatan (HSS) di Kandangan sekitar tahun 1955-1960.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Ia mengatakan, merasa sangat kehilangan dengan sosok almarhum yang sudah seperti orang tua sendiri, beliau sangat menjaga tali silaturrahmi dan sebagai jiran atau tetangga, almarhum dikenal selalu datang dan menyempatkan diri datang ke setiap undangan, apalagi menyangkut aktifitas dakwah yang beliau tekuni.
"Beliau selaku jiran, saya undang selalu hadir, anak saya ketiganya ditasmiyah oleh beliau, selalu hadir bahkan mulai saya menikah yang mengantar langsung beliau ke Banjarmasin," katanya, Rabu (22/7) sore.
Dijelaskan dia, semasa hidup almarhum mengenal bagaimana luar biasanya sosok almarhum, baik sebagai guru maupun tokoh ulama, apa yang disampaikan menjadi perbuatan dan tauladan, aktif dalam beribadah ke masjid sebagai imam dan menjalankan ibadah sunat.
Baca juga: Bumi Murakata berduka, Mustasyar NU KH Muchtar Dahlan berpulang ke Rahmatullah
Salah satu anak almarhum Ahmad Riduan, mengatakan atas nama keluarga KH Muchtar Dahlan meminta maaf atas kekhilafan almarhum semasa hidup, mengabdi selama di HST.
Baik dengan pemerintah daerah, organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdatul Ulama (NU) serta yang lainnya, kalau ada salah kata salah kata atau ucapan.
"Mohon dimaafkan, minta halal dan minta ridho lawan buhan pian barataan, ulunmohon do'anya mudahan ayahanda amal ibadah sidin diterima Allah SWT," katanya.
Perihal kebiasaan almarhum, dijelaskan dia memang menjaga silaturrahmi tersebut memang merupakan didikan dan tauladan yang dipedomani almarhum, yang diajarkan sejak dari ayah beliau, KH Dahlan bin H Nasri.
KH Dahlan juga merupakan salah satu tokoh ulama terkemuka di Kabupaten HST, adapun KH Dahlan meninggal pada tanggal 31 Desember 1987 atau bertepatan dengan 10 Jumadil Awal 1408 Hijriah, dan dimakamkan di alkah pemakaman keluarga di Komplek Mesjid Agung Riyadushalihin Barabai.
Baca juga: Pemkab HST kirim tiga santri ke Timur Tengah
Dan pada prosesi pemakaman Bupati HST saat itu dijabat Eddy Rosasi, mengatakan almarhum KH Dahlan sesama hidup memiliki ciri khas tidak pernah menolak untuk menghadiri setiap undangan.
Menurut dia, karena salah satu prinsip dalam hidup almarhum selalu berusaha memenuhi hajat atau undangan siapa pun dalam kegiatan apa pun, apalagi menyangkut profesi almarhum sebagai ulama.
Ayah Kandung KH Muchtar Dahlan, KH Dahlan diketahui sejak tahun 1940 diangkat menjadi anggota Muchtasyar Kerapatan Qadli Barabai selama 27 tahun sampai diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil tahun 1967.
Menjadi PNS dalam jabatan sebagai Ketua Kerapatan Qadli Barabai selama 14 tahun sampai pensiun. Selain itu pernah menjadi anggota DPRD Tingkat II Hulu Sungai Selatan (HSS) di Kandangan sekitar tahun 1955-1960.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020