Endri Handoko warga Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mampu menyulap ban bekas menjadi barang bernilai tinggi dan cukup diminati oleh warga di provinsi ini.
Kepada Antara di Banjarbaru Selasa, Endri mengisahkan, ide untuk mengolah ban bekas menjadi berbagai barang kerajinan tersebut berawal, saat dia melihat bahan baku berupa ban bekas yang cukup melimpah di berbagai daerah di Kalsel.
Melimpahnya ban bekas kendaraan tersebut, membuat Endri yang awalnya menggeluti pekerjaan sebagai tukang vulkanisir, mencoba peruntungan menjadi perajin ban bekas.
Pekerjaan yang telah dirintis sejak lima tahun lalu itu, kini berkembang cukup pesat dan produksinya banyak dimanfaatkan berbagai kalangan dari berbagai daerah di Kalsel.
Berbagai produk kerajinan berupa kursi, bak sampah dan tali ban semakin dikenal dan banyak permintaan.
"Permintaan terbesar berasal dari sekolah dan instansi pemerintah," katanya.
Menurut dia, saat menekuni pekerjaan vulkanisir ban, perekonomian keluarganya kurang lancar, karena biasanya orang pembeli tidak kontan, sehingga memerlukan modal yang banyak.
"Makanya saya beralih ke kerajinan ban ini, selain bahan bakunya melimpah, perputaran uangnya juga cepat, karena orang beli langsung dengan uang kontan," katanya.
Apalagi bila yang pesan sekolah maupun pemerintahan, biasanya pembayaran cukup lancar.
Dibantu enam karyawannya, tumpukan ratusan ban tidak layak pakai, yang berasal dari angkutan tambang dan angkutan umum dari beberapa bengkel kendaraan didaerah ini siap disulap menjadi berbagai kerajinan.
Ban-ban bekas tersebut, diperoleh dengan harga yang relatif murah dikisaran Rp10 ribu untuk ban bekas dump truck dan Rp25 ribu untuk ban bekas truck tronton.
Setelah diolah menggunakan alat sederhana ban bekas pun berubah menjadi berbagai jenis kerajinan dan dijual dengan harga yang jauh lebih mahal.
Tempat sampah di bandrol dengan harga Rp100 ribu – Rp200ribu, kursi Rp750 ribu – Rp1 juta per set, tali per ikat Rp13 ribu.
"Kalau bahan baku sangat berlimpah, pasarnya juga cukup luas, hanya saja pengrajinnya masih sedikit," kata Endri.
Menurut dia, produk olahan kerajinan ban bekas ini, masih sangat potensial untuk dikembangkan dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Selain harganya relatif murah jika dibandingkan produk dari bahan lain, produk olahan dari ban bekas ini juga memiliki beberapa keunggulan, seperti tahan terhadap cuaca, awet tidak lapuk dan mudah diperbaiki apa bila ada kerusakan.
Dalam satu bulan, Endri mampu memproduksi 600 unit bak sampah, 60 set kursi ( 1 set terdiri dari 4 kursi 1 meja ) dan 1500 ikat tali ban untuk memenuhi kebutuhan mebel.
Permintaan terbanyak adalah bak sampah yang datang dari instansi pemerintahan dan sekolahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Kepada Antara di Banjarbaru Selasa, Endri mengisahkan, ide untuk mengolah ban bekas menjadi berbagai barang kerajinan tersebut berawal, saat dia melihat bahan baku berupa ban bekas yang cukup melimpah di berbagai daerah di Kalsel.
Melimpahnya ban bekas kendaraan tersebut, membuat Endri yang awalnya menggeluti pekerjaan sebagai tukang vulkanisir, mencoba peruntungan menjadi perajin ban bekas.
Pekerjaan yang telah dirintis sejak lima tahun lalu itu, kini berkembang cukup pesat dan produksinya banyak dimanfaatkan berbagai kalangan dari berbagai daerah di Kalsel.
Berbagai produk kerajinan berupa kursi, bak sampah dan tali ban semakin dikenal dan banyak permintaan.
"Permintaan terbesar berasal dari sekolah dan instansi pemerintah," katanya.
Menurut dia, saat menekuni pekerjaan vulkanisir ban, perekonomian keluarganya kurang lancar, karena biasanya orang pembeli tidak kontan, sehingga memerlukan modal yang banyak.
"Makanya saya beralih ke kerajinan ban ini, selain bahan bakunya melimpah, perputaran uangnya juga cepat, karena orang beli langsung dengan uang kontan," katanya.
Apalagi bila yang pesan sekolah maupun pemerintahan, biasanya pembayaran cukup lancar.
Dibantu enam karyawannya, tumpukan ratusan ban tidak layak pakai, yang berasal dari angkutan tambang dan angkutan umum dari beberapa bengkel kendaraan didaerah ini siap disulap menjadi berbagai kerajinan.
Ban-ban bekas tersebut, diperoleh dengan harga yang relatif murah dikisaran Rp10 ribu untuk ban bekas dump truck dan Rp25 ribu untuk ban bekas truck tronton.
Setelah diolah menggunakan alat sederhana ban bekas pun berubah menjadi berbagai jenis kerajinan dan dijual dengan harga yang jauh lebih mahal.
Tempat sampah di bandrol dengan harga Rp100 ribu – Rp200ribu, kursi Rp750 ribu – Rp1 juta per set, tali per ikat Rp13 ribu.
"Kalau bahan baku sangat berlimpah, pasarnya juga cukup luas, hanya saja pengrajinnya masih sedikit," kata Endri.
Menurut dia, produk olahan kerajinan ban bekas ini, masih sangat potensial untuk dikembangkan dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Selain harganya relatif murah jika dibandingkan produk dari bahan lain, produk olahan dari ban bekas ini juga memiliki beberapa keunggulan, seperti tahan terhadap cuaca, awet tidak lapuk dan mudah diperbaiki apa bila ada kerusakan.
Dalam satu bulan, Endri mampu memproduksi 600 unit bak sampah, 60 set kursi ( 1 set terdiri dari 4 kursi 1 meja ) dan 1500 ikat tali ban untuk memenuhi kebutuhan mebel.
Permintaan terbanyak adalah bak sampah yang datang dari instansi pemerintahan dan sekolahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020