Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Ustadz H Chairani Idris yang juga Direktur PT Noor Ramadhan Cabang Banjarmasin berpendapat, berita virus MERS sebenarnya masalah kecil yang dibesar-besarkan.


"Dengan dibesar-besarkannya isu virus MERS, ujung-ujungnya nanti tahun depan mereka atau pembuat dan penyebar isu tersebut jualan vaksinnya," ujar pimpinan perusahaan yang menyelenggarakan perjalan umrah itu, di Banjarmasin, Senin.

Oleh karena isu virus MERS yang dibesar-besarkan itu, banyak kaum Muslim yang mau melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci Mekkah membatalkan keberangkatan, seperti terjadi di Pulau Jawa, antara lain di Yogyakarta, ungkapnya.

"Memang bagi kaum Muslim di Kalsel atau urang Banjar isu virus MERS itu tidak terlalu mempengerahui. Mereka (urang-urang Banjar) tetap mau berangkat umrah, kendati ada pemberitaan virus MERS yang mengancam jiwa manusia," lanjutnya.

Padahal, ungkap ustadz yang sedang berada di Madinah, membawa jemaah umrah itu melalui telepon selular kepada Antara Kalsel, keadaan di Mekkah dan Madinah biasa-biasa saja, tak ada hal yang serius serta mengkhawatirkan.

Menurut dia, virus MERS itu kelihatannya tidak jauh beda dengan manginitis. "Karenanya bagi yang sudah melakukan vaksinasi manginitis dan mau melaksanakan ibadah umrah tidak perlu khawatir," demikian Chairani Idris.

Pada kesempatan terpisah Direktur Utama PT Kalterabu, sebuah perusahaan jasa perjalanan di Banjarmasin Hj Marwiyah menyatakan, merebaknya pemberitaan tentang virus MERS di Arab Saudi belakangan ini, tak mempengaruhi kaum Muslim Banjar Kalsel mau melaksanakan umrah.

"Apalgi kaum Muslim Banjar yang terkenal agamis, melaksanakan umrah (haji kecil) juga merupakan dambaan selain melaksanakan ibadah haji yang menjadi rukun Islam kelima," tandasnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Minggu.

Pernyataan Direktur Utama Biro Perjalanan yang berdiri sejak tahun 1960-an itu berkaitan pemberitaan media massa yang mengungkap beberapa orang Indonesia sakit sepulang melaksanakan umrah dari tanah suci Mekkah, diduga karena serangan virus MERS.

"Secara jujur permintaan untuk melaksanakan umrah melalui perusahaan kami tidak mengalami penurunan, walau merebaknya pemberitaan mengenai virus MERS," ujar anggota Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB-PII) Kalsel tersebut.

Menurut dia, tertundanya kaum Muslim Banjar melaksanakan ibadah umrah, karena pengurusan visa untuk berangkat ke tanah suci Mekkah itu belakangan juga cukup ketat dari pemerintah Arab Saudi.

"Mereka (pemerintah Arab Saudi) sekarang menggunakan sistem `out - in` artinya berapa orang jemaah yang melaksanakan umrah keluar/pulang, maka sejumlah itu pula yang boleh masuk ke Mekkah - Madinah," ungkapnya.

"Terlebih mulai Rajab sampai Ramadhan pengeluaran visa untuk umrah makin ketat, dan mulai Syawal sampai Zulhijjah atau bulan pelaksanaan ibadah haji tak ada lagi umrah," lanjutnya.

Pensiunan pegawai Departemen Sosial itu mengaku heran dengan pemberitaan yang cukup gencar tentang virus MERS, apakah ada sesuatu di balik berita-berita tersebut, yang bukan saja berkaitan dengan masalah kesehatan.

"Karena kami juga mengontak beberapa mukimin (orang-orang Banjar yang tinggal di Mekkah) pemberitaan virus MERS di tanah suci tersebut tidak seheboh di Indonesia," ungkapnya.

Begitu pula kabar dari Mu`asasah di tanah suci tersebut, asalkan mereka yang mau berumrah itu sudah menjalani vaksinasi seperti manginitis dan lainya, insya Allah tak akan terserang virus MERS.

Selain itu, menggunakan masker serta menjaga kesehatan agar jasmani tetap sehat dan bugar, insya Allah pula tidak akan terserang virus yang bisa membawa kematian tersebut, demikian Marwiyah.

Sebelumnya Sekretaris Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel Candra Kusuma berpendapat, gara-gara virus MERS yang belakangan diduga tersebar di Arab Saudi hendaknya jangan menyurutkan niat beribadah haji, baik umrah maupun wajib.

"Walau MERS membayang-bayangi jemaah ibadah umrah, tapi hal itu jangan membuat kita batal atau tidak jadi melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut di Mekkah - Madinah," ujar politisi muda Partai Demokrat itu.

Yang terpenting, menurut Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel yang juga membidangi kesehatan dan keagamaan itu, kehati-hatian jemaah yang mau melaksanaka ibadah umrah, baik saat berangkat maupun ketika berada di Arab Saudi.

Sebagai contoh, mereka yang mau melaksanakan ibadah umrah, sebelum berngkat melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu secara benar, seperti imunisasi dan lainnya yang menjadi persyaratan untuk ke luar negeri, jangan cuma sekedar mengantongi surat/tanda sudah periksa kesehatan.

Kemudian setibanya di Arab Saudi atau saat melaksanakan ibadah umrah tetap selalu memeriksakan kesehatan, dan bila ada gejala kurang sehat harus segera pula melakukan pemeriksaan kesehatan, jangan lalai agar bisa sesegeraya ditangani/ditanggulangi.

Begitu pula sebagai pencegahan, jemaah umrah sebaiknya tetap memakai masker dan jangan mendekat atau melakukan kontak langsung dengan orang yang diduga terkena virus MERS tersebut, demikian Candra.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014