Oleh Yose Rizal
"Ada dua desa yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana yakni Desa Lawiran dan Desa Lumpangi," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjar Noor Sunarto di Martapura, Selasa.
Dijelaskan, desa tangguh bencana atau destana dibentuk di wilayah terisolir agar mandiri menangani pascabencana.
Ia mengatakan, penetapan dua desa tangguh bencana berdasarkan usulan Pemkab Banjar yang dikaji konsultan dan keduanya ditetapkan sebagai desa percontohan nasional sehingga mendapat bantuan pusat.
Disebutkan, bantuan yang diterima selain dalam bentuk dana juga berupa kegiatan yang diarahkan untuk dapat membina masyarakat agar selalu siap menghadapi bencana karena faktor alam yang setiap saat bisa muncul.
"Bantuan disesuaikan potensi desa sehingga masyarakat bisa hidup mandiri disamping kegiatan yang berguna bagi kesiapan mereka dalam menghadapi bencana seperti banjir, longsor dan lainnya," ucap dia.
Menurut dia, masyarakat sekitar juga sudah dilatih menangani risiko bencana termasuk menggunakan beberapa peralatan yang digunakan pascabencana seperti tenda, maupun peralatan dapur umum.
"Pelatihan penanganan risiko bencana diberikan kepada setiap warga sehingga mereka selalu siap menghadapi bencana meski bantuan belum datang, termasuk mendirikan tenda dan dapur umum," ujarnya.
Dikatakan, pihaknya juga sudah membentuk Forum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (FPBBM) di setiap kecamatan yang melibatkan relawan tanggap bencana terutama bagi lingkungan sekitarnya.
 "Forum PBBM sudah terbentuk di setiap kecamatan dan terdapat 430 relawan tanggap bencana yang sudah dilatih dan dibina oleh camat, koramil, kapolsek dan tokoh masyarakat setempat," katanya. Â
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014
Martapura, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, menetapkan dua desa tangguh bencana yang dianggap mampu menangani masalah pascabencana secara mandiri.
"Ada dua desa yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana yakni Desa Lawiran dan Desa Lumpangi," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjar Noor Sunarto di Martapura, Selasa.
Dijelaskan, desa tangguh bencana atau destana dibentuk di wilayah terisolir agar mandiri menangani pascabencana.
Ia mengatakan, penetapan dua desa tangguh bencana berdasarkan usulan Pemkab Banjar yang dikaji konsultan dan keduanya ditetapkan sebagai desa percontohan nasional sehingga mendapat bantuan pusat.
Disebutkan, bantuan yang diterima selain dalam bentuk dana juga berupa kegiatan yang diarahkan untuk dapat membina masyarakat agar selalu siap menghadapi bencana karena faktor alam yang setiap saat bisa muncul.
"Bantuan disesuaikan potensi desa sehingga masyarakat bisa hidup mandiri disamping kegiatan yang berguna bagi kesiapan mereka dalam menghadapi bencana seperti banjir, longsor dan lainnya," ucap dia.
Menurut dia, masyarakat sekitar juga sudah dilatih menangani risiko bencana termasuk menggunakan beberapa peralatan yang digunakan pascabencana seperti tenda, maupun peralatan dapur umum.
"Pelatihan penanganan risiko bencana diberikan kepada setiap warga sehingga mereka selalu siap menghadapi bencana meski bantuan belum datang, termasuk mendirikan tenda dan dapur umum," ujarnya.
Dikatakan, pihaknya juga sudah membentuk Forum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (FPBBM) di setiap kecamatan yang melibatkan relawan tanggap bencana terutama bagi lingkungan sekitarnya.
 "Forum PBBM sudah terbentuk di setiap kecamatan dan terdapat 430 relawan tanggap bencana yang sudah dilatih dan dibina oleh camat, koramil, kapolsek dan tokoh masyarakat setempat," katanya. Â
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014