Jarum jam tepat menunjuk pukul 11.30 Wita, dari balik pintu ruang kerja berukuran 5 x 6 meter lantai dua gedung DPRD Kabupaten Kotabaru, terdengar perbincangan serius.

Sementara, di luar ruang tunggu tepat di depan pintu tembus pandang berbahan kaca doop, duduk beberapa orang tamu sabar menunggu giliran masuk ke ruang kerja untuk berurusan.

Adalah HM Alamsyah, ST, MAP yang dalam kesehariannya sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, selalu melayani para tamu, mulai dari staf sekretariat untuk mendapatkan tanda tangan disposisi surat masuk atau keluar, kalangan organisasi kemasayarakatan yang hendak menyampaikan aspirasi, hingga tamu dari masyarakat umum yang ingin mengajukan proposal atau sekadar bersilaturahim.

Alam-begitu ia biasa disapa, menganggap rutinitas tersebut merupakan konsekuensi jabatan sebagai wakil rakyat, harus sabar melayani, walaupun tidak semua dari mereka yang datang akan puas sesuai dengan keinginan mereka.

"Maaf ya sudah menunggu, bagaimana kabarnya," ujarnya dengan senyum ramahnya seraya menjabat tangan kepada awak media yang termasuk dalam daftar tunggu tamu.

Mengawali perbincangan, lelaki yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kotabaru periode 2004-2009 ini menceritakan awal kiprahnya terjun ke dunia politik pada tahun 2002 bersamaan lahirnya Partai Demokrat yang didirikan sang idola Jendral TNI, Susilo Bambang Yudhoyono kala itu.

"Waktu masih SMA sekitar tahun 80-an, saya berpikir ingin jadi pejabat. Kata guru saat itu, jika ingin jadi pejabat, maka saya harus jadi tentara dulu (TNI--red), sebab masa orde baru kala itu memang rata-rata pejabat mulai dari camat, anggota dewan, bupati, gubernur bahkan presiden kebanyakan berasal dari tentara," tutur Alam mengenang masa lalunya.

Atas keyakinan itu, Alam yang masih berusia remaja bertekad selepas dari SMA tahun 1990 mendaftar masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), dengan satu tujuan kelak bisa menjadi sang pejabat.

Setelah menjalani berbagai tes di tingkat lokal (Makorem di ibu kota propinsi-Red) ia jalani dan lulus, namun sampai pada tes penentuan terakhir (Pantuhir), ternyata gagal menjadi prajurit TNI, maka pupuslah harapan besar yang selama ini ada dalam angan-angannya.

Hitung-hitung sebagai pelipur lara saat itu, ayah bagi dua putra yakni Muhammad Iqbal (16), dan M Rezky Faturrahman (14) ini beralih cita-cita untuk menjadi pengusaha hingga memutuskan untuk kuliah di Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.

"Betapa senangnya kalau jadi pengusaha dan pimpinan salah satu perusahaan, seperti kontraktor yang biasanya pasti kaya," kenang Alam saat awal masuk kuliah dan ternyata cita-cita itu terwujud begitu lulus kuliah sekitar tahun 1997.

Menjadi pengusaha kontruksi ternyata tidak membuat suami Hj Ferita Hariyani, SE ini puas diri meski secara finansial relatif cukup, namun sebuah cita-cita besar yang terpatri sejak kecil belum tercapai, yakni menjadi pemimpin yang bisa memperjuangkan kepentingan rakyat banyak.

Meski tidak tahu secara persis apa yang harus dilakukan untuk menjadi pemimpin, Alam mengaku sejak saat itu ia mulai rajin membaca buku-buku hasil tulisan pemimpin khususnya dari kalangan TNI yang kali ini pilihan jatuh pada sosok sang idola, prajurit dari kalangan masyarakat biasa yang kariernya begitu cemerlang yakni, Mayor Jendral Susilo Bambang Yudoyono (sewaktu masih belum jadi presiden-Red).

"Saat itu benar-benar tidak ingin berkecimpung di politik, meski mertua saya, seorang petinggi salah satu partai besar di Kotabaru, bahkan saya sempat ditawari jika ingin masuk partai maka dipastikan sangat mudah untuk duduk di jabatan strategis," ujar Alam.

Namun situasi tersebut berubah 180 derajat pada 2002 begitu mengetahui berita sang idola (SBY) mendirikan partai baru bernama Partai Demokrat, ia pun langsung menerima begitu ada yang menawarkan untuk bergabung tanpa harus berpikir panjang, dan saat itu langsung menjadi ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Kotabaru.

Membesarkan Partai

Perjuangan berat membangun dan membesarkan Demokrat di daerah pada awal berdirinya mengalami cobaan dan rintangan yang luar biasa. "Membutuhkan banyak energi baik waktu, materi, fisik dan mental".

Namun ada yang membuat Alam begitu tegar dan semangat, karena dukungan keluarga khususnya istri tercinta begitu "all-out", mendukung usaha membesarkan partai.

Kesuksesan Alam menjadi Ketua DPRD periode 2004-2009, dan Wakil Ketua DPRD periode 2009-2014, sebenarnya berawal dari sang idola yakni, SBY mendirikan partai Demokrat, dan didukung sang istri untuk terjun ke politik.

Pembicaraan mengenang masa-masa sulit bersama keluarga saat itu, membuat kedua matanya berkaca-kaca menahan rasa haru.

"Saya sangat berterima kasih kepada keluarga terutama istri saya, dia begitu setia dan mendukung sepenuh hati perjuangan saya, meski harus menguras harta yang dimiliki mulai dari tabungan hingga menjual motor hingga mobil," tutur dia.

Alhasil semua pengorbanan tidak sia-sia, di awal menjadi kontestan Pemilu tahun 2004, Demokrat Kotabaru bisa mendapatkan tiga kursi di perlamen.

Meski melalui proses yang cukup berliku, berkah bagi partai yang dipimpinnya mampu menghantarkan Alam duduk di tampuk kepemimpinan tertinggi di lembaga legislatif itu menjadi Ketua DPRD Kotabaru periode 2004-2009, walaupun sang istri masih gagal meraih kursi.

Namun pada periode berikutnya 2009-2014 usahanya membuahkan hasil seiring dengan perolehan kursi di legislatif Propinsi Kalsel.

"Terus terang saat menjabat sebagai ketua dewan, saya curahkan waktu untuk melayani masyarakat hampir "full time",yakni 8 jam tiap harinya, satu tujuan ingin memberikan manfaat bersama eksekutif dalam pembangunan Kotabaru menjadi lebih baik," ujarnya.



Kotabaru Harus Dimekarkan

Lebih lanjut ia menjelaskan alasannya mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPR RI pada Pemilu 2014 dari Partai Demokrat kali ini semata-mata ingin mewujudkan cita-cita menjadikan masyarakat Kalsel khususnya Kabupaten Kotabaru lebih sejahtera melalui pemekaran Kotabaru agar pemerataan pembangunan bisa terlaksana.

Menurut dia Kotabaru dengan luas wilayah 9.422,46 Km2, atau 25,11 persen dari luas wilayah Kalimantan Selatan yakni, 37.377,53 Km2, sangat kaya sumber daya alam ini sudah sangat layak untuk dimekarkan agar kesejahteraan dapat merata dinikmati masyarakatnya.

Secara geografis Alam menyebut, Kabupaten Kotabaru adalah daerah yang terdiri dari kepulauan (110 pulau besar dan kecil-Red) memang mengalami kendala teknis dalam pembangunannya khususnya sektor infrastruktur.

Karena diketahui Ibukota kabupaten terpisah dengan daerah-daerah kecamatan, sehingga berkonsekuensi pada tingginya biaya.

"Contoh nyata Batulicin pada tahun 2002 masih menjadi kecamatan bagian dari Kotabaru, keberadaan infrastruktur jalan dan sarana prasarana lain tergolong masih tertinggal.

Tapi begitu dimekarkan menjadi Kabupaten Tanah Bumbu, semua bisa melihat pesatnya pembangunan di sana, bahkan bisa jadi Kotabaru sedikit tertinggal seperti keberadaan fasilitas publik seperti hotel berbintang," kata Alamsyah.

Demikian halnya Kotabaru saat ini, daerah yang terdiri dari 21 kecamatan berikut 202 desa/ kelurahan yang kini penduduknya berjumlah 295.623 jiwa (sensus 2012-red) itu sudah sangat layak untuk dimekarkan, karena salah satu syarat utama berdirinya kabupaten harus mempunyai 100.000 jiwa.

Sebab lanjutnya, ada dua faktor meratanya pembangunan yang bisa berdampak pada kemakmuran rakyat, pertama ketersediaan infrastruktur dan kedua adalah jaminan kesehatan dan kesejahteraan.

Hal itu bisa dilakukan kalau daerah mempunyai APBD yang tinggi, bahkan dari penelitian Dinas PU untuk memenuhi kebutuhan jalan di Kotabaru menjadi bagus dan mulus dibutuhkan sedikitnya Rp3 triliun.

Sementara Kotabaru yang kini (APBD 2014 sebesar Rp1,5 triliun-Red) menurut Alam relatif belum cukup bisa mengcover peremarataan pembangunan di Bumi Saijaan ini. Untuk itu, perlu strategi yang jitu bagaimana agar pembangunan bisa dinikmati oleh segenap masyarakat hingga ke pelosok Kotabaru, yakni dengan cara pemekaran.

Wilayah Kabupaten Kotabaru yang terdiri dari 110 pulau besar dan kecil, yang terbesar adalah Pulau Laut, dan diantaranya ada beberapa pulau yang dapat dikategorikan sebagai pulau besar yaitu Pulau Sebuku, Pulau Kunyit, Pulau Sewangi.

Dalam konteks regional, nasional dan internasional Kotabaru memiliki keunggulan kompetitif karena posisi yang strategis yaitu berada pada pusat persilangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan potensial menjadi alternatif gerbang transit paling efesien dalam lalu lintas pelayaran internasional di Asia Fasifik

Oleh sebab itu, jika dipercaya menjadi anggota DPR RI Alam berjanji akan memperjuangkan usaha tersebut, bukan hanya untuk ambisi kekuasaan, lebih mulia dari itu adalah demi pemerataan pembangunan di Kotabaru yang bisa membawa sejahtera dan kemakmuran masyarakat di dalamnya.

"Selain kekuatan modal berupa APBD yang cukup, dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat satu daerah adalah kekuatan politik. Sebab itulah, saya sangat optimistis melalui lobi politik yang mempunyai otoritas dalam pengelolaan tatanan Negara ini, perjuangan tersebut bisa diwujudkan," tambahnya.

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014