Bantuan dua unit mobil  Polymerase Chain Reaktion (PCR) terhadap Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) dari Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat mendapat reaksi positif Wakil Bupati Barito Kuala (Wabup Batola) H Rahmadian Noor. 

Ketika dimintai tanggapan, wabup yang akrap disapa pak Rahmadi itu menyatakan, mobil PCR tersebut sangat berfungsi untuk mengetahui positif atau tidaknya seseorang terhadap penyebaran virus corona (COVID-19) melalui tes swab yang dilakukan. 

“Dengan adanya bantuan mobil PCR itu maka otomatis mempercepat proses pemeriksaan terhadap sample yang diajukan dan hasilnya tidak lagi baru diketahui dalam jangka waktu antara 10 hingga 15 hari per orang,” katanya, Minggu (7/6). 

Wabup yang akrap disapa pak Rahmadi itu mengungkapkan,  jika ingin efektif melakukan penanganan COVID-19, maka idealnya masing-masing kabupaten/kota harus memiliki satu mobil PCR. 

Mengingat permasalahan yang sering dialami kabupaten/kota dalam penanganan kasus COVID-19, sebut dia,  terkait keterbatasan sarana PCR yang dimiliki. 

Selama ini, kata dia, alat PCR yang digunakan untuk mengetahui positif tidaknya pasien hanya dimiliki oleh pemerintah provinsi. Sehingga sample-sample pasien yang akan diperiksa menumpuk dan memakan waktu lama.  

Sementara kabupaten/kota sendiri terus menerus melaksanakan rapid test massal, jelas dia, akibatnya orang-orang yang pada saat menjalani rapid test berstatus reaktif juga menumpuk di karantina. 

“Saya khawatirnya dengan lamanya menunggu hasil swab karantina-karantina yang disediakan masing-masing kabupaten/kota selalu penuh dan terpaksa terus menerus harus menambah,” katanya.

Dia menyatakan,  bagi Batola sendiri sudah menyediakan 3 lokasi karantina di tambah dari provinsi di Ambulung. 

Untuk menghindari terus menumpuknya pasien berstatus ODP/OTG, dia berpandangan pemerintah pusat perlu memikirkan penyediaan sarana PCR untuk satu kabupaten/kota satu unit, terutama bagi tingkat penyebaran yang tinggi.

Di lain pihak, lanjutnya, dengan tersedianya mobil PCR maka penanganan yang dilakukan akan lebih baik karena tracing (pelacakan) yang dilakukan akan lebih tepat dan efektif. 

“Saya yakin jika lebih banyak melakukan tes dan bisa lebih efektif melakukan pelacakan maka puncak penularan akan cepat ditemukan sehingga grafik penyebaran dengan sendirinya akan landai,” ungkapnya.

Dia menambahkan, karena orang-orang yang terkonfirmasi positif dengan cepat diketahui dan ditangani sehingga tidak menularkan terhadap orang lain.
 

Pewarta: Arianto

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020