Bunyi nyaring suara palu "menyerang" besi hampir memekakkan telinga setiap orang yang mendekat. Suara itu akan terdengar ketika memasuki Desa Kubur 12 Kecamatan Kecamatan Barabai.
Disitulah salah satu tempat pembuatan alat pertanian seperti parang, cangkul, pisau dan lain sebagainya.
Abdullah seorang pria paruh baya terlihat sedang membakar potongan besi ke dalam tungku.
Percikan api seketika menyembur saat lempengan besi/baja beradu dengan mesin gurinda.
Sesekali peluh menetes ke pakaian pria paruh baya yang sudah kurang lebih 40 tahun menggeluti pekerjaan memandai besi.
Siang itu begitu cerah. Desa Kubur 12 terlihat sepi karena seluruh masyarakat desa sibuk dengan rutinitas masing-masing termasuk Abdullah.
Dari penghasilannya memandai besi, dia mampu menghidupi keluarga bahkan, dua orang putranya juga ikut bekerja.
Sehari-hari kakek itu mampu menajamkan 25 pucuk parang dengan tenaga kerja dua orang, kalau tenaga kerja tiga orang bisa mencapai 40 pucuk
Abdullah menjelaskan bagaimana cara menajamkan benda tajam. Pertama-tama besi terlebih dahulu dibakar atau dimasukkan ke dalam api kemudian dipukul dengan palu.
Kemudian dimasukkan kembali ke dalam api secara berulang-ulang setelah itu besi tadi dikikir dengan mesin gurinda untuk menajamkan mata parang kemudian dibakar lagi.
"Hasil yang dia peroleh dalam satu hari lumayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena sebilah parang harganya sekitar Rp7.000, saat musim panen tiba saya dan anak saya hampir sehari penuh menajamkan parang dan benda tajam lain," katanya.
Seluruh warga Desa Kubur 12 Barabai bahkan sampai ke luar kampung mengenal pandai besi yang ramah tamah itu. Walaupun usahanya kerasnamun hatinya tidak sekeras besi yang dipukulnya.(Musliha/A)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011
Disitulah salah satu tempat pembuatan alat pertanian seperti parang, cangkul, pisau dan lain sebagainya.
Abdullah seorang pria paruh baya terlihat sedang membakar potongan besi ke dalam tungku.
Percikan api seketika menyembur saat lempengan besi/baja beradu dengan mesin gurinda.
Sesekali peluh menetes ke pakaian pria paruh baya yang sudah kurang lebih 40 tahun menggeluti pekerjaan memandai besi.
Siang itu begitu cerah. Desa Kubur 12 terlihat sepi karena seluruh masyarakat desa sibuk dengan rutinitas masing-masing termasuk Abdullah.
Dari penghasilannya memandai besi, dia mampu menghidupi keluarga bahkan, dua orang putranya juga ikut bekerja.
Sehari-hari kakek itu mampu menajamkan 25 pucuk parang dengan tenaga kerja dua orang, kalau tenaga kerja tiga orang bisa mencapai 40 pucuk
Abdullah menjelaskan bagaimana cara menajamkan benda tajam. Pertama-tama besi terlebih dahulu dibakar atau dimasukkan ke dalam api kemudian dipukul dengan palu.
Kemudian dimasukkan kembali ke dalam api secara berulang-ulang setelah itu besi tadi dikikir dengan mesin gurinda untuk menajamkan mata parang kemudian dibakar lagi.
"Hasil yang dia peroleh dalam satu hari lumayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena sebilah parang harganya sekitar Rp7.000, saat musim panen tiba saya dan anak saya hampir sehari penuh menajamkan parang dan benda tajam lain," katanya.
Seluruh warga Desa Kubur 12 Barabai bahkan sampai ke luar kampung mengenal pandai besi yang ramah tamah itu. Walaupun usahanya kerasnamun hatinya tidak sekeras besi yang dipukulnya.(Musliha/A)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011